Indonesia Siap Akhiri Kedaruratan COVID-19, Bagaimana bila Negara Tetangga Kasusnya Lagi Naik?

Indonesia bersiap mengakhiri kedaruratan COVID-19, lalu bagaimana bila negara tetangga kasusnya sedang naik?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Mei 2023, 11:00 WIB
Indonesia bersiap mengakhiri kedaruratan COVID-19, lalu bagaimana bila negara tetangga kasusnya sedang naik? (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah pencabutan status kedaruratan COVID-19 global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 4 Mei 2023, Indonesia juga tengah bersiap mengakhiri kedaruratan COVID nasional. Lalu, bagaimana bila negara tetangga kasus COVID-nya lagi naik?

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, apabila negara tetangga atau sekitar kawasan Indonesia sedang naik kasus COVID, kondisi itu tidak langsung memengaruhi kebijakan pencabutan kedaruratan di Tanah Air.

Sebab, ketetapan status kedaruratan COVID-19 merupakan urusan negara masing-masing, yang mana melihat pertimbangan kondisi nasional. Dalam hal ini, tidak terpengaruh terhadap kondisi COVID yang sedang terjadi di negara lain.

“Kalau (pertimbangan dari kasus COVID) negara tetangga, ya enggak. Karena ini (pencabutan status darurat COVID-19 nasional) lebih pada kajian situasi dalam negeri kita,” terang Nadia saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Sabtu, 6 Mei 2023.

Indonesia Transisi ke Endemi

Indonesia sendiri sebelumnya sudah bersiap bertransisi dari pandemi ke endemi dengan berkonsultasi dengan WHO. WHO menyampaikan bahwa persiapan Indonesia dipandang baik dalam menghadapi transisi pandemi ke endemi.

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berjuang untuk mengakhiri status kedaruratan COVID.

“Kami mengucapkan terima kasih untuk seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang telah berjuang bersama sehingga penularan COVID Indonesia dapat terkendali, dan saat ini kita bersama-sama menuju pengakhiran kondisi kedaruratan,” ujarnya melalui pernyataan resmi, Sabtu (6/5/2023).


Perlu Transisi Penanganan COVID-19 Jangka Panjang

Kendati status kegawatdaruratan pandemi COVID-19 global sudah dicabut, Pemerintah Indonesia tetap mengedepankan kesiapsiagaan dan kewaspadaan. WHO juga menegaskan perlunya masa transisi untuk penanganan  COVID-19 jangka panjang.

Di antaranya, dengan surveilans kesehatan di masyarakat, dan kesiapsiagaan fasilitas kesehatan dan obat-obatan, serta mempersiapkan kebijakan kesehatan lainnya.

“Tujuannya, sebagai upaya ketahanan kesehatan nasional dan kesiapsiagaan atas kemungkinan adanya pandemi di masa yang akan datang,” Mohammad Syahril melanjutkan.

Jalankan Protokol Kesehatan

Masyarakat juga diimbau agar tetap memerhatikan dan menjalankan protokol kesehatan. Upaya vaksinasi juga terus dijalankan terutama untuk meningkatkan perlindungan bagi kelompok masyarakat yang paling berisiko

Pemerintah terus mempersiapkan langkah-langkah pencabutan status pandemi sesuai dengan Strategi Kesiapsiagaan dan Respons COVID-19 2023-2025 yang telah disiapkan oleh WHO sebagai pedoman negara-negara.  

“Virus COVID-19 masih ada di sekitar kita, sehingga masyarakat harus tetap waspada. Kelompok lansia dan pasien dengan penyakit penyerta masih memiliki resiko paling tinggi, sehingga vaksinasi harus tetap dilakukan,” jelas Syahril.


Gelombang COVID-19 Baru di Malaysia

Malaysia menghadapi gelombang baru kasus COVID-19 setelah Hari Raya Idul Fitri 2023. (AP Photo/Vincent Thian)

Malaysia menghadapi gelombang baru kasus COVID-19. Beberapa apotek di Kuala Lumpur dan Selangor kini kehabisan stok karena kasus terus meningkat setelah Hari Raya Idul Fitri 2023.

Kondisi itu menyebabkan alat tes habis terjual, lebih banyak warga dirawat di rumah sakit. Para ahli menyarankan masyarakat untuk menghindari tempat keramaian. 

Mengutip The Straits Times, Jumat (5/5/2023), seorang pasien mengatakan bahwa dia menghubungi sejumlah apotek untuk mencari alat tes dan oksimeter. Namun, pihak apotek bilang kehabisan stok. 

Sementara itu, data Kementerian Kesehatan Malaysia menunjukkan bahwa kasus naik tipis 0,6 persen menjadi 9.780, dan rawat inap naik 9,2 persen menjadi 3.381 dalam 14 hari hingga 29 April 2023. Kasus yang dikonfirmasi setiap hari pada 29 April berjumlah 1.050. 

Kematian COVID-19 Meningkat

Kematian yang disebabkan oleh COVID-19 telah meningkat sebesar 25 persen. Para ahli meyakini, adanya kasus COVID-19 yang belum dilaporkan.

Masyarakat yang tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala ringan mungkin tidak memberi tahu pihak berwenang melalui aplikasi pelacakan MySejahtera.

Rumah sakit pemerintah melaporkan tingkat hunian saat ini sebesar 70,3 persen, dibandingkan dengan 50 persen pada 22 April 2023. Tempat tidur di unit perawatan intensif terisi 67 persen.

Beberapa rumah sakit swasta, termasuk Rumah Sakit Gleneagles Kuala Lumpur dan Pusat Medis Prince Court penuh pada Rabu (3/5/2023) dan tidak menerima lebih banyak pasien COVID-19.

Infografis Indikator Negara Keluar dari Masa Krisis Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya