Mengenal Teknik Ecoprint, Alternatif Produksi Tekstil yang Ramah Lingkungan

Ecoprint adalah teknik tekstil yang menghasilkan pola atau gambar pada kain dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, bunga, dan kayu. Teknik ini tidak hanya menciptakan pola yang indah dan unik, tetapi juga berdampak positif pada lingkungan.

oleh Dyra Daniera diperbarui 09 Mei 2023, 21:53 WIB
Teknik ecoprint yang ramah lingkungan. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Liputan6.com, Jakarta - Industri tekstil dikenal sebagai salah satu industri yang paling berdampak pada lingkungan. Banyaknya penggunaan bahan kimia berbahaya, energi yang dihabiskan untuk produksi, dan limbah yang dihasilkan merupakan masalah serius yang perlu diatasi. 

Menanggapi hal tersebut, industri tekstil kini berinovasi menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satunya melalui penemuan teknik ecoprint. Ecoprint adalah teknik tekstil yang menghasilkan pola atau gambar pada kain dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, bunga, dan kayu.

Teknik ini tidak hanya menciptakan pola yang indah dan unik, tetapi juga berdampak positif pada lingkungan. Founder Studio Kriya Tekstil, Riki Sugianto merupakan salah satu penggiat yang aktif menggelar kelas lokakarya bagi masyarakat yang berminat mempelajari teknik ecoprint. 

"Keuntungannya udah pasti dia 100 persen ramah lingkungan ya," kata Riki kepada Liputan6.com saat diwawancarai pada kegiatan Wisata Rendah Karbon yang diselenggarakan Disparekraf DKI Jakarta, CarbonEthics, Bumi Journey, dan Jakarta Good Guide pada Sabtu, 29 April 2023. 

Ia melanjutkan, "Kedua juga, dia termasuk ke dalam sustainable karena bahan-bahannya ini kan terbaharui ya, jadi kita nggak merusak. Dan semuanya ini kalau kita buang ataupun hilang atau rusak, dia akan kembali ke alam juga."

Riki mengajarkan teknik ecoprint di atas totebag kepada para peserta Wisata Rendah Karbon. "Totebag-nya juga dia akan mengurai. Makanya kita pemilihan bahannya harus yang bener-bener natural fiber, serat alami," jelas Riki.


Teknik Ecoprint Mudah Dilakukan

Founder Studio Kriya Tekstil, Riki Sugianto menunjukkan hasil teknik ecoprint. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Berbagai jenis daun dapat digunakan untuk teknik ecoprint. "Sebenarnya semua daun bisa, tapi harus kita coba dulu di kain. Karena nggak semua daun keluar warnanya," jelas Riki.

Daun yang motifnya bagus untuk teknik ecoprint adalah daun singkong, daun kenikir, dan daun jati. Teknik ecoprint cukup mudah untuk dipelajari dan dipraktikkan. Pertama, kain atau totebag yang akan dijadikan alas ecoprint ditaruh di atas permukaan yang datar dan kokoh. Kemudian, taruh selembar plastik di bagian dalam totebag, taruh bagian tulang daun supaya menempel di kain dan tutup daun dengan selembar plastik lagi. 

Bagian penting dari teknik ecoprint adalah memukul daun ke totebag dengan palu yang terbuat dari kayu supaya warna dan motif daun menempel di kain. Menurut Riki, penting juga untuk mengetahui karakteristik daun yang digunakan.

"Kenikir ini banyak airnya, kalau ditumbuk akan melebar, warnanya ke mana-mana. Jadi, lebih baik kain dibagi dua supaya warnanya kebagi dua,” ucap Riki sambil mempraktikkan. 

Setelah memukul daun di atas totebag, plastik penutup dan daun diangkat. Hasilnya akan memperlihatkan motif dan warna hijau daun yang cantik.


Tips Mengecek Keaslian Kain

Lokakarya ecoprint bersama Studio Kriya Tekstil. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Terdapat dua jenis totebag yang digunakan dalam kelas lokakarya ecoprint, yang satu berwarna kekuningan karena dicampur dengan tunjung, dan yang satu berwarna putih karena dicampur dengan tawas. "Karena kita menggunakan bahan alami, maka otomatis warnanya akan pudar. Jadi kita butuh ini untuk mengunci (warna)," ujar Riki. 

Totebag menggunakan bahan belacu yang warnanya sedikit cokelat buram, sehingga warnanya dibuat lebih cantik dengan membuatnya berwarna kuning atau putih. Menurutnya, tidak semua bahan kain cocok sebagai alas ecoprint.

"Ada satu kain yang tidak bagus untuk ecoprint, yaitu drill, yang biasa digunakan untuk celana dan bahan-bahan seragam. Cara kita tau kain yang bagus atau nggak, kalau dibakar," ucap Riki. Teknik ini juga bermanfaat untuk mengetes apakah suatu kain berkualitas bagus atau tidak. 

Ia pun membakar empat jenis kain yang berbeda. Kain sutra, katun rayon, dan kain linen yang terbuat dari nabati berubah menjadi abu yang halus ketika dibakar. Sementara itu, kain drill hangus dan menjadi keras ketika dibakar. 


Lokakarya Terbuka Untuk Umum

Peserta lokakarya ecoprint dalam kegiatan Wisata Rendah Karbon Disparekraf DKI Jakarta. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Studio Kriya Tekstil sudah berjalan hampir tujuh tahun membuka kelas-kelas yang berhubungan dengan tekstil, yakni lokakarya ecoprint, shibori, dan tapestry. Mereka juga menjual produk shibori. Usaha yang dibuka sejak 2015 itu memiliki dua studio di Jakarta, yaitu di KANA Furniture, Kemang, dan Kokonut & Curtains di Senayan.

"Kalau untuk workshop, kita juga pernah di luar kota, paling jauh itu di Surabaya sama Palembang," jelas Riki. Ia melanjutkan, "Biasanya kita diundang untuk acara-acara Dekranasda ataupun kegiatan-kegiatan perusahaan lainnya."

Harga rata-rata kelas lokakarya ecoprint Studio Kriya Tekstil adalah sebesar Rp375.000. Namun, dapat lebih murah tergantung jumlah peserta. Dengan harga tersebut, peserta kelas sudah dapat membawa pulang semua alat.

Riki berkata, "Kelas-kelas kita itu semuanya terbuka untuk umum, nggak ada spesifikasi apa pun, semuanya terbuka." Ia senang banyak masyarakat yang antusias terhadap kelas ecoprintnya. Paling banyak, terdapat 1300 peserta dalam satu acara. 

Ke depannya, Studio Kriya Tekstil ingin fokus mengajari ecoprint ke sekolah-sekolah. "Khususnya sekolah TK atau sekolah-sekolah dasar karena menurut aku penting banget ngajarin hal-hal seperti ini, karena kan motorik, sensorik, itu penting buat anak-anak ya," ucap Riki. 

Macam-macam material fesyen berkelanjutan. (dok. Liputan6.com/Trie Yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya