Liputan6.com, Jakarta Usai merayakan Lebaran Idul Fitri 2023 beberapa anak jatuh sakit dengan berbagai gejala seperti flu, batuk pilek, hingga mencret.
Kecurigaan pun tertuju pada banyaknya kontak yang dilalui anak selama Lebaran. Ini termasuk peluk cium dari om, tante, kakek, nenek dan keluarga lainnya.
Advertisement
Lantas, apa benar peluk cium saat silaturahmi dapat berpengaruh pada kesehatan anak?
Hal ini pun dijawab oleh dokter gastrohepatologi ilmu kesehatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Himawan Aulia Rahman. Menurutnya, hal itu memang ada kaitannya.
“Tentu saja ada (kaitannya). Batuk pilek, mencret itu paling umum terjadi karena infeksi dari orang lain. Jadi, apabila ada riwayat berkumpul saat Lebaran dengan orang banyak, itu tentu akan meningkatkan risiko penyakit-penyakit infeksi seperti batuk pilek,” kata Himawan dalam media briefing daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (27/4/2023).
Penularan Bisa Terjadi Saat Bermain dengan Anak Lain
Himawan menambahkan, penularan ini bukan hanya terjadi saat peluk cium saja, tapi saat anak bermain dengan anak-anak lain.
“Bukan hanya pada saat dipeluk dan dicium saja, pada saat anak itu bermain dengan anak-anak lain, misalnya saudaranya, itu juga bisa menjadi sumber infeksi dari penyakit batuk pilek ataupun mencret tersebut,” jelasnya.
Penting Dilakukan Orangtua
Jika orangtua mendapati anaknya jatuh sakit usai Lebaran, maka hal pertama yang harus diketahui adalah kondisi anaknya: berbahaya atau tidak.
Apabila batuk pilek yang terjadi pada anak masih ringan, makan bisa dengan perawatan di rumah saja. Namun, bila terlihat sudah berat sebaiknya segera ke dokter.
“Tetapi kalau gejala batuk pilek itu sudah menjadi lebih berat misalnya seperti sesak, tentu itu tidak bisa ditangani di rumah, harus ditangani di rumah sakit,” ujar Himawan.
Orangtua juga perlu mempersiapkan alat kesehatan dan obat-obatan di rumah.
“Selain termometer, yang wajib punya di rumah tentu obat panas, parasetamol, orangtua harus menyediakan di rumah sebagai pertolongan pertama kalau anak demam.”
Advertisement
Anak Cenderung Batuk Pilek Sementara Orang Dewasa Keluhan Lambung
Penyakit usai Lebaran pada anak dan dewasa cenderung berbeda. Anak-anak cenderung menunjukkan gejala batuk pilek, sementara orang dewasa lebih ke keluhan lambung.
Menurut Himawan, hal ini karena selama Lebaran anak banyak berkumpul dan bertemu orang lain. Tak seperti orang dewasa, biasanya anak-anak enggan mengenakan masker yang meningkatkan risiko terjadinya batuk pilek.
“Sementara kalau orang dewasa memang banyak yang masalahnya adalah masalah makanan, oleh karena itu masalah kesehatannya adalah masalah gejala lambung,” Himawan mengatakan.
Diare dan Dehidrasi
Selain batuk pilek, selepas Lebaran anak juga kerap mengalami diare. Jika diare membuat anak lemas hingga timbul gejala dehidrasi, maka orangtua disarankan untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan.
Gejala dehidrasi sendiri termasuk:
- Mulut kering
- Anak kehausan
- Buang air kecil berwarna pekat
- Buang air kecilnya menjadi jarang
- Sangat lemas
- Penurunan kesadaran
“Pada kondisi yang berat itu bahkan bisa sampai lemas sekali atau bahkan sampai anak tersebut mengalami penurunan kesadaran atau tidak responsif seperti biasanya, cenderung lemas sekali. Itu tanda dehidrasi yang berat yang sangat perlu diwaspadai oleh orangtua,” kata Himawan.
Advertisement
Jaga Kesehatan Anak di Tengah Cuaca Panas Tak Biasa
Masalah dehidrasi pada anak perlu lebih diperhatikan mengingat saat ini Indonesia sedang dilanda cuaca panas tak biasa.
“Memang benar saat ini suhu udara sedang ekstrem panas dan itu bisa menyebabkan risiko dehidrasi terutama pada anak-anak yang sering terpapar (panas) di luar,” ujar Himawan.
Mengingat hal tersebut, Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan agar kebutuhan cairan anak tetap terpenuhi.
“Tentu saja di cuaca ekstrem begini yang pertama kan hidrasi, cairan, elektrolitnya juga mesti cukup,” kata Piprim dalam kesempatan yang sama.
“Saya kira itu, proteksi dari paparan langsung, istirahatnya dicukupi, cairannya dicukupi, elektrolitnya, dan juga nutrisi bergizi tinggi, saya kira itu secara umum. Soal cuaca ekstremnya kan kita enggak bisa buat apa-apa, paling enggak kita bisa menyiasatinya dengan hindari paparan langsung,” tambahnya.