Liputan6.com, Jakarta Tio Pakusadewo ungkap pengalaman saat menjalani hukuman di Rutan Cipinang, melalui wawancara di kanal Youtube Uya Kuya. Di antara celoteh aktor senior ini yang menarik perhatian netizen adalah soal keberadaan satu-satunya brand air mineral yang dijual di kantin penjara.
"Minumannya mereknya satu jenis. Label warna kuning. Yang mengelola nggak tahu siapa. Adalah, apa foundation gitu. Kayaknya resmi ya. Mereka kelola banyak sekali sih, ada kafe...," ungkap Tio yang tersandung kasus narkoba sehingga dipenjara, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Kemudian, pernyataan Tio tersebut ditimpali oleh akun Twitter @PartaiSocmed yang mengungkap di media sosial bahwa perusahaan yang dimaksud adalah Jeera Foundation. Maka ramailah jagad social media.
Kegaduhan ini ditanggapi ketua umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Arjuna Putra Aldino. Dia mengomentari isu miring yang menyebutkan adanya monopoli bisnis di Rutan Cipinang.
Menurut Arjuna, untuk menunjuk adanya monopoli perlu ada bukti yang kuat, tidak bisa asal bicara. Terutama harus disertai pembuktian adanya konsentrasi pasar yang tinggi (penguasaan pasar), tingginya hambatan masuk pasar, hingga homogenitas produk/layanan yang menunjukan apakah struktur pasar memungkinkan untuk pembentukan suatu kartel atau tidak. Semua ini harus memenuhi syarat.
"Sebuah usaha atau bisnis bisa disebut monopoli ada syaratnya, harus disertai pembuktian baik secara structural evidence (bukti struktural) maupun conduct evidence (bukti perilaku). Jadi tidak bisa asal nuduh," ujar Arjuna dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (5/5/2023).
Bisnis di Dalam Rutan
Arjuna menceritakan bisnis di wilayah Lapas seperti katering, koperasi dan pelatihan keterampilan sudah banyak yayasan yang sejak lama bergerak di bisnis tersebut. Bukan hanya Jeera Foundation. Jadi menurut Arjuna, kondisi tersebut tak bisa disebut sebagai monopoli. Untuk itu, publik perlu berhati-hati karena tuduhan tersebut sangat tendensius.
"Sudah banyak bisnis yang bergerak di Lapas, mulai dari katering, koperasi hingga pelatihan. Artinya pasarnya heterogen tidak bisa disebut monopoli. Kecuali hanya ada satu perusahaan beserta afiliasinya yang menghegemoni pasar tersebut. Ini heterogen. Tuduhan monopoli tendensius dan berbau politik," ujar Arjuna.
Advertisement
Tidak Termakan Hoax
Arjuna mengingatkan agar masyarakat tidak mudah termakan hoax dan tuduhan yang bersifat personal. Tanpa berdasar bukti yang jelas isu tersebut berpotensi mendiskreditkan seseorang. Apalagi menurut Arjuna saat ini kita sedang memasuki tahun politik, kabar hoax seringkali digunakan untuk menjatuhkan lawan politik.
"Kalau tuduhannya monopoli silakan dibuktikan. Kan ada syaratnya. Misalnya menguasai lebih dari 50% pangsa pasar. Jangan kita bermain hoax, bikin fitnah. Masyarakat harus jeli di tahun politik ini. Harus memverifikasi kebenaran kabar di media sosial," tutup Arjuna.
Angkat Bicara
Sebelumnya Raden Gusti selaku Pimpinan Jeera Foundation juga angkat bicara. Dikatakan, tujuan awal Yayasan Jeera ini dibentuk untuk membina para narapidana supaya mereka itu bisa mengembangkan diri, skill, jati diri dan kemampuan setelah mereka bebas.
Pimpinan Jeera Foundation ini mengatakan sejak dibentuk tahun 2016 lalu, ada sekitar 500 warga binaan yang diberikan pelatihan di bidang keterampilan tas kulit, barista kopi, seni musik,barber, seni lukis, sampai membuat roti.
JEERA juga membina kerjasama dengan UNODC dan Parsons School of Design New York untuk mengembangkan desain kerajinan kulit bagi para napi.
Advertisement