Liputan6.com, Jakarta - Imunisasi merupakan perlindungan penting bagi anak untuk merangsang kekebalan spesifik dan mencegah berbagai risiko penyakit. Diperlukan imunisasi lengkap guna memberi perlindungan pada anak.
Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang anak ini dan anggota satgas imunisasi IDAI, Soedjatmiko.
Advertisement
“Imunisasi bisa melindungi bayi atau balita agar tidak sakit berat kalau menderita sakit. Itu manfaat imunisasi,” kata Soedjatmiko dalam Talk Show Radio Kesehatan: Pentingnya untuk Melengkapi Imunisasi Anak pada Rabu (3/5/2023).
Imunisasi diperlukan sejak bayi baru lahir sampai anak sampai anak berada di tahap sekolah dasar.
Menurut Soedjatmiko, tak sedikit orangtua yang melewatkan imunisasi saat anak berada di tahap sekolah.
Banyak yang berpikir bahwa imunisasi saat anak bayi atau balita sudah cukup. Padahal, kekebalan tubuh anak akan kembali menurun ketika memasuki usia sekolah, sehingga masih dibutuhkan imunisasi.
“Tetap perlu imunisasi karena kekebalannya akan menurun lagi pada usia sekolah. Meski saat bayi sudah lengkap, kalau mau lebih lengkap lagi maka saat SD juga harus dapat imunisasi,” jelasnya.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menyarankan anak untuk mendapatkan imunisasi di sekolah apabila ada. Namun, apabila sekolah tidak mengadakan imunisasi, disarankan untuk orangtua dan anak datang ke rumah sakit atau posyandu terdekat.
Segera Kejar dan Lengkapi Imunisasi yang Terlewat
Bagi anak yang imunisasinya tidak lengkap atau terlewat, Soedjatmiko mengimbau untuk segera lengkapi dan kejar imunisasi.
“Yang imunisasinya tidak lengkap, segera datang ke posyandu atau puskesmas. Kalau memang ada yang terlewat, lakukan 2 hingga 3 imunisasi sekaligus setiap datang supaya yang ketinggalan tadi bisa terkejar,” kata Soedjatmiko.
Tak perlu khawatir, Soedjatmiko mengatakan bahwa imunisasi ganda sudah terjamin keamanannya.
“Sejak 2015, sekitar 92 persen negara sudah biasa melakukan 2 hingga 3 suntikan sekaligus. Semua negara melakukan yang sama, jadi aman,” jelasnya.
Dengan begitu, tidak ada imunisasi yang terlewat dan imunisasi akan lebih cepat terlengkapi.
“Segera kejar kekurangan imunisasi. Datang ke dokter terdekat, minta dilengkapi,” Soedjatmiko menambahkan.
Advertisement
Cuma Sebagian Kecil Anak yang Rewel Pasca Imunisasi
Tak sedikit orangtua yang menolak anaknya diimunisasi dengan alasan anak akan rewel setelah imunisasi.
Terkait hal ini, Soedjatmiko mengungkap bahwa hanya sedikit anak yang rewel setelah diimunisasi.
“Yang rewel hanya sedikit, bisa ditanyakan ke ibu-ibu yang anaknya sudah suntik ganda,”
Dia menjelaskan bahwa hanya 2,5% hingga 5% anak yang rewel saat imunisasi. Yang perlu diperhatikan adalah teknik penyuntikannya.
“Asal teknik penyuntikannya benar, anak nggak akan rewel. Baiknya sambil dipeluk ibu, sambil diajak ngobrol atau minum asi. Jangan diletakkan begitu saja,” kata Soedjatmiko.
Alasan Orangtua Ogah Anaknya Diimunisasi
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak orangtua yang tak mau anaknya diimunisasi.
Menurut Soedjatmiko, ini terjadi karena banyak orangtua yang tidak mengerti tujuan utama dari imunisasi. Mereka masih berpikir bahwa imunisasi hanya sebatas agar anak sehat.
“Mereka nggak tahu bahwa penyakit itu berbahaya sekali. Polio bisa bikin lumpuh, radang paru bisa bikin kematian, diare bisa bikin meninggal. Itu nggak sampai kepada orangtua sehingga mereka lebih fokus kepada efek pasca imunisasi tadi,” jelasnya.
Alasan lainnya adalah stigma bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akan berat dan membahayakan bayi.
“Padahal, efeknya ringan sekali. Buktinya, semua negara melakukannya. Kalau berbahaya pasti dilarang,” kata Soedjatmiko.
Soedjatmiko menekankan untuk segera lindungi anak tersayang dengan imunisasi.
“Imunisasi yang disediakan oleh pemerintah untuk melindungi bayi, balita, dan remaja itu gratis. Jadi, ayo dipenuhi. Mereka harus dilindungi sedini mungkin,” ajaknya.
Advertisement