Liputan6.com, Moskow- Rusia mengklaim telah menggagalkan serangan drone Ukraina ke Kremlin pada Rabu (3/5/2023) waktu setempat, menyebutnya sebagai upaya pembunuhan yang gagal terhadap Presiden Vladimir Putin. Moskow menjanjikan balasan atas apa yang mereka sebut sebagai tindakan teroris itu.
Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah kabar tersebut dengan mengatakan, "Kami tidak menyerang Putin atau Moskow. Kami bertarung di wilayah kami. Kami mempertahankan desa dan kota kami."
Advertisement
Pernyataan yang dilansir AP, Kamis (4/5/2023), tersebut disampaikan Zelensky selama kunjungannya ke Helsinki, Finlandia, untuk melakukan pembicaraan dengan lima pemimpin negara Nordik dalam upaya menyukseskan serangan balasan ke Rusia yang disebutnya akan terjadi segera.
Adapun penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak mengatakan bahwa tuduhan Rusia dapat memberikan mereka dalih untuk membenarkan serangan besar-besaran ke kota-kota Ukraina, penduduk sipil, dan fasilitas infrastruktur.
Putin, menurut laporan kantor berita RIA Novosti, tidak berada di Kremlin pada saat kejadian. Dia sedang ada di kediaman di Novo-Ogaryovo di luar Moskow.
Sebuah video yang diunggah di saluran Telegram kantor berita lokal Moskow yang disebut diambil dari seberang sungai dari Kremlin menunjukkan asap mengepul di atas gedung di Kremlin. Teks yang menyertai rekaman tersebut menyebutkan bahwa penghuni apartemen terdekat melaporkan mendengar ledakan dan melihat asap sekitar pukul 02.30 waktu setempat.
Video lain yang beredar, yang diduga diambil dari seberang Lapangan Merah, memperlihatkan saat sebuah drone meledak di atas atap Istana Senat di Kremlin, dekat sebuah tiang bendera.
Kremlin menuturkan bahwa militer dan pasukan keamanan Rusia menghentikan drone sebelum mereka menyerang. Tidak ada yang terluka. Situs resmi Kremlin juga menyatakan bahwa tidak ada kerusakan.
Klaim Kremlin, serangan dilakukan untuk menganggu Hari Kemenangan, yang dirayakan Rusia di Lapangan Merah pada 9 Mei untuk memperingati kekalahan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Dan Peskov menegaskan bahwa pawai Hari Kemenangan atas berlangsung sesuai jadwal.
Sebelum berita tentang dugaan serangan tersiar, Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin mengeluarkan larangan penggunaan drone di ibu kota Rusia, dengan pengecualian oleh pihak berwenang. Dia tidak memberikan alasan atas larangan tersebut, hanya mengatakan itu akan mencegah penggunaan drone ilegal yang dapat menghambat pekerjaan penegakan hukum.
Sejumlah Kemungkinan
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak dapat mengonfirmasi kebenaran klaim Rusia. Ditanya apakah AS percaya Putin menjadi target serangan Ukraina, dia menegaskan, "Sejak awal konflik AS tidak mendorong atau memungkinkan Ukraina menyerang di luar perbatasannya."
Sementara itu, Wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan bahwa PBB tidak dalam posisi mengonfirmasi klaim Rusia.
"Kami dengan tegas mengulang seruan kami bagi semua pihak untuk menahan diri dari retorika atau tindakan apapun yang dapat semakin meningkatkan konflik," kata Haq.
Profesor studi strategis di Universitas St. Andrews Phillips O'Brien menilai, "Itu jelas bahwa bukan upaya untuk membunuh Putin karena dia tidak tidur di atap dan dia mungkin tidak pernah tidur di Kremlin."
Menurut O'Brien, terlalu dini untuk membuktikan atau menyangkal apakah itu adalah upaya Rusia baik untuk membuat Ukraina terlihat sembrono atau untuk melawan opini publik Rusia atau memang itu adalah operasi Ukraina untuk mempermalukan Rusia.
Direktur Program Rusia dan Eurasia di think tank Chatham House menuturkan bahwa terdapat dua kemungkinan yang paling mungkin. Pertama, memang itu adalah "peringatan" dari Ukraina atau operasi palsu Rusia yang dirancang untuk membenarkan serangan yang lebih intens ke Ukraina atau bahkan lebih banyak wajib militer.
"Jika benar peringatan... maka itu adalah kesalahan keamanan yang mengejutkan oleh Rusia. Jika benar operasi palsu oleh Rusia maka itu berbau keputusasaan," ujarnya.
Advertisement