IBM Berencana Ganti 7.800 Tenaga Kerja dengan AI

IBM mengatakan akan berhenti merekrut sekitar 7.800 pekerjaan, yang akan digantikan oleh teknologi AI.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Mei 2023, 11:20 WIB
Logo IBM di terpajang kantor IBM, Jakarta (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta International Business Machines Corp atau IBM mengungkapkan akan memberhentikan ribuan perekrutan pekerja untuk menggantikan perannya dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

 

Mengutip US News, Rabu (3/5/2023) IBM mengatakan akan berhenti merekrut sekitar 7.800 pekerjaan, yang akan digantikan oleh teknologi AI.

CEO IBM, Arvind Krishna mengatakan bahwa pihaknya akan menangguhkan rekrutmen untuk divisi back office atau yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM).

 

Dia menambahkan, 30 persen dari tenaga kerja IBM yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan akan digantikan oleh AI dan otomatisasi dalam lima tahun mendatang.

Pernyataan itu muncul ketika AI menjadi tren di seluruh dunia setelah peluncuran chatbot viral OpenAI yang didukung Microsoft Corp, ChatGPT, pada November tahun lalu.

 


World Economic Forum: 14 Juta Pekerjaan Bakal Lenyap Dalam 5 Tahun

Ilustrasi Foto Lowongan Kerja (iStockphoto)

Gangguan besar dikhawatirkan akan mengguncang pasar tenaga kerja global selama lima tahun ke depan, karena pelemahan ekonomi dan perusahaan meningkatkan adopsi teknologi baru, yaitu Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan.

Hal itu diungkapkan oleh World Economic Forum, dalam sebuah laporan berdasarkan survei terhadap lebih dari 800 perusahaan.

Mengutip CNN Business, Senin (1/5/2023) World Economic Forum, yang menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin global di Davos, Swiss, setiap tahun, menemukan bahwa pemberi kerja berharap dapat menciptakan 69 juta pekerjaan baru pada tahun 2027. 

Namun, sebanyak 83 juta posisi dikhawatirkan bisa dihapus, mengakibatkan hilangnya 14 juta pekerjaan, atau setara dengan 2 persen dari pekerja saat ini.

World Economic Forum menyoroti pergeseran ke sistem energi terbarukan yang akan menjadi mesin yang kuat untuk menghasilkan lapangan kerja, tetapi di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan inflasi yang tinggi akan mendorong kerugian.

Dengan sejumlah negara yang mulai dengan cepat mengadopsi teknologi kecerdasan buatan, bisa memunculkan dampak positif dan negatif.

Perusahaan akan membutuhkan pekerja baru untuk membantu mereka menerapkan dan mengelola alat AI.

Pekerjaan analis dan ilmuwan data, spesialis pembelajaran mesin, dan pakar keamanan siber diperkirakan akan tumbuh rata-rata 30 persen pada tahun 2027, menurut WEF.

Pada saat yang sama, proliferasi kecerdasan buatan akan membahayakan banyak posisi, karena robot menggantikan manusia dalam beberapa kasus.

Diperkirakan hanya ada 26 juta lebih sedikit pekerja di bidang pencatatan dan administrasi pada tahun 2027, ungkap WEF. Selain itu, pekerja entri data dan sekretaris eksekutif juga diperkirakan akan mengalami penurunan aling tajam.


WEF Ramal 42 Persen Pekerjaan Akan Berbasis Mesin pada Tahun 2027

Ilustrasi Bekerja di Perusahaan Credit: pexels.com/pixabay

Organisasi yang disurvei oleh WEF juga memperkirakan bahwa 34 persen dari semua tugas terkait bisnis saat ini dilakukan oleh mesin. Angka tersebut melampaui tahun 2020.

Ekspektasi untuk laju adopsi di masa mendatang juga telah direvisi turun.

Pada tahun 2020, pemberi kerja mengira 47 persen tugas akan diotomatisasi pada tahun 2025. Sekarang mereka memperkirakan angka tersebut akan mencapai 42 persen pada tahun 2027.

Sementara itu, perusahaan memikirkan kembali keterampilan apa yang dibutuhkan karyawan mereka. Perusahaan sekarang menghargai "kemampuan untuk menggunakan alat AI secara efisien" lebih dari pemrograman komputer, menurut WEF.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya