Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memberikan data terbaru tentang WNI yang dievakuasi dari Sudan. Hingga Jumat (5/5/2023), ada 934 yang sudah pulang ke Indonesia.
Mereka ditolong akibat perang saudara di Sudan antara militer dan paramiliter. BBC menyebut korban tewas sudah lebih dari 500 orang.
Advertisement
Para WNI itu dipulangkan lewat empat proses evakuasi pemerintah dan juga evakuasi mandiri. Berikut tanggal keberangkatan mereka ke Indonesia:
- Tahap Pertama (27 April): 385 orang tiba pada 28 April dengan Garuda Indonesia.
- Tahap Kedua (29 April): 363 orang tiba pada 30 April dengan Garuda Indonesia.
- Tahap Ketiga (30 April): 75 orang tiba 1 Mei dengan pesawat TNI AU.
- Tahap Keempat (1 Mei): 100 orang tiba pada 2 Mei dengan Garuda Indonesia.
Ada pula 11 orang yang evakuasi secara mandiri.
Masih ada WNI yang masih ada di Sudan, tetapi ada puluhan WNI yang menolak untuk pulang. Kemlu berkata ada WNI yang memilih tetap di Sudan karena alasan keluarga.
"Sementara WNI yang masih berada di Sudan adalah 64 orang termasuk 13 staf KBRI. Sebagian besar, dari 64 dikurangi dari KBRI, adalah warga negara yang memang memilih untuk tinggal karena alasan keluarga," ujar Menlu Retno Marsudi dalam press briefing di Kemlu RI.
Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha menyebut para staf KBRI berada di Port Sudan, bukan di ibu kota Khartoum.
Ada juga 1 WNI yang masih dirawat setelah mengalami kecelakaan di Sudan ketika proses evakuasi. Pihak Kemlu RI masih terus memantau keadaannya.
2 Warga Bojonegoro Tiba di Kampung Halaman Usai Dijemput dari Sudan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro melakukan penjemputan terhadap WNI asal Bojonegoro, usai dipulangkan dari Sudan pada Rabu (3/5/2023).
“Ada dua warga Bojonegoro yang di pulangkan, yaitu, Sulthan Abiyyu Al May warga Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, dan Nakhwah Hamidah warga Kelurahan Mojokampung, Kota Bojonegoro, ia mahasiswa semester akhir di University Of Africa,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bojonegoro Ardhian Orianto, Kamis (4/5/2023).
Dijelaskan bahwa, warga Jawa Timur (Jatim) yang tiba dari Sudan ditempatkan di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Kemudian diserahkan ke daerah masing-masing sesuai domisili. Berdasarkan data yang diterima, terdapat 14 warga Jatim pada penjemputan kloter keempat itu.
“Dengan rincian, 12 orang difasilitasi pemerintah dan 2 orang atas inisiatif sendiri,” jelasnya.
Selain itu, juga terdapat Nakhwah Hamidah mahasiswa semester akhir di University Of Africa, ia merupakan warga Gang Namlo, Jalan Basuki Rahmad, Kelurahan Mojokampung, Kota Bojonegoro. Nakhwah Hamidah termasuk dalam kloter 4 atau kloter terakhir.
“Dirinya bersama mahasiswa lain, tengah menjalankan ibadah umrah di tanah suci ketika perang sudan berkecamuk. Mendengar kabar tersebut, kemudian dia langsung berkumpul di Jedah untuk menunggu penjemputan dari Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu, Nakhwah Hamidah mengaku bahwa, kemarin dirinya terbang ke Indonesia sekitar pukul 03.00 waktu Jedah. Dan memdarat di tanah air sekitar pukul 05.00 WIB. Usai tiba, dirinya kemudian dibawa ke Asrama Haji Sukolilo untuk dicek kesehatannya.
Advertisement
Harapan WNI
Sementara itu, Nakhwah Hamidah mengaku bahwa, kemarin dirinya terbang ke Indonesia sekitar pukul 03.00 waktu Jedah. Dan memdarat di tanah air sekitar pukul 05.00 WIB. Usai tiba, dirinya kemudian dibawa ke Asrama Haji Sukolilo untuk dicek kesehatannya.
"Setelah tiba di tanah air masuk asrama haji untuk proses cek kesehatan dan vaksin, kemudian dijemput oleh anggota BPBD,” ulas putri dari pasangan Muhamad Engkon Zahroni dan Tri Erna itu.
Selanjutnya, mahasiswa jurusan hadits itu mengucapkan terimakasih kepada pihak KBRI, Kementerian Luar Negeri, Pemprov Jatim, dan Pemkab Bojonegoro yang telah membantunya pulang hingga ke tanah air hingga ke Bojonegoro.
“Saya berharap, konflik Sudan segera berakhir dan dia dapat meneruskan pendidikan yang sudah di semester akhir,” pungkasnya.
Dubes Sudan Berharap Ada Bantuan Kemanusiaan dari Pemerintah Indonesia
Duta Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali Mohamed menyebut negaranya membutuhkan bantuan internasional di tengah konflik yang terjadi, terutama dari pemerintah RI.
"Ya, kami membutuhkan bantuan internasional, terutama bagi korban yang mengalami luka-luka akibat konflik," kata Dubes Yassir Mohamed Ali Mohamed dalam press conference di kediamannya yang terletak di Kuningan, Jakarta, Rabu (3/5).
"Banyak rumah sakit di Sudan kini dalam kondisi hancur diserang oleh kelompok biadab dari pasukan pendukung fanatik," katanya mengacu pada kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
Dubes Yassir Mohamed Ali Mohamed juga berharap bisa bertemu dengan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin terkait upaya bantuan bagi korban di Sudan.
"Kami berharap dapat segera bertemu dengan Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin) dan berusaha mencari dukungan dari saudara-saudara kami," katanya.
Dubes Yassir Mohamed Ali Mohamed menyebut negaranya telah menerima beberapa dukungan dan batuan dari beberapa negara. Meski begitu, pihaknya masih berharap ada bantuan lain.
"Kami juga sudah menerima beberapa dukungan dari beberapa negara, saya pikir di antara mereka sendiri banyak dari Oman dan mungkin Mesir," ujarnya.
Terkait upaya penyelesaian konflik, Dubes Yassir menyebut RSF tidak mau duduk bersama dengan pemerintah.
"Mereka hanya memiliki dua pilihan antara terus mempersenjatai diri dan menyerah atau mereka harus menghadapi konsekuensinya."
"Saya menyebutnya sebagai kelompok pemberontak yang melawan seluruh negeri dan mereka ingin merebut kekuasaan dengan paksa karena mereka berusaha membunuh presiden Sudan," kata Dubes Yassir.
Advertisement