Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023. Wall street tertekan setelah the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) seperti yang diprediksi.
Dikutip dari CNBC, Kamis (4/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 270,29 poin atau 0,80 persen ke posisi 33.414,24. Indeks S&P 500 terpangkas 0,70 persen ke posisi 4.090,75. Indeks Nasdaq tergelincir 0,46 persen ke posisi 12.025,33. Indeks acuan catat penurunan beruntun dalam tiga hari.
Advertisement
Sentimen bullish (menguat) di wall street sebelumnya agak berkurang setelah ketua the Fed Jerome Powell mengesampingkan pemangkasan suku bunga karena dia tidak berharap inflasi turun cukup cepat.
“Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, perlambatan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, ekonomi dan perkembangan keuangan,” tulis Fed.
Namun, pelaku pasar memperhatikan apa yang tidak dikatakan the Fed kali ini dalam pernyataan setelah pertemuan. Mengutip CNBC, bank sentral tampaknya melunakkan bahasanya tentang kenaikan suku bunga ke depan menghilangkan garis dari pernyataan Maret yang mengatakan Komite mengantisipasi beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat.
Powell mengatakan, menghilangkan bahasa itu adalah “perubahan yang berarti” dan keputusan bank sentral pada Juni akan didorong oleh data yang masuk.
Indeks Dolar AS Melemah
Analis senior OANDA, Ed Moya menuturkan, kenaikan suku bunga menandai kenaikan ke-10 berturut-turut oleh bank sentral. Kemungkinan akan menjadi yang terakhir dalam siklus ini.
“The Fed khawatir kondisi kredit yang lebih ketat akan membebani aktivitas ekonomi dan perekrutan, sambil membantu mempertahankan tren disinflasi,” ujar Moya.
“Pengetatan kredit akan melumpuhkan ekonomi dan tampaknya selama kita tidak mendapatkan badai sempurna dari data tenaga kerja dan inflasi yang lebih panas dari perkiraan, the Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai akhir tahun ini,” ia menambahkan.
Adapun SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) menurun lebih dari 1 persen. ETF perbankan regional turun lebih dari 6 persen selama sesi perdagangan pada perdagangan Selasa pekan ini. Saham PacWest turun hampir 2 persen setelah susut sekitar 28 persen pada hari sebelumnya. Saham Western Alliance terpangkas 4,4 persen.
Indeks dolar AS yang melacak kinerja greenback terhadap enam mata uang global lainnya turun lebih dari 0,7 persen ke sesi terendah 101,07 pada perdagangan Rabu pekan ini. Level tersebut terendah sejak 16 April.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 2 Mei 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Selasa, 2 Mei 2023 karena kekhawatiran pelaku pasar kembali seputar penularan di sektor perbankan regional jelang keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Dikutip dari CNBC, Rabu (3/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 367,17 poin atau 1,08 persen ke posisi 33.684,53. Indeks S&P 500 susut 1,16 persen ke posisi 4.119,58. Indeks Nasdaq terpangkas 1,08 persen ke posisi 12.080,51. Rata-rata tiga indeks acuan jatuh untuk sesi kedua berturut-turut.
Saham bank merosot dengan SDPR S&P Regional Banking ETF melemah lebih dari 6 persen. Pelaku pasar mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang kecil setelah krisis yang melanda wall street pada Maret 2023 dan menyebabkan berakhirnya Silicon Valley Bank dan First Republic Bank. Bank regional PacWest dan Western Alliance masing-masing turun 27 persen dan 15 persen.
Sementara itu, saham JPMorgan Chase merosot 1,6 persen. Sehari sebelumnya, saham JPMorgan naik setelah pengambilalihan First Republic Bank regional. Bank besar lainnya termasuk Goldman Sachs dan Citigroup juga turun lebih dari 2 persen. Saham Bank of America susut 3 persen.
“Kami berpikir bahwa kekhawatiran seputar sektor bank, dikombinasikan dengan kegelisahan terkait plafon utang, dan yang paling penting, kekhawatiran atas sikap kebijakan suku bunga the Fed yang tidak pasti di masa depan, semuanya berkontribusi terhadap sentimen penghindaran risiko ini,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk, dikutip dari CNBC.
Ia menambahkan, area seperti sektor bank yang sudah mengalami tekanan juga melihat kegelisahan yang lebih besar karena faktor-faktor penyebab lainnya ini.
Menanti Pertemuan The Fed
Pertemuan kebijakan bank sentral atau the Federal Reserve (the Fed) dalam dua hari ini diprediksi dengan bank sentral AS bakal dongkrak suku bunga 25 basis poin (bps) pada Rabu, 3 Mei 2023 waktu setempat. Menurut the CME Group’s FedWatch, pelaku pasar menilai peluang sekitar 85 persen dari kenaikan suku bunga. Investor akan mencari petunjuk apakah the Fed akan mempertahankan suku bunga yang stabil setelah pertemuan ini, atau apakah akan lebih mengetatkan kebijakan moneter untuk melawan inflasi.
Hal yang membebani sentimen pada perdagangan Selasa, adalah kabar dari Departemen Keuangan AS kalau negara itu dapat mencapai batas utang lebih cepat dari yang diharapkan. Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan pada Senin, 1 Mei 2023 kalau AS mungkin kehabisan langkah untuk membayar utangnya paling cepat 1 Juni 2023, lebih awal dari tenggat akhir Juli yang diperkirakan Goldman.
“Anda memiliki koktail sempurna untuk hari bebas risiko. Ini adalah hari bebas risiko dengan tiga situasi biner menatap dari cakrawala jangka pendek,” ujar Chief Market Strategist B.Riley Wealth Management, Art Hogan.
Advertisement