Cari Keadilan, Keluarga Serda Herdi Kirimkan Surat ke Presiden Jokowi

Kematian Serda Herdi di tempat tugasnya Bataliyon Arhanud 16 Kostrad Makassar yang belum diketahui penyebabnya membuat pihak keluarga terus mendesak agar penyelidikan yang dilakukan secara transparan, dengan mengirimkan surat ke Presiden Jokowi.

oleh Apriyanto diperbarui 02 Mei 2023, 21:00 WIB
Orang tua Serda Herdi menuntut keadilan atas kematian anaknya saat bertugas di Bataliyon Arhanud 16 Kostrad Makassar.

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Belum adanya kejelasan penyelidikan terkait tewasnya Sersan Dua (Serda) Muhammad Herdi Fitriansyah saat bertugas di Batalyon Arhanud 16 Kostrad Makassar, membuat pihak keluarga almarhum melayangkan surat ke Presiden. Hal ini dilakukan dengan harapan penyelidikan atas kematian Herdi di Makassar dapat dilakukan secara transparan. Karena sampai saat ini pihak keluarga masih bersikukuh kematian Serda Herdi janggal dan bukan karena bunuh diri.

Sebelumnya, Satuan tempat Serda Herdi bertugas, Batalyon Arhanud 16 Kostrad di Makassar, menyatakan Herdi tewas akibat gantung diri, namun keluarga menolak pernyataan tersebut dan meminta untuk dilakukan autopsi ulang.

Setelah 18 hari kematian Serda Herdi, pihak keluarga menuntut transparansi penyelidikan atas kasus yang menimpa Herdi pada 14 April 2023.

Keluarga berharap pihak TNI segera menyampaikan hasil autopsi guna mengungkap kebenaran penyebab kematian Serda Herdi.

Kuasa hukum keluarga Serda Herdi, Juli Ariyanto menjelaskan, pihaknya telah menyurati Kodam XIV/Hasanuddin, guna memberikan penjelasan mengenai penyebab meninggalnya Serda Herdi.

"Berbagai cara kita lakukan, termasuk dengan bersurat ke Kodam di Makassar," terang kuasa hukum korban saat melakukan pada Senin (1/4/2023) siang.

Sementara itu, Ayah Serda Herdi, Hatta Ardiansyah menjelaskan tentang pengakuan anaknya sebelum dikirim ke Tenggarong, Kukar dengan kondisi telah meninggal dunia.

Menurut Hatta, sejak anaknya dipindah ke Makassar, mendiang Serda Herdi kerap menelepon dan menceritakan kekerasan yang sering dialaminya yang dilakukan seniornya.

Tak hanya sering di siksa, dari bukti chat yang diperlihatkan pihak keluarga, mendiang Serda Herdi mengaku sering disuruh ke koperasi ambil mie dan telur atas nama Serda Herdi, namun Serda Herdi menulis senior yang menyuruhnya.

Akibat sering diperas, Serda Herdi harus berhutang di kantin Batalyon tempat almarhum mengabdi.

"Beberapa jam sebelum kami dapat kabar Herdi meninggal, kami sempat menerima telepon dari mendiang yang menanyakan kabar ibunya," ucap Hatta lirih.


Surat Terbuka ke Presiden Joko Widodo

Jasad Serda Herdi saat tiba di rumah duka di Tenggarong, Kukar, setelah diberangkatkan dari Makassar, Sulawesi Selatan pada Sabtu (15/4/2023).

Bahkan, hingga saat ini pihak keluarga belum menerima barang-barang pribadi milik korban. Atas dasar itulah pihak keluarga terus mendesak agar pihak terkait transparan dalam melakukan penyelidikan, serta mengirim surat terbuka ke presiden.

Berikut isi surat terbuka keluarga almarhum Serda Herdi untuk Presiden Jokowi:

Keluarga besar almarhum Muhammad Herdi Fitriansyah di sini hadir orang tua marhum kakak sepupu adik ingin menyampaikan secara terbuka Kami memohon perlindungan dan bantuan kepada bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Panglima TNI, Bapak Kapolri, Bapak Kepala Staf angkatan Darat TNI, Ibu Ketua DPR RI yang mana mulai tanggal 14 April 2023 hingga sampai saat ini kami tidak mendapatkan kejelasan terkait meninggalnya anak saudara kami almarhum Serda Muhammad Herdi Fitriansyah di tempat tugasnya batalyon Arhanud 16 Kostrad Makassar, Sulawesi Selatan.

Adapun yang kami sampaikan dan pertanyakan adalah hal-hal yang sebagai berikut:

1. Ketika jenazah dikabarkan kepada kami meninggal dunia karena bunuh diri atau gantung diri tertanggal 14 April dan kemudian tiba di Kalimantan Timur tertanggal 15 April kami mengalami banyak kejadian yang kami rasa sangat janggal seperti ketika penjemputan jenazah di bandara Balikpapan pihak oknum atau dari kesatuan pertahanan Arhanud 16 Kostrad Makassar Sulawesi Selatan meminta ambulans desa kami untuk menjemput jenazah di bandara Balikpapan yang setahu dan menurut kami ketika ada anggota TNI meninggal dunia seharusnya ada pengawalan dan juga pastinya akan disediakan ambulans dinas dari kesatuan TNI namun faktanya tidak, kemudian ketika kami mengeluarkan jenazah almarhum dari petinya kami menemukan banyak luka lebam dan kami rasa ada dugaan penganiayaan.

2. Sampai detik ini kami tidak mendapatkan selembar surat pun terkait kejelasan fakta data penyebab meninggalnya anak kami dan perkembangan terkait hasil autopsi pun sampai detik ini pun kami tidak dapat informasinya.

3. Sampai detik ini juga kami belum menerima barang dan alat benda kepunyaan almarhum seperti handphone, laptop, buku rekening bank dan barang-barang lainnya yang merupakan kepunyaan almarhum untuk jadi kenangan kami.

4. Sampai detik ini kami sangat kebingungan dan tidak tahu mau mengadu ke mana terkait perkembangan informasi penyebab meninggalnya anak/saudara kami, kami tidak bisa mengakses dan mendapatkan informasi perkembangan penyebab meninggalnya almarhum.

Oleh karenanya kami mohon dengan sangat perlindungan dan bantuan kepada bapak Presiden Republik Indonesia Bapak Ir H Joko Widodo, Bapak Panglima TNI Jendral Laksamana Yudo Margono, Bapak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Bapak Kepala Staf angkatan Darat TNI Jenderal Dudung Abdurrahman, ibu Ketua DPR RI Hj Puan Maharani yang mana mulai tertanggal 14 April hingga sampai saat ini kami tidak mendapatkan kejelasan terkait meninggalnya anak saudara kami almarhum Serda Muhammad Herdi Fitriansyah di tempat tugasnya, Batalyon Arhanud 16 Kostrad Makassar, Sulawesi Selatan.

Kami selaku keluarga besar almarhum bermohon dengan sangat kepada bapak presiden para pimpinan aparat penegak hukum untuk membantu kami menolong kami agar keluarga kami mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya dan semoga ini menjadi ladang pahala buat almarhum agar tenang di alam sana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya