Liputan6.com, Jakarta - Mantan CEO Twitter Jack Dorsey secara terbuka kritik kepemimpinan Elon Musk atas perusahaan tersebut.
Dikutip dari CNBC, Minggu (30/4/2023), Jack Dorsey menulis melalui unggahan di media sosial pada Jumat, 28 April 2023, "semuanya berjalan ke selatan” dan Elon Musk seharusnya menjauh dari akuisisi tersebut.
Advertisement
Pengguna Bluesky, platform media sosial baru yang ramai yang disebut-sebut sebagai alternatif potensial untuk Twitter memicu diskusi itu. Mereka bertanya kepada Dorsey, apakah dia yakin Musk adalah pemimpin yang tepat untuk Twitter, dan Dorsey menjawab tidak.
“Tidak. Saya juga tidak berpikir tidak bertindak tepat setelah menyadari waktunya buruk. Saya juga tidak berpikir dewan seharusnya memaksa penjualan. Semuanya berjalan ke selatan,”
Dia menambahkan, kalau senang platform media sosial baru seperti Bluesky sedang dibangun. Dorsey telah mendukung Bluesky sejak 2019, dan saat dia masih menjabat sebagai CEO Twitter.
Sebelumnya, Dorsey menyebutkan kalau Elon Musk sebagai “solusi tunggal” untuk mengambil alih Twitter. Dalam unggahan cuitan pada April 2022, Dorsey mempercayai misi Musk untuk memperluas kesadaran melalui plaform tersebut.
Namun, setahun kemudian, pendapat Dorsey tampaknya memburuk. Musk yang juga CEO Tesla dan SpaceX telah menimbulkan kemarahan atas pengambilalihan Twitter yang kacau balau, yang diperoleh sekitar USD 44 miliar pada akhir tahun lalu.
Pemutusan hubungan kerja yang yang tinggi dari Elon Musk, kebijakan besar-besaran dan perubahan fitur telah mengguncang kepercayaan pengiklan, politikus dan selebritas.
Banyak yang secara terbuka mengumumkan keputusannya untuk meninggalkan dan mengurangi pemakaian Twitter termasuk Elton John, Jim Careey dan MTA, agen angkutan umum kota New York.
Unggahan Jack Dorsey
Setelah membuat tawaran terbaik dan terakhir untuk membeli Twitter seharga USD 44 miliar, atau sekitar USD 54,20 per saham, Musk mencoba mundur dari kesepakatan yang dia buat untuk membeli perusahaan itu.
Dia harus membayar denda USD 1 miliar atau dikenal sebagai “biaya perpisahan” untuk melakukannya dan membuktikan kepada pengadilan Delaware kalau punya alasan bagus untuk pergi. Sementara itu, Elon Musk membawa masalah itu ke pengadilan, dan tepat selesaikan kesepakatan itu.
Dorsey yang masih menjadi pemegang saham Twitter, perjuangkan kesepakatan itu. Namun, pada Jumat, 28 April 2023, ia menulis segala sesuatunya berjalan berbeda. “Saya pikir dia seharusnya pergi dan membayar USD 1 miliar. Tidak jelas apakah musk atau Twitter bahkan memiliki opsi itu,” kata dia.
Advertisement
Pendiri Twitter Jack Dorsey Minta Maaf Usai PHK Massal
Sebelumnya, salah satu pendiri dan mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, melontarkan permintaan maaf. Hal ini dia nyatakan dalam menanggapi pemangkasan karyawan di perusahaan media sosial, tersebut usai diambil alih oleh Elon Musk.
Seperti diketahui pada Jumat lalu, Elon Musk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada setengah dari karyawan Twitter, yang berdampak pada pekerja di seluruh departemen.
Dorsey pun mengklaim, dirinya bertanggung jawab atas situasi PHK ini dan menyebut dirinya mengembangkan perusahaan terlalu cepat.
"Orang-orang di Twitter dulu dan sekarang kuat dan tangguh. Mereka akan selalu menemukan jalan tidak peduli betapa sulitnya saat itu," tulis Dorsey di akun Twitter-nya, dilansir The Verge.
"Saya sadar banyak yang marah kepada saya. Saya memiliki tanggung jawab mengapa semua orang berada dalam situasi ini: Saya mengembangkan ukuran perusahaan terlalu cepat. Saya minta maaf untuk itu," ujarnya, dikutip Minggu (6/11/2022).
Dorsey sebelumnya menjadi CEO Twitter dalam dua kali masa jabatan yang tidak berurutan. Ia sempat turun dari jabatannya di 2007, setelah kembali menjabat di tahun 2015 dan mengundurkan diri November 2021 lalu.
Dia lalu digantikan oleh Parag Agrawal, sebelum perusahaan diambil alih oleh Elon Musk, di mana Dorsey mendukung pengambilalihan tersebut.
Sebelum memecat sekitar 50 persen karyawan Twitter, termasuk 15 persen tim yang bertanggung jawab untuk moderasi konten, sang CEO Tesla juga mencopot Agrawal dan sejumlah petinggi lainnya.
Karyawan Layangkan Gugatan Hukum ke Twitter
Pemangkasan itu membuat Twitter dilaporkan tengah mendapat gugatan hukum dari para karyawannnya, setelah PHK diberlakukan. Informasi ini diketahui dari laporan terkini Bloomberg.
Seperti dikutip dari Engadget, Sabtu (5/11/2022), para karyawan melayangkan gugatan hukum class action terhadap Twitter di pengadilan federal San Fransisco.
Dalam gugatannya, mereka menyebut tindak PHK yang dilakukan perusahaan dengan ikon bentuk burung berwarna biru itu bertentangan dengan hukum.
Menurut UU Worker Adjustment and Retraining Notification (WARN) Amerika Serikat, perusahaan dengan 100 atau lebih karyawan diharuskan memberi tahu mengenai PHK massal 60 hari sebelumnya. Keputusan yang diambil Twitter terbilang mendadak.
Untuk itu, para penggugat meminta pengadilan untuk mengeluarkan perintah yang memaksa Twitter mematuhi UU WARN. Mereka juga meminta pengadilan melarang perusahaan menarik hak karyawan sedang berperkara.
Advertisement