Wisatawan mengambil gambar di hamparan savana Bekol, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (29/4/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)
Hingga H+7 Lebaran Idul Fitri, wisatawan masih meramaikan Taman Nasional Baluran yang dikenal dengan Africa Van Java karena memiliki hamparan savana luas. (merdeka.com/Arie Basuki)
Taman Nasional Baluran diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran. (merdeka.com/Arie Basuki)
Awalnya, kawasan taman nasional ini ditetapkan sebagai hutan lindung pada tahun 1930 oleh Direktur Kebun Raya Bogor yang bernama K.W. Dammerman. Statusnya kemudian diubah menjadi suaka margasatwa oleh Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 25 September 1937. (merdeka.com/Arie Basuki)
Wisatawan beraktivitas di kawasan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (29/4/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)
Penetapan ulang sebagai suaka margasatwa diadakan oleh Menteri Pertanian dan Agraria melalui Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. (merdeka.com/Arie Basuki)
Status taman nasional diperoleh pada tanggal 6 Maret 1980 oleh Menteri Pertanian dan dikukuhkan lagi pada tahun 1997 oleh Menteri kehutanan. Luas lahannya seluas 25.000 ha. (merdeka.com/Arie Basuki)
Taman Nasional Baluran berbatasan dengan Selat Madura di utara, Selat Bali di timur, Desa Wonorejo dan Sungai Bajulmati di selatan dan, serta Sungai Klokoran dan Desa Sumberanyar di barat. (merdeka.com/Arie Basuki)
Wisatawan beraktivitas di pulau kecil kawasan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (29/4/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)
Suasana Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (29/4/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)
