Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (69) menangguhkan kampanye pemilu setelah dia jatuh sakit selama wawancara TV pada Selasa (25/4/2023). Siaran langsung pun mendadak dihentikan.
Setelah istirahat selama 20 menit, Erdogan kembali dan mengatakan bahwa dia menderita flu perut serius pasca kampanye intensif selama dua hari.
Advertisement
"Tentu saja, terkadang kita menghadapi situasi seperti ini di tengah kesibukan pekerjaan," ujar Erdogan seperti dilansir BBC, Jumat (28/4).
Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan pada Kamis (27/4) bahwa kesehatan Erdogan baik-baik saja dan dia menderita flu perut. Menurut Koca, Erdogan akan sesegera mungkin melanjutkan aktivitasnya.
Erdogan disebut tengah menghadapi kampanye pemilu terberatnya sejauh ini. Lawan Erdogan, pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu yang dicalonkan enam partai politik, berharap agar presiden Turki itu lekas sembuh.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan persaingan yang ketat antara Erdogan dan Kilicdaroglu, di mana pemimpin oposisi itu dilaporkan punya peluang bagus untuk memenangkan pemilu Turki.
Kilicdaroglu dan sekutunya telah berjanji untuk mengembalikan Turki ke sistem parlementer, membatalkan banyak perubahan yang dibawa oleh Erdogan.
Erdogan juga membatalkan tiga kampanyenya di Anatolia pada Rabu (26/4). Dia mengatakan bahwa dokter menyarankannya tetap di rumah.
Serangkaian jadwal Erdogan pada Kamis pun dibatalkan, termasuk pembukaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Turki, Akkuyu. Meski demikian, Erdogan yang disebut tampak pucat dan lelah, tetap bergabung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam peresmian PLTN Akkuyu secara daring.
Empat reaktor nuklir Akkuyu, yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan Rusia Rosatom, membutuhkan waktu beberapa tahun untuk dibangun.
Erdogan dan Putin dilaporkan berbicara via telepon sebelum peresmian PLTN Akkuyu dan menurut Moskow, kedua pemimpin setuju untuk memperdalam kerja sama ekonomi dan perdagangan.
Bantah Erdogan Menderita Serangan Jantung
Beberapa jam setelah siaran, muncul spekulasi di beberapa akun media sosial di luar Turki bahwa Erdogan menderita serangan jantung.
Kepala komunikasi Erdogan, Fahrettin Altun, dengan tegas menolak klaim tak berdasar tentang kesehatan sang presiden. Dia mencuit screen shot dari akun yang menyebarkan tuduhan tersebut.
"Tidak ada informasi yang salah yang dapat membantah fakta bahwa rakyat Turki mendukung pemimpin mereka dan @RTErdogan serta Partai AK-nya akan memenangkan pemilu 14 Mei," twit Altun.
Erdogan telah berkuasa selama 21 tahun dan insiden jatuh sakit selama wawancara TV langsung pada Selasa bukan kali pertama.
Beberapa pekan pasca kudeta gagal pada Juni 2016, dia jatuh sakit selama beberapa menit sebelum kembali melanjutkan wawancara. Saat itu, penyiar memotongnya dengan jeda iklan.
Pada tahun 2011 dan 2012, Erdogan dikabarkan menjalani operasi gastrointestinal yang memicu spekulasi tentang kesehatannya.
Pemilu parlemen dan presiden berlangsung pada 14 Mei. Jika tidak ada calon presiden yang memenangkan lebih dari setengah suara maka akan ada putaran kedua dua minggu setelahnya.
Pemungutan suara telah dimulai untuk 3,3 juta warga Turki di luar negeri yang memiliki waktu hingga 9 Mei untuk memberikan suara mereka.
Di Jerman, sekitar 1,5 juta warga Turki berhak memilih di TPS di 16 negara bagian. Komunitas Turki yang besar terdapat pula di Prancis, Belanda, dan Belgia.
Advertisement