Bursa Saham Asia Merosot Jelang Hasil Rapat The Fed

Bursa saham Asia Pasifik loyo pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 jelang keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2023, 08:42 WIB
Indeks saham Australia melemah 0,21 persen pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023. Bursa saham Asia Pasifik cenderung lesu. ((Foto: Marcus Reubenstein/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Rabu (3/5/2023). Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi di tengah investor menantikan keputusan kebijakan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat yang akan dirilis pada Kamis pagi di Asia.

Dikutip dari CNBC, sebuah jajak pendapat Reuters menemukan 94 dari 105 ekonom memperkirakan the Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, dan kemudian akan berhenti.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,21 persen. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan susut 0,55 persen dan indeks Kosdaq terpangkas 0,85 persen.

Indeks Hang Seng berjangka melemah ke posisi 19.624 dari penutupan terakhir di kisaran 19.933,81. Sedangkan bursa saham Jepang dan China libur pada Rabu pekan ini.

Di Amerika Serikat, tiga indeks acuan di wall street tertekan seiring kekhawatiran sektor perbankan. Indeks Dow Jones dan Nasdaq melemah 1,08 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 1,16 persen.

 


Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 2 Mei 2023

Indeks ASX 200 di bursa saham Australia melemah pada perdagangan Kamis, 27 April 2023. (Foto: Marcus Reubenstein/Unsplash)

Reserve Bank of Australia atau Bank Sentral Australia secara tak terduga menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,85 persen setelah mempertahankan suku bunga acuan stabil di 3,6 persen pada pertemuan April.

Dikutip dari CNBC, dolar Australia menguat 0,6 persen menjadi 0,6677 terhadap dolar Amerika Serikat setelah pergerakan tersebut. Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,92 persen ke posisi 7.267,4 karena saham keuangan memimpin penurunan.

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar bervariasi pada perdagangan Selasa pekan ini seiring sebagian besar pasar kembali buka usai libur Hari Buruh Internasional.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,12 persen ke posisi 29.157,95 dan indeks Topix melemah 0,12 persen ke posisi 2.075,53.

Indeks Kospi Korea Selatan ditutup naik 0,91 persen ke posisi 2.524,39 seiring tingkat inflasi Korea Selatan melambat ke level terendah 14 bulan di 3,7 persen. Indeks Kosdaq bertambah 1,52 persen ke posisi 855,61.

Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,22 persen pada jam terakhir perdagangannya, sementara itu indeks Hang Seng teknologi naik tipis. Bursa saham China libur.


Penutupan Wall Street pada 2 Mei 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, (2/5/2023) karena kekhawatiran pelaku pasar kembali seputar penularan di sektor perbankan regional jelang keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, Rabu (3/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 367,17 poin atau 1,08 persen ke posisi 33.684,53. Indeks S&P 500 susut 1,16 persen ke posisi 4.119,58. Indeks Nasdaq terpangkas 1,08 persen ke posisi 12.080,51. Rata-rata tiga indeks acuan jatuh untuk sesi kedua berturut-turut.

Saham bank merosot dengan SDPR S&P Regional Banking ETF melemah lebih dari 6 persen. Pelaku pasar mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang kecil setelah krisis yang melanda wall street pada Maret 2023 dan menyebabkan berakhirnya Silicon Valley Bank dan First Republic Bank. Bank regional PacWest dan Western Alliance masing-masing turun 27 persen dan 15 persen.

Sementara itu, saham JPMorgan Chase merosot 1,6 persen. Sehari sebelumnya, saham JPMorgan naik setelah pengambilalihan First Republic Bank regional. Bank besar lainnya termasuk Goldman Sachs dan Citigroup juga turun lebih dari 2 persen. Saham Bank of America susut 3 persen.

“Kami berpikir bahwa kekhawatiran seputar sektor bank, dikombinasikan dengan kegelisahan terkait plafon utang, dan yang paling penting, kekhawatiran atas sikap kebijakan suku bunga the Fed yang tidak pasti di masa depan, semuanya berkontribusi terhadap sentimen penghindaran risiko ini,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk, dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, area seperti sektor bank yang sudah mengalami tekanan juga melihat kegelisahan yang lebih besar karena faktor-faktor penyebab lainnya ini.


Menanti Pertemuan the Fed

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Pertemuan kebijakan bank sentral atau the Federal Reserve (the Fed) dalam dua hari ini diprediksi dengan bank sentral AS bakal dongkrak suku bunga 25 basis poin (bps) pada Rabu, 3 Mei 2023 waktu setempat. Menurut the CME Group’s FedWatch, pelaku pasar menilai peluang sekitar 85 persen dari kenaikan suku bunga. Investor akan mencari petunjuk apakah the Fed akan mempertahankan suku bunga yang stabil setelah pertemuan ini, atau apakah akan lebih mengetatkan kebijakan moneter untuk melawan inflasi.

Hal yang membebani sentimen pada perdagangan Selasa, adalah kabar dari Departemen Keuangan AS kalau negara itu dapat mencapai batas utang lebih cepat dari yang diharapkan. Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan pada Senin, 1 Mei 2023 kalau AS mungkin kehabisan langkah untuk membayar utangnya paling cepat 1 Juni 2023, lebih awal dari tenggat akhir Juli yang diperkirakan Goldman.

“Anda memiliki koktail sempurna untuk hari bebas risiko. Ini adalah hari bebas risiko dengan tiga situasi biner menatap dari cakrawala jangka pendek,” ujar Chief Market Strategist B.Riley Wealth Management, Art Hogan.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya