Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan status Gunung Karangetang di Sulawesi Utara, dari siaga (level III) menjadi waspada (level II) sejak 26 April 2023 pukul 16.00 WITA.
Meski adanya penurunan status vulkanologi, potensi ancaman bahaya vulkanik masih ada. Sehingga PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menerbitkan sejumlah rekomendasi.
Advertisement
Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, masyarakat maupun pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 1,5 km dari Kawah Utama (Selatan) dan Kawah II (Utara), serta 2,5 km pada sektor barat daya dan selatan.
"Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang sendiri dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu," ujar Hendra dalam siaran persnya, Bandung, Sabtu, 29 April 2023.
Hendra mengimbau masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang.
Selain itu, masyarakat diharap tetap tenang tidak terpancing berita bohong tentang erupsi (letusan) Gunung Karangetang, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro.
Tetap Pantau Intensif
Hendra menerangkan dengan penurunan status ini, pemantauan secara intensif tetap dilakukan guna mengevaluasi kegiatan Gunung Karangetang oleh otoritasnya.
"Pemerintah daerah setempat senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Karangetang di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Kepulauan Sitaro atau PVMBG di Bandung," kata Hendra.
Hendra menuturkan potensi bahaya vulkanik Gunung Api Karangetang yakni akumulasi material hasil erupsi efusif. Erupsi efusif ini proses keluarnya magma yang berbentuk lelehan lava.
Erupsi ini terjadi akibat adanya tekanan gas yang tidak begitu kuat, sehingga magma kental dan lava pijar tumpah dan kemudian mengalir ke lereng puncak gunung.
Material hasil erupsi efusif Gunung Karangetang terdahulu itu berada di lembah-lembah jalur luncuran atau guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir.
"Sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah atau sungai tersebut. Selain itu juga perlu diwaspadai terjadinya lahar di waktu hujan di puncak," terang Hendra.
Gunung Karangetang Tunjukkan Penurunan Aktivitas
Berdasarkan hasil pemantauan terakhir yang dilakukan PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, teramati erupsi efusif Gunung Karangetang menunjukan penurunan leleran lava dan guguran lava tidak teramati.
Dari seismisitas jenis gempa guguran yang merupakan indikasi terjadinya erupsi efusif (lava meluncur) sudah menurun bahkan sejak 6 April 2023, gempa guguran tidak terekam.
Dilihat dari kejadian tersebut, Hendra mengatakan kemungkinan suplai magma telah berkurang atau energi dorongan kurang kuat sehingga lava tidak dapat keluar, sedangkan gempa fase banyak mulai meningkat.
"Waspadai adanya awan panas guguran dimana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava. Juga karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor," ucap Hendra.
Selama periode 1 – 25 April 2023 terekam di Gunung Karangetang terjadi 61 kali gempa guguran, 20 kali gempa hembusan, 110 kali gempa hybrid (fase banyak), 76 kali gempa vulkanik dangkal, 19 kali gempa vulkanik dalam, 25 kali gempa tektonik lokal, 2 kali gempa terasa skala I - MMI dan 192 kali gempa tektonik jauh, serta 15 kali gempa tremor menerus.
Pengamatan secara visual dalam periode waktu serupa, kondisi di gunung api yang memiliki ketinggian 1.784 meter diatas permukaan laut (mdpl)umumnya cuaca cerah hingga hujan.
Gunung api kadang tertutup kabut, pada saat cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang.
"Tinggi kolom asap maksimum mencapai 200 m di atas puncak, angin lemah hingga kencang ke arah timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut," sebut Hendra.
Advertisement
Guguran Tak Tampak
Hendra menuturkan erupsi efusif teramati hingga 1 April 2023, kejadian guguran sudah tidak tampak lagi. Pada di malam hari pada puncak masih tampak adanya sinar api diam setinggi sekitar 10 m.
Kondisi Kawah Utara teramati pada malam hari masih tampak adanya api diam di tubuh kubah lava, guguran tidak teramati.
Gunung Api Karangetang merupakan gunung api strato, secara geografis terletak pada posisi koordinat 20 47’Lintang Utara dan 1250 24’ Bujur Timur, tinggi puncaknya sekitar 1.784 mdpl.
"Secara administratif Gunung Karangetang berada di Pulau Siau termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung Api Karangetang diamati secara visual dan instrumental dari Pos PGA yang berlokasi di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara," tukas Hendra.
Aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava pada kawah Utama maupun kawah Utara, karakteristik erupsinya adalah erupsi efusif (leleran lava).
Sejak 8 Februari 2023 Gunung Karangetang mengalami erupsi, sehingga pada pukul 16.00 WIB tingkat aktivitasnya di naikan dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga).
Erupsi terjadi dari Kawah Utama, mengeluarkan leleran lava pada Kawah Utama mengarah ke barat daya dan selatan, mengarah ke kali Beha barat, kali Batang, kali Timbelang, kali Batuawang dan kali Kahetang, dengan jarak luncur mencapai sekitar 2000 meter dari pusat kegiatan (Kawah Utama). (Arie Nugraha)