Liputan6.com, Palembang - Nasi minyak merupakan makanan khas Sumatera Selatan. Kuliner Palembang ini berupa olahan nasi yang dimasak dengan minyak samin bersama rempah-rempah khas Nusantara dan Timur Tengah.
Nasi minyak umumnya disajikan saat ada acara tertentu, seperti pesta pernikahan, syukuran, Idulfitri, Iduladha, dan lainnya. Sajian ini banyak ditemukan di seluruh Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut fakta menarik nasi minyak Palembang.
Baca Juga
Advertisement
1. Mirip kuliner Timur Tengah
Nasi minyak mirip dengan hidangan Arab Saudi yaitu nasi kabsah. Tentunya, beberapa bahan yang berbeda karena menyesuaikan lidah Nusantara.
Nasi yang dipakai untuk membuat hidangan nasi kabsa dari nasi basmati. Sedangkan nasi minyak adalah nasi putih.
Bumbu dari nasi minyak adalah minyak samin, bawang merang, bawang putih, ketumbar, kunyit, kayu manis, adas, pala, serai, kaldu, kapulaga, cengkeh, jahe, susu, saus tomat, jintan, dan daun salam. Sedangkan bumbu dari nasi kabsa adalah saus tomat, cabai merah, daun salam, sereh, cengkeh, kapulaga, adas, garam masala, kaldu, dan daging.
Nasi minyak terkenal dengan rempahnya yang kuat, sehingga memberikan cita rasa gurih yang kaya dan beraroma kuat dan menggugah selera.
Cara membuat nasi minyak cukup memakan waktu. Pembuatannya dimulai dengan menumis bumbu yang sudah dihaluskan berupa bawang merah, bawang putih, bawang bombay, ketumbar, dan jahe dengan minyak samin.
Lalu bumbu ditumis hingga beraroma harum. Setelah itu tambahkan kapulaga, adas, jinten, serai, pala, kaldu, daun salam, dan saus tomat untuk nasi minyak merah, atau kunyit untuk nasi minyak kuning.
Kemudian tumis hingga berbau harum, barulah ditambah susu. Lalu masak nasi hingga matang.
Nasi minyak dapat juga ditambahkan kismis atau daging untuk menambah tekstur dan rasa.
2. Akulturasi kuliner Nusantara dan budaya Timur Tengah
Nasi minyak adalah perpaduan kuliner Arab dan Indonesia. Zaman dahulu, Palembang adalah tempat untuk perdagangan internasional, termasuk Tiongkok dan Arab.
Awalnya para migran tidak diizinkan untuk hidup daratan, sehingga mereka tinggal di pinggiran. Lambat laun, seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi, maka para migran diizinkan untuk tinggal di tepi Sungai Musi, bagian Ulu Palembang yang sekarang terkenal dengan Kampung Arab Al-Munawar.
Orang-orang Arab ini kemudian menyebarkan budaya hingga kuliner hingga terciptalah berbagai kuliner perpaduan Arab dan Palembang, Indonesia yang kaya aneka rempah dan beraroma kuat. Salah satunya adalah nasi minyak.
3. Mulanya hanya dinikmati kalangan bangsawan
Mulanya nasi minyak adalah hidangan yang hanya disajikan untuk keluarga Kesultanan Palembang Darussalam. Nasi minyak menjadi hidangan rutin Sultan Palembang yang dihidangkan setiap hari Jumat setelah shalat Jumat.
Nasi minyak juga dihidangkan kepada tamu-tamu agung yang berkunjung ke Kesultanan Palembang Darussalam.
4. Jenis nasi minyak dan aneka lauk pendampingnya
Terdapat dua jenis nasi minyak yaitu nasi minyak merah dan kuning. Warna merah pada nasi minyak merah didapat dari tomat, sedangkan warna kuning pada nasi minyak kuning dari kunyit.
Nasi minyak dapat dihidangkan dengan berbagai lauk dari daging, tahu, hingga ikan. Untuk daging, nasi minyak dapat dinikmati bersama dengan rendang daging, kari ayam, gulai daging, atau ayam goreng.
Nasi minyak juga nikmat disantap bersama dengan cakalang suwir, telur dan tahu balado, atau paru goreng. Nasi minyak dapat disajikan dengan acar dan kerupuk.
Advertisement