Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia mendatar pada perdagangan Jumat (5/5/2023). Namun, harga emas bersiap catat kenaikan mingguan terbesar dalam hampir dua bulan.
Kenaikan harga emas itu seiring harapan jeda dalam siklus kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dan kekhawatiran perbankan AS sehingga memperkuat daya tarik logam safe-haven.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, di pasar spot, harga emas sedikit berubah di posisi USD 2.050,63 per ounce pada pukuk 03.49 GMT. Namun, selama sepekan, harga emas naik 3 persen. Harga emas berjangka AS menguat 0,1 persen menjadi USD 2.058,50.
Pada kamis, 4 Mei 2023, harga emas melonjak menjadi USD 2.072,19, hampir sentuh rekor tertinggi USD 2.072,49 yang dicapai pada 2020, setelah the Fed mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam kampanye pengetatan kenaikan suku bunga.
"Mengingat the Fed tergantung pada data dan tidak mempertimbangkan pemangkasan suku bunga tahun ini, pedagang akan secara aktif mencari data yang lemah dari Amerika Serikat untuk membenarkan potensi pemotongan (suku bunga),” ujar Analis City Index Matt Simpson.
Adapun ketua the Fed Jerome Powell menolak harapan pasar untuk the Fed menurunkan suku bunga pada 2023. Pihaknya menekankan akan mengawasi data yang masuk untuk menentukan keputusan kebijakan moneter ke depan.
Sementara itu, keputusan PacWest Bancorp untuk menjajaki opsi strategis memicu kekhawatiran investor akan meluasnya krisis keuangan. Selain sentimen tersebut, ANZ dalam catatan menyebutkan kalau meningkatnya risiko terhadap ekonomi Amerika Serikat juga telah mendukung permintaan investor yang kuat terhadap emas karena mencari safe haven.
Sentimen yang Dorong Permintaan Harga Emas
Ketidakpastian ekonomi dan suku bunga lebih rendah juga mendorong permintaan, ditambah indeks dolar AS secara mingguan merosot sehingga membuat emas lebih menarik bagi pembeli di luar negeri.
Sentimen sistem perbankan AS yang bikin gelisah dan kekhawatiran resesi ekonomi global dan Amerika Serikat mendorong permintaan emas sehingga terjadi mendorong harga emas sentuh rekor.
Adapun investor sedang menanti data non-farm payrolls (NFP) yang dirilis Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada pekan ini. Mengutip Kitco, data NFP diperkirakan naik 180 ribu dari sebelumnya laporan Maret 2023 sebesar 236 ribu.
“Kami perkirakan dolar AS yang melemah akan memantul seiring data ketenagakerjaan yang lemah, yang dapat mengirim emas lebih tinggi. Laporan yang kuat dapat menjadi perhatian bagi penguatan harga emas,” ujar Simpson dari City Index.
Advertisement
Harga Emas Dunia Hampir Sentuh Rekor Tertinggi
Sebelumnya, harga emas dunia kembali melaju menuju rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Kamis. Kenaikan harga emas ini dipengaruhi karena kekhawatiran akan kondisi perbankan di Amerika Serikat (AS) yang membuat investor berebut aset safe haven.
Mengutip CNBC, Jumat (5/5/2023), harga emas dunia di pasar spot naik 0,3 persen menuju USD 2.045,79 per ons setelah naik sebelumnya ke USD 2.072,19 per ons, sedikit di bawah rekor tertinggi USD 2.072,49 per ons.
Sedangkan harga berjangka AS naik 0,9 persen ke level USD 2.055,70 per ons.
Analis komoditas TD Securities Daniel Ghali menjelaskan, kenaikan harga emas dunia yang cukup signifikan ini terkait dengan tekanan di industri perbankan. Sebagian besar melihat bahwa hal ini harus diantisipasi.
"Pelaku pasar memilih untuk mengamankan asetnya dan ini adalah kelompok yang menurut kami terlibat dalam kenaikan harga emas hari ini," jelas Ghali.
Indeks utama Wall Street turun setelah langkah PacWest untuk mengeksplorasi opsi strategis memperdalam kekhawatiran tentang kesehatan bank regional. Hal ini melawan optimisme dari Federal Reserve (Fed) yang mengisyaratkan kemungkinan jeda kenaikan suku bunga.
"Perburuan ke aset penyelamat mendorong harga emas bisa menyentuh level di atas USD 2.000," kata analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn.
Ketidakpastian ekonomi dan suku bunga yang lebih rendah meningkatkan permintaan untuk emas batangan yang tidak memberikan imbahl hasil.
Prediksi Harga Emas pada 2023
Harga emas diperkirakan akan bergerak ke kisaran USD 2.100 pada akhir tahun dan kemudian naik ke USD 2.200 pada akhir Maret 2024.
Dilansir dari laman Kitco News, Senin (1/5/2023), menurut UBS yang berbasis di Swiss, mereka melihat pembelian yang dilakukan bank sentral terhadap emas menjadi pendorong harga emas bisa meningkat.
Lantaran logam mulia adalah salah satu aset dengan kinerja terbaik pada tahun 2023, naik 9,2 persen tahun ini karena harga diperdagangkan sekitar USD 2.000 per ons.
"Fitur utama dari reli adalah permintaan bank sentral yang solid dan investor keuangan kembali ke pasar, dengan dana yang diperdagangkan di bursa (Exchange Traded Fund atau ETF) ditambah pasar berjangka dan opsi semuanya mencatat permintaan terkuat dalam lebih dari setahun. Maret adalah bulan pertama dari arus masuk bersih dari ETF dalam hampir satu tahun," kata UBS.
UBS melihat aktivitas pembelian emas bank sentral yang solid berlangsung selama satu tahun lagi. Dan sementara jenis permintaan ini biasanya tidak mempengaruhi harga secara langsung, level rekor yang disaksikan akhir-akhir ini meninggalkan dampak yang tak terbantahkan.
Secara tradisional, permintaan bank sentral dianggap sebagai penggerak harga urutan kedua, karena aktivitas pembelian jarang memenuhi skala arus yang sama terkait ETF, dana lindung nilai, dan permintaan investasi lainnya.
"Tapi ini semua berubah pada tahun 2022. Pembelian bank sentral kuat terakhir, tingkat permintaan tahunan tertinggi dalam catatan sejak tahun 1950. Bagian bank sentral dari total permintaan adalah 23 persen pada tahun 2022, dibandingkan 8-14 persen antara tahun 2011 dan 2019," ujar UBS.
Advertisement
Pembelian Emas
Lebih lanjut, UBS mengutip Survei Tren Manajemen Cadangan HSBC yang menyurvei 83 bank sentral, mengungkapkan bahwa lebih dari dua pertiga responden mengira rekan mereka akan meningkatkan kepemilikan emas mereka pada tahun 2023. Dua alasan utama permintaan yang lebih tinggi adalah risiko geopolitik dan inflasi yang tinggi.
"Melihat sejauh ini pada tahun 2023, pembelian resmi telah mencapai lebih dari 120 metrik ton, yang, pada kecepatan ini, akan melihat total pembelian tahunan sekitar 750 metrik ton. Meskipun hal ini menunjukkan perlambatan laju pembelian, level ini, jika tercapai, akan menjadi yang tertinggi kedua dalam sejarah setelah rekor tahun lalu sebesar 1.136 metrik ton," kata catatan itu.
Permintaan dapat melambat karena kenaikan harga emas, tetapi volatilitas terkait pasar dan tren de-dolarisasi akan tetap menjadi pendorong yang mendorong bank sentral untuk membeli lebih banyak emas.
Setelah naik sekitar USD 150 dalam empat bulan pertama tahun ini, emas bisa mengalami kenaikan sebesar USD 100 lagi sebelum akhir tahun 2023.