Liputan6.com, Jakarta - Islam mengajarkan pasangan suami istri untuk melakukan hubungan seksual dengan adab atau etika yang dianjurkan. Dengan kata lain, hubungan seksual tidak boleh dilakukan sembarangan meski sudah sah menjadi suami istri.
Imam Al-Ghazali menyebutkan sejumlah rangkaian persiapan yang perlu dilakukan ketika pasangan suami istri hendak berhubungan seks.
Advertisement
Etika ini dirangkum dari akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW (naqli) dan pendekatan akal (aqli). Ulama yang bergelar Hujjatul Islam ini memandang bahwa aktivitas hubungan seksual bukan hanya sekadar kegiatan rutin pelepasan syahwat (nafsu) belaka. Baginya, hubungan seksual merupakan sebuah aktivitas fisik sekaligus psikis yang kompleks. Pasalnya, kegiatan melibatkan perasaan, bahasa tubuh, bahasa verbal, dan berdimensi ibadah serta medis.
Karenanya, hubungan seksual perlu dipersiapkan dari segala macamnya. Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam karyanya Al-Adab fid Din sebagai berikut:
آداب الجماع- طيب الرائحة ولطافة الكلمة وإظهار المودة وتقبيل الشهوة والتزام المحبة ثم التسمية وترك النظر إلى الفرج فإنه يورث العمى والستر تحت الإزار وترك استقبال القبلة
Artinya: “Etika berhubungan badan dengan istri antara lain mengenakan wangi-wangian, menggunakan kata-kata yang lembut, mengekspresikan kasih-mesra, memberikan kecupan menggelora, menunjukkan sayang, baca bismillah, tidak melihat kemaluan istri karena konon menurunkan daya penglihatan, mengenakan selimut atau kain (saat bercinta), dan tidak menghadap kiblat,” (Lihat Imam Al-Ghazali dalam Al-Adab fid Din, Beirut, Al-Maktabah As-Sya‘biyyah, halaman 175).
Pengaturan Suasana Ruang
Tak sampai di situ, Islam juga mengajarkan umatnya yang hendak melakukan hubungan seks untuk mempersiapkan suasana ruangan senyaman mungkin.
Untuk itu, aroma ruangan perlu diciptakan agar sedap dan harum. Selain ruangan, tubuh dengan segala organ di dalamnya sedapat mungkin jauh dari aroma busuk.
Kondisi psikis pun perlu diperhatikan. Bahasa tubuh harus menunjukkan kasih-mesra. Sementara bahasa verbal juga menempati posisi agak penting dengan intonasi yang lembut dan pilihan kata-kata yang santun.
Advertisement
Rambu-Rambu Berhubungan Seks
Berikutnya Imam Al-Ghazali mengingatkan umat Islam untuk memperhatikan rambu-rambu agama Islam seperti:
- Membaca bismillah
- Bertutup selimut atau kain saat berhubungan
- Tidak menghadap kiblat
- Tidak memandang kemaluan pasangan.
“Semua rangkaian adab ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hubungan seksual dan menambah keharmonisan pasutri. Wallahu a'lam,” kata penulis Islam Alhafiz K mengutip NU Online, Senin (1/5/2023).
Doa Sebelum dan Sesudah Hubungan Seks
Umat Islam juga dianjurkan untuk membaca doa sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks dengan tujuan meminta perlindungan dari Allah dan mendapat keturunan yang saleh.
Doa Sebelum Hubungan Seks
Doa yang bisa dibaca sebelum melakukan hubungan seks yakni:
بِسْمِ اللهِ العِلِيِّ العَظِيْمِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنْ قَدَّرْتَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ صُلْبِيْ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِي الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنِيْ
Bismillâhil ‘aliyyil ‘azhîm. Allâhummaj‘alhu dzurriyyatan thayyibah in qaddarta an takhruja min shulbî. Allâhumma jannibnis syaithâna wa jannibis syaithâna mâ razaqtanî.
Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tuhanku, jadikanlah ia keturunan yang baik bila Kau takdirkan ia keluar dari tulang punggungku. Tuhanku, jauhkan aku dari setan, dan jauhkan setan dari benih janin yang Kau anugerahkan padaku,” seperti diterangkan tokoh Islam Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Advertisement
Doa Sesudah Hubungan Seks
Sedangkan doa setelah hubungan seks yakni:
بِسْمِ اللهِ الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ المَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصَهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيْرًا
Bismillah. Alhamdulillâhilladzî khala minal mâ’i basyarâ, faja‘lahû nasaban wa shahrâ, wa kâna rabbuka qadîrâ.
Artinya: “Dengan nama Allah, segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan manusia dari air, lalu menjadikannya sebagai keturunan dan kekerabatan. Tuhanmu maha kuasa.” Syekh Abdul Qadir menyarankan, doa ini dibaca cukup di dalam hati, tanpa menggerakan mulut.