Liputan6.com, Noli - Saat Anda memikirkan cara berkelanjutan di masa depan untuk menanam tanaman pangan, Anda mungkin memikirkan rencana jauh untuk bercocok tanam di Planet Mars.
Namun satu keluarga Italia yang mempunyai bisnis peralatan selam, percaya bahwa hamparan subur berikutnya yang belum dimanfaatkan di Bumi ada di laut.
Advertisement
Melansir dari media CNN, Minggu (30/4/2023), diketahui telah berhasil dibuat sistem budidaya bawah laut pertama di dunia untuk tanaman terestrial. Sistem budidaya bawah laut bernama Nemo's Garden ini terletak di lepas pantai Noli, Italia, barat daya Genoa.
Pertanian tersebut terdiri dari susunan rumah kaca berbentuk kubah, transparan, biasa disebut sebagai biosfer, dan berlabuh di dasar laut.
"Misi dari teknologi ini adalah untuk mengubah pertanian, untuk memberikan kemungkinan menanam produk dengan jumlah besar pada garis pantai Bumi, melalui proses yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan," kata salah satu pendiri, Luca Gamberini.
Gagasan ini pertama dikemukakan oleh sang ayah, Sergio Gamberini, yang juga merupakan pendiri perusahaan peralatan bawah air Ocean Reef Group. Beliau menggabungkan dua minatnya, yaitu scuba diving dan berkebun.
Pada tahun 2012, proyek dimulai dengan menanam basil atau kemangi di dalam balon di bawah air. Sepuluh tahun kemudian, Nemo's Garden sudah berkembang pesat menjadi seperti sekarang.
Manfaat Bercocok Tanam di Bawah Laut
Dengan populasi global yang diperkirakan mencapai sekitar 10 miliar pada tahun 2050, PBB memperkirakan produksi pangan perlu ditingkatkan hingga 60% untuk memenuhi permintaan ini.
"Kami memiliki jumlah sumber daya yang terbatas, dan cara kami (saat ini) memanen sumber daya tersebut tidak berkelanjutan," kata Gamberini, "kami percaya bahwa bercocok tanam di bawah laut memberi kami beberapa keuntungan (dibandingkan) pertanian tradisional."
Mengambang enam hingga 10 meter di bawah air, tanaman di Nemo's Garden dipisahkan dari patogen dan hama luar, sementara masih memiliki akses ke air tawar yang terjadi akibat kondensasi desalinasi di dalam biosfernya.
Tercatat juga bahwa suhu air laut yang relatif stabil merupakan kondisi yang ideal untuk kehidupan tanaman.
Nemo's Garden menggunakan hidroponik – teknik yang menggunakan nutrisi berbasis air sebagai pengganti tanah, metode yang digunakan pada sebagian besar pertanian vertikal dalam ruangan.
Dengan lokasinya yang berada di bawah laut, sinar matahari masih mencapai tanaman. Tetapi lampu tambahan masih diperlukan sesekali.
Aktivitas pertaniannya dapat dipantau di darat melalui kamera dan sensor, dan semua pengaturan dapat disesuaikan dari mana saja di dunia.
Saat tiba waktunya untuk memanen, seorang penyelam akan memotong vegetasi, memasukkannya ke dalam tas, dan mengapungkannya ke permukaan.
Advertisement
Jejak Ekologi
Akan tetapi, biosfer tersebut hanya berdiameter sekitar dua meter, sehingga mereka tidak dapat menanam tanaman yang lebih besar seperti jagung atau gandum.
Tapi mereka bisa memuat 70 hingga 100 jumlah tanaman yang lebih kecil.
Gamberini mengatakan, "Kami menguji ratusan tanaman berbeda mulai dari stroberi, tomat, kacang-kacangan, dan tentu saja herba."
Banyak studi alam yang sudah dilakukan di Nemo's Garden, dari farmasi hingga kuliner. Sebuah studi tahun 2020 dari Università di Pisa menyimpulkan bahwa kemangi dari kebun itu memiliki konsentrasi minyak atsiri yang lebih tinggi dan mengandung lebih banyak antioksidan.
Mengenai jejak ekologi - dampak berkelanjutan dari teknik ini, Gamberini mengatakan bahwa peternakan air itu menarik kehidupan laut, bukannya mengganggunya.
"Dalam penelitian kami, Nemo's Garden memiliki 58% lebih banyak ikan daripada lingkungan sekitarnya, berarti teknik ini memiliki efek repopulasi," tambahnya.
Tantangan Bertani di Bawah Laut
Gamberini mengatakan proyek percontohan ini bukannya tanpa tantangan – khususnya, peristiwa cuaca yang tidak dapat dihindari. Pada tahun 2019, badai dahsyat menghancurkan beberapa biosfer.
“Kami tidak mencari-cari lokasi yang sempurna dalam hal matahari dan musim, ataupun paparan badai yang kuat,” katanya. Keluarga Gamberini memilih lokasi tersebut karena letaknya yang dekat dengan rumah.
"Di luar bencana alam, menciptakan sesuatu dari awal tidaklah mudah, tetapi tetap mengasyikkan," tambahnya.
Perusahaan lain di seluruh dunia juga sedang menjajaki manfaat laut untuk pertanian. GreenWave, sebuah organisasi nirlaba di Amerika Utara, menanam rumput laut dan kerang di perancah bawah air.
Perusahaan Sea6 Energy yang berbasis di Bangalore telah menciptakan traktor mekanis yang dapat menanam dan memanen rumput laut di dasar laut.
Tim di Nemo's Garden memiliki rencana untuk biosfer yang lebih besar di masa mendatang, serta lokasi lainnya. Untuk menguji kelayakan di lingkungan yang berbeda, mereka berencana membuat versi skala kecil di tambang air dingin di negara bagian Ohio, AS tahun ini.
"Menurut saya sebagian besar teknologi dapat diadaptasi ke hampir setiap lingkungan," kata Gamberini, tetapi dia yakin masa depan Nemo's Garden sebagian besar akan berada di sepanjang garis pantai di mana masyarakat dapat memperoleh manfaat dari ruang tambahan yang ditawarkannya.
"Pertanian bawah air tidak (akan) menjawab pertanyaan tentang 'bagaimana kita akan memberi makan seluruh dunia'," kata Gamberini, "tetapi saya berharap ini menjadi standar di wilayah yang membutuhkannya."
Advertisement