Liputan6.com, Jakarta - Dunia kesehatan berhasil memasuki era baru perawatan Alzheimer, setelah obat kedua dalam waktu kurang dari setahun terbukti memperlambat penyakit tersebut.
Para ahli mengatakan bawha saat ini kita hampir berada di titik puncak untuk mendapatkan obat-obatan tersedia, sesuatu yang sebelumnya tampak tidak mungkin.
Advertisement
Perusahaan Eli Lilly & Co, yang berpusat di Indianapolis, Amerika Serikat, dan juga beroperasi di Inggris, melaporkan bahwa obat yang mereka produksi, yaitu Donanemab, dapat memperlambat laju Alzheimer sekitar sepertiga, demikian ditulis BBC pada Kamis (04/05/2023).
Donanemab bekerja dengan cara yang sama seperti Lecanemab, yang menarik perhatian dunia ketika terbukti memperlambat penyakit tersebut.
Keduanya adalah antibodi seperti yang dibuat tubuh untuk menyerang virus. Namun, antibodi ini dirancang untuk membersihkan lumpur lengket dari otak, yang disebut beta amyloid.
Amiloid menumpuk di ruang antara sel-sel otak, membentuk plak khas yang merupakan salah satu ciri khas Alzheimer.
Pemimpin klinis untuk klinik gangguan kognitif di Rumah Sakit Nasional Neurologi dan Bedah Saraf Inggris, Cath Mummery, mengemukakan bahwa pertarungan selama puluhan tahun untuk menemukan pengobatan Alzheimer sedang berubah.
"Kini kita memasuki masa modifikasi penyakit, di mana kita bisa dengan realistis berharap mengobati dan mempertahankan seseorang dengan penyakit Alzheimer, dengan manajemen penyakit jangka panjang daripada perawatan paliatif dan suportif," kata Mummery.
Perlambat Alzheimer Sebesar hingga 35 Persen
Eli Lilly belum mempublikasikan detail lengkap mengenai obat ini. Namun, mereka telah mengungkapkan temuan utama dengan 1.734 orang pada tahap awal Alzheimer ikut ambil bagian.
Menurut perusahaan farmasi tersebut, Donanemab diberikan sebagai infus bulanan sampai plak khas di otak hilang.
Obat ini membuat laju penyakit itu diperlambat sekitar 29 persen secara keseluruhan dan 35 persen dalam serangkaian pasien yang menurut peneliti lebih mungkin untuk merespons.
Mereka yang diberi obat juga mempertahankan lebih banyak kehidupan sehari-hari, seperti dapat membicarakan peristiwa terkini, mengemudi, atau menjalankan hobi.
Advertisement
Efek Samping Berupa Pembengkakan Otak
Sayangnya, pembengkakan otak merupakan efek samping yang umum terjadi pada sepertiga pasien.
Meskipun sebagian besar bersifat ringan atau tanpa gejala, ada 1,6% kasus di mana pembengkakan otak berbahaya terjadi, yang menyebabkan dua kematian langsung dan satu sukarelawan meninggal setelah mengalami kasus serupa.
Meski begitu, Wakil Presiden Eli Lilly untuk Riset dan Pengembangan Ilmu Saraf, Mark Mintun, mengaku terdorong oleh potensi manfaat dari Donanemab.
"Kami terdorong oleh potensi manfaat klinis yang dapat diberikan oleh donanemab, meskipun seperti banyak pengobatan efektif untuk penyakit yang mematikan dan mengganggu, ada risiko terkait yang mungkin serius dan mengancam jiwa," kata Mintun.
Perusahaan tersebut mengatakan akan memulai proses untuk mendapatkan persetujuan penggunaan obatnya di rumah sakit dalam beberapa bulan ke depan.
Harapan Hidup Lebih Lama bagi Pasien Alzheimer
Seorang ahli University of Bristol Inggris, Liz Coulthard, menyatakan bahwa obat tersebut memiliki efek samping yang cukup besar dan belum ada data yang cukup mengenai jangka panjangnya.
Namun, obat tersebut mungkin dapat membantu pasien Alzheimer untuk hidup lebih baik dan lebih lama.
Obat yang menargetkan dan membersihkan amiloid dapat menyebabkan pembengkakan atau pendarahan kecil di otak. Ini dikenal sebagai kelainan pencitraan terkait amiloid, atau ARIA, yang terdeteksi oleh pemindaian MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang harus dijalani pasien.
Sementara itu, USA Today melaporkan bahwa Eli Lilly mengatakan 24% orang yang menggunakan obat tersebut mengalami tanda-tanda pembengkakan otak, yang dikenal sebagai ARIA-E, meski sebagian besar tidak melihat gejala apa pun.
Pendarahan otak kecil, yang dikenal sebagai ARIA-H, terdeteksi pada lebih dari 31% pengguna obat dibandingkan dengan hampir 14% pada kelompok pengguna pil plasebo.
Dua peserta meninggal akibat ARIA, dan orang ketiga meninggal setelah mengalami ARIA.
Advertisement
Ilmuwan Berada di Jalur yang Benar
Memiliki dua obat untuk melambatkan perkembangan penyakit Alzheimer telah meyakinkan para ilmuwan bahwa mereka berada di jalur yang benar, setelah mengalami kesengsaraan dan kegagalan selama puluhan tahun.
Dr. Susan Kolhaas, dari Alzheimer's Research Inggris, mengatakan "Kita sekarang berada di titik puncak pengobatan generasi pertama untuk penyakit Alzheimer, sesuatu yang dianggap mustahil oleh banyak orang satu dekade yang lalu,"
Namun, obat ini tampaknya hanya bisa bekerja pada tahap awal penyakit, sebelum otak terlalu rusak.
Jika obat itu disetujui di Inggris, masih diperlukan revolusi dalam bagaimana penyakit ini didiagnosis untuk membuat perbedaan.
Dalam hal ini, National Health Service (NHS) juga harus memutuskan apakah mereka mampu membeli obat tersebut. Lecanemab memiliki biaya lebih dari 21.000 pound sterling atau sekitar Rp388 juta per orang per tahun.