Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi Bengkulu membantu fasilitas pemulangan enam mahasiswa yang belajar di Sudan terkait dengan konflik bersenjata antara militer Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di wilayah tersebut.
"Semuanya kita fasilitasi, setiba di Tanah Air diinapkan di mess milik Provinsi Bengkulu di Utan Kayu Jakarta. Lalu sampai hari ini dipulangkan ke Bengkulu dan kita sambut," kata Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu Hamka Sabri di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Ahad
Ia menjelaskan bahwa keenam mahasiswa tersebut tiba di Bengkulu dengan menggunakan pesawat Lion Air.
Pemerintah Provinsi Bengkulu, kata Hamka Sabri, memfasilitasi para mahasiswa tersebut untuk pulang hingga tiba di rumahnya masing-masing. Orang tua salah seorang mahasiswa yaitu Widhah menerangkan bahwa dirinya sangat bersyukur anaknya dapat kembali ke Bengkulu dalam kondisi selamat.
Baca Juga
Advertisement
"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur, anak kami sudah kembali lagi ke Bengkulu. Selama di Sudan kami tetap bisa berkomunikasi namun ada rasa khawatir karena mereka berada di lokasi konflik," katanya, dikutip Antara.
Berdasarkan informasi terdapat 14 mahasiswa di Sudan asal Provinsi Bengkulu, sembilan mahasiswa lainnya telah tiba di Indonesia, satu mahasiswa baru tiba di Indonesia dan empat mahasiswa lainnya sedang dalam proses keberangkatan dari Jeddah, Arab Saudi.
Kemudian untuk mahasiswa yang dipulangkan ke Bengkulu pada Ahad ini ada enam orang, sedangkan tiga mahasiswa lainnya belum diterbangkan ke Bengkulu karena satu mahasiswa sakit dan dua mahasiswa lainnya ikut menemani.
Enam mahasiswa yang dipulangkan yaitu Widhah Rahma Serepa, Heni Agustiya, Tanti Nur Fadhilah Nasution, Siska Rahmadini, Sindy Klaudia Permata Sari dan Adelia Pratiwi. Sedangkan untuk tiga mahasiswa yang belum di pulangkan ke Bengkulu karena sakit yaitu April Setiawan, Toni Suhendra dan M. Afalah.
Sebelumnya, konflik bersenjata antara militer Sudan dan paramiliter RSF telah berlangsung sejak 15 April. Situasi itu mengancam kondisi keamanan di Sudan, sehingga Kedutaan Besar RI di Khartoum menetapkan status Siaga II pada 16 April 2023.