Ini Biang Kerok IHSG Tenggelam 1,37 Persen Sesi I Hari Ini 5 Mei 2023

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,37 persen ke posisi 6.750,54 pada perdagangan saham sesi pertama, Jumat, 5 Mei 2023. Apa penyebab IHSG yang tertekan?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Mei 2023, 13:03 WIB
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG merosot 1,37 persen ke posisi 6.750,54. Indeks LQ45 susut 1,38 persen ke posisi 939,11. Seluruh indeks acuan kompak tertekan, Jumat, 5 Mei 2023 (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh pada perdagangan saham Jumat (5/5/2023). Bahkan, IHSG terkoreksi lebih dari 1 persen usai Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,03 persen pada kuartal I 2023.

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG merosot 1,37 persen ke posisi 6.750,54. Indeks LQ45 susut 1,38 persen ke posisi 939,11. Seluruh indeks acuan kompak tertekan.

Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.851,58 dan terendah 6.733,37. Sebanyak 408 saham melemah. 101 saham menguat dan 195 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 733.472 kali dengan volume perdagangan 9,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,4 triliun.

Mayoritas indeks sektor saham (IDX-IC) tertekan kecuali sektor saham transportasi menguat 0,05 persen. Sektor saham basic melemah 2,65 persen, dan alami koreksi terbesar. Sektor saham energi turun 2,82 persen, sektor saham industri tergelincir 2,46 persen, sektor saham nonsiklikal melemah 0,74 persen, dan sektor saham siklikal tergelincir 0,57 persen.

Selain itu, sektor saham kesehatan terpangkas 1,52 persen, sektor saham keuangan turun 0,10 persen, sektor saham properti terpangkas 0,33 persen, sektor saham teknologi terpangkas 1,89 persen dan sektor saham infrastruktur susut 0,94 persen.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalahkan ekspektasi pasar yang sebesar 4,95 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 5,03 persen. Ini bisa menjadi penopang berikutnya untuk menarik investor untuk menempatkan dana mereka di IHSG.

"Selain itu kita bisa berharap jumlah investasi dari investor asing juga akan terus meningkat karena data positif tersebut serta data inflasi dan data makroekonomi yang lain yang menunjukkan kekuatan fundamental domestik," kata Arjun kepada Liputan6.com, Jumat (5/5/2023).

 


Penyebab IHSG Melemah

Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meski demikian, ia menyebut, penurunan IHSG hari ini disebabkan oleh pasar global yang juga sedang turun. Lantaran, ada sentimen negatif dari kebankrutan First Republic yang mengakibatkan investor untuk melakukan panic selling alias aksi jual.

Menurut ia, pasar domestik bisa mulai rebound pekan depan karena bursa saham domestik sudah terkoreksi lumayan dalam sejak beberapa hari dari puncaknya nya pada 27 Maret lalu. 

"Sekarang IHSG berada di level support jadi kemungkinan pekan depan bisa rebound. Saya prediksi IHSG bisa balik ke level 6.960 dalam beberapa pekan," kata dia.

Rekomendasi Saham

Bagi investor, Arjun merekomendasikan saham BMTR untuk dipertimbangkan dengan target harga Rp 300 per saham dan harga support Rp 278 per saham.

Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi menjelaskan, kondisi eksternal menjadi salah satu penyebab IHSG melemah. Ini mengingat angka pengangguran dan Produk Domestik Bruto (PDB) masih cukup baik untuk kondisi di Indonesia.

Bagi para investor, Michael merekomendasikan saham sektor konsumer, bank dan telekomunikasi untuk dapat dipertimbangkan. 

"Kondisi eksternal yang menyebabkan IHSG melemah. Kita saat ini masih prefer defensive termasuk konsumer, bank dan telekomunikasi," kata Michael.

Sementara itu, Head of Research Aldiracita Sekuritas Agus Pramono mengatakan, pelemahan IHSG dikarenakan adanya sentimen global. Selain itu, ia memprediksi IHSG masih bisa naik ke level 7.300-7.500 pada akhir 2023.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Bursa Saham Asia Beragam pada Perdagangan 5 Mei 2023

Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat (5/5/2023) seiring kekhawatiran krisis perbankan kembali menyala di wall street. Kekhawatiran krisis perbankan itu membawa tiga indeks acuan di Amerika Serikat alami penurunan beruntun dalam empat hari.

Dikutip dari CNBC, saham bank regional alami aksi jual dengan SPDR S&P Regional Bank ETF (KRE) turun lebih dari 5 persen dan beberapa bank melihat perdagangan yang fluktuatif.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,23 persen pada awal perdagangan. Reserve Bank of Australia akan merilis pernyataannya tentang kebijakan moneter yang akan merinci pertimbangan bank sentral ketika secara tak terduga menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,85 persen.

Indeks Hang Seng berjangka melemah ke posisi 19.904 dari penutupan terakhirnya 19.948,73. Indeks Hang Seng dibuka naik 1,04 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai menguat 0,13 persen dan indeks Shenzhen melemah 0,4 persen.

Sementara itu, indeks manajer pembelian layanan Caixin China pada April 2023 akan rilis Jumat pekan ini, setelah setelah PMI manufaktur Caixin jatuh ke wilayah kontraksi. Sementara itu, bursa saham Jepang dan Korea Selatan libur.

Di Amerika Serikat, wall street kompak tertekan. Indeks Dow Jones terpangkas 0,86 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,72 persen dan indeks Nasdaq susut 0,49 persen. Pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks Dow Jones berbalik arah melemah 0,06 persen.

 


Rekomendasi Goldman Sachs

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sementara itu, Goldman Sachs merekomendasikan overweight di pasar non Amerika Serikat (AS). Overweight ini kondisi saham diperkirakan mengalami kenaikan melebihi saham lainnya diri sektor yang sama. Biasanya diukur berdasarkan sekumpulan saham dari industri yang sama.

Jika pasar hindari resesi, Goldman Sachs mengatakan suku bunga akan naik memberikan tekanan ke bawah pada valuasi. Dalam hal ini, bank menginformasikan investor untuk memposisikan diri di pasar di luar Amerika Serikat (AS).

“Kami terus merekomendasikan overweight di pasar non-AS yang murah dengan profil pertumbuhan serupa. Pengembalian investor berbasis dolar AS juga harus mendapatkan dorongan dari dolar Amerika Serikat yang secara bertahap lebih rendah,” tulis beberapa analis dalam catatan.

Goldman Sachs menyukai pertumbuhan yang berkualitas dan margin bisnis yang stabil yakni energi, sumber daya alam dan bank Eropa.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya