Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mengumumkan pengunduran diri Direktur Utama perseroan, Tjandra Gunawan. Direktur Kepatuhan Bank Neo Commerce, Ricko Irwanto menjelaskan, pada 28 April 2023, perseroan telah menerima permohonan pengunduran diri dari Tjandra Gunawan dari jabatannya selaku direktur utama perseroan.
"Selanjutnya perseroan akan mengikuti dan menjalankan ketentuan yang diatur dalam POJK 33/2014 dan anggaran dasar perseroan untuk mengadakan rapat umum pemegang saham dan meminta persetujuan pemegang saham atas pengunduran diri Tjandra Gunawan pada Juni 2023 mendatang," terang Ricko dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (3/5/2023).
Advertisement
Tjandra Gunawan merupakan warga Negara Indonesia yang lahir pada tanggal 9 Februari 1973 di Jakarta. Dia ditetapkan sebagai Direktur Utama Bank Neo Commerce pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 14 April 2020 dan efektif menduduki jabatannya.
Profil Tjandra Gunawan
Melansir laman resmi perseroan, Tjandra Gunawan meraih gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Tarumanagara pada tahun 1997. Mengawali karir profesional sebagai Auditor di KPMG Siddharta Siddharta & Harsono di tahun 1994, dan memulai karir di dunia keuangan dan perbankkan pada 2000 sebagai Manager, Head Office Reporting & Analyst di Citibank NA.
Dalam perjalanan karier, Tjandra Gunawan telah menduduki beberapa posisi penting seperti GM Finance & Treasury di PT Asuransi Allianz Life Indonesia, Head of Corporate Planning & Budgeting di PT Bank Commonwealth, VP Head of Business Finance & Support di Royal of Scotland NV, SVP Head of Budgeting & Planning di PT Bank QNB Indonesia Tbk, dan yang terakhir sebagai CFO PT Bank BNP Paribas Indonesia.
Rights Issue Bank Neo Commerce Kembali Alami Kelebihan Permintaan
Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk BBYB) atau BNC gelar aksi korporasi berupa Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) VI atau rights issue. Aksi tersebut mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 15 kali dari sisa saham yang belum dilaksanakan.
Rights issue BNC mengalami oversubscribed untuk yang ketiga kalinya berturut-turut setelah pelaksanaan PMHMETD IV pada Juni 2021 dan PMHMETD V di Desember 2021. Jumlah saham yang ditawarkan pada rights issue Bank Neo Commercekali ini sebanyak 2.617.133.843 saham baru, dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham. Dengan demikian, jumlah dana yang diterima BNC dari aksi ini sebesar Rp 1,7 triliun.
Capaian tersebut membuat modal inti BNC sudah melebihi Rp 3 triliun, atau telah telah memenuhi ketentuan Modal Inti minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selama periode perdagangan HMETD yang berlangsung pada 24 - 30 November 2022, juga periode pemesanan akhir saham tambahan di 30 November 2022, tercatat pelaksanaan HMETD terserap habis dan terjadi kelebihan pemesanan tambahan mencapai 1,16 miliar lembar saham atau setara dengan Rp 756 miliar.
"Tingginya animo investor ini, baik investor lama maupun baru, menunjukkan bahwa masyarakat semakin percaya terhadap kinerja positif yang ditunjukkan oleh BNC dan makin mengukuhkan posisi BNC sebagai salah satu bank digital terdepan di Indonesia," kata Head of Corporate Secretary PT Bank Neo Commerce Tbk, Agnes F. Triliana dalam keterangan resmi, Kamis (8/12/2022).
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD VI, akan digunakan untuk memperkuat modal inti dan sebagai modal kerja pengembangan Usaha Perseroan. Adapun proporsi kepemilikan saham Bank Neo Commerce setelah pelaksanaan PMHMETD VI adalah Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 25,66 persen, Gozco Capital sebesar 12,4 persen, dan Rockcore Financial sebesar 6,12 persen.
"Dukungan konsisten yang BNC terima dari berbagai stakeholders dalam beberapa tahun terakhir membuat BNC tumbuh cepat dengan menghasilkan berbagai kinerja positif yang diapresiasi pasar.” tutup Agnes.
Advertisement
Bank Neo Commerce Turunkan Target Dana Rights Issue Jadi Rp 1,7 Triliun
Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC melanjutkan aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
BNC resmi mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis, 10 November 2022.
Mempertimbangkan kondisi market dan perekonomian beberapa bulan terakhir, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Tjandra Gunawan mengatakan perseroan mengubah target dana yang diperoleh dari rights issue.
"Kami memutuskan untuk mengubah target perolehan dana dari perhelatan rights issue kami kali ini, yang awalnya sebesar Rp 5 triliun menjadi Rp 1,7 triliun. Angka ini sementara kami nilai sangat cukup untuk menjadi fuel bagi BNC dalam mengeksekusi milestones yang sudah kami rencanakan ke depannya,” kata keterangan resmi, Jumat (11/11/2022).
BNC akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.617.133.843 saham baru. Setiap pemegang 18 lembar saham lama yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham per 22 November 2022 berhak memperoleh 5 HMETD.
Satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham, sehingga jumlah dana yang akan diterima oleh BNC adalah sebesar Rp 1,7 triliun.
Dongkrak Kapasitas Pendanaan
Dalam prospektus yang diterbitkan, Pemegang Saham Utama BNC, yaitu PT Akulaku Silvrr Indonesia, PT Gozco Capital dan Rockcore Financial Technology Co.Ltd akan melaksanakan secara penuh haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya.
Beberapa tanggal penting dalam right issue BBYB antara lain, tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 November 2022, bersamaan dengan periode perdagangan HMETD yang berlangsung pada 24 - 30 November 2022. Akhir pembayaran pemesanan tambahan di 2 Desember 2022, dengan tanggal penjatahan pada 5 Desember 2022 dan tanggal pengembalian uang pemesanan pada 7 Desember 2022.
Rights issue akan meningkatkan kapasitas pendanaan BNC untuk pengembangan bisnis perusahaan sehingga kinerja perusahaan pasca rights issue diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan berkelanjutan.
"Pelaksanaan right issue merupakan bentuk komitmen Perseroan untuk selalu mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, termasuk dalam pemenuhan modal inti. Dan target jumlah perolehan dana Rp 1,7 triliun tersebut akan digunakan perseroan untuk memperkuat modal inti dan sebagai modal kerja pengembangan usaha perseroan,” ujar Tjandra.
Advertisement