Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menganggarkan belanja modal senilai USD 580 juta atau setara Rp 8,43 triliun pada 2023. Hingga kuartal I 2023, Vale Indonesia telah serap belanja modal USD 58 juta atau sekitar Rp 848,90 miliar (asumsi kurs Rp 14.636 per dolar AS).
Direktur PT Vale Indonesia Tbk Bernardus Irmanto menuturkan, belanja modal tersebut untuk pengembangan proyek smelter di Kecamatan Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan Kecamatan Bahodopi, Sulawesi Tengah. Hingga kuartal I 2023, Vale Indonesia telah kucurkan belanja modal USD 58 juta.
Advertisement
“Dari 58 juta dolar AS itu, 25 juta dolar AS untuk belanja modal sustaining, dan sisanya untuk growth. Nanti di kuartal-kuartal selanjutnya akan naik, sehingga nanti diproyeksikan satu tahun penuh itu mencapai angka USD 580 juta,” tutur Irman dikutip dari Antara, ditulis Minggu (7/5/2023).
Presiden Direktur Vale Indonesia, Febiany Eddy menuturkan, harga nikel yang turun yang terjadi saat ini masih dalam batas wajar. Umumnya penurunan harga komoditas akan mempengaruhi harga sahamnya.
Dikutip dari data London Metal Exchange (LME), harga nikel menurun sepanjang 2023 berjalan dengan harga nikel LME menurun sekitar 29,80 persen dari posisi USD 31.150 per ton pada awal tahun.
“Kita masih berharap bahwa level harga nikel di atas USD 20.000 per ton. Itu masih wajar dengan memperhatikan kondisi pasar saat ini. Jadi mungkin kalau turun hanya turun sesaat, tidak trennya turun terus menerus dalam waktu yang lama,” tutur dia.
Selain itu, Vale Indonesia juga memutuskan akan membagikan dividen tunai senilai USD 60,12 juta. Dividen yang dibagikan itu 30 persen dari laba bersih perseroan pada 2022.
Febri mengatakan, pemegang saham akan menerima USD 0,006 atau setara Rp 94 per saham yang dimiliki dan akan dibayarkan oleh perseroan pada 31 Mei 2023.
Vale Indonesia Cetak Pendapatan Setara Rp 5,39 Triliun pada Kuartal I 2023
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. Pada periode tersebut, Vale Indonesia mencatatkan kenaikan dari sisi pendapatan dan laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (26/4/2023), pendapatan pada Maret 2023 naik 54,49 persen menjadi USD 363,18 juta atau Rp 5,39 triliun (asumsi kurs Rp 14.845 per dolar AS) dari USD 235,08 juta pada kuartal I 2022.
Sementara, beban pokok pendapatan pada periode yang sama naik 60,33 persen menjadi USD 228,24 juta dari periode yang sama sebelumnya USD 142,35 juta. Dengan demikian, laba bruto melesat 45,52 persen menjadi USD 134,93 juta pada akhir Maret 2023 dibanding periode yang sama 2022 sebesar USD 92,72 juta.
Sepanjang kuartal I 2023, perseroan membukukan laba usaha sebesar USD 119,67 juta, naik 37,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 87,10 juta.
Laba bersih Vale Indonesia hingga Maret 2023 naik 45,10 persen sebesar USD 98,15 juta atau Rp 1,45 triliun dari USD 67,64 juta pada periode yang sama 2022.
Aset perseroan sampai dengan Maret 2023 naik menjadi USD 2,79 miliar dari USD 2,65 miliar pada Desember 2022. Liabilitas naik menjadi USD 340,72 juta pada kuartal I 2023 dari tahun sebelumnya USD 303,33 juta. Sementaraa ekuitas hingga Maret 2023 naik menjadi USD 2,45 miliar dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar USD 2,35 miliar.
Advertisement
Produksi Nikel
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kenaikan volume produksi nikel menjadi 16.769 metrik ton nikel dalam matte pada kuartal I 2023. Volume produksi nikel tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Perseroan terus menjaga keandalan operasional Furnace 4 setelah pembangunan kembali rampung tahun lalu. Pada Furnace 2, sebagai bagian dari strategi, kami telah melakukan perbaikan atap secara aman yang dilakukan lebih awal yaitu pada Maret 2023, dan bukan pada kuartal IV 2023," kata CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (22/4/2023).
Dia bilang, perbaikan pada Furnace 2 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemulihan penambangan dengan memaksimalkan armada tambang yang lebih kecil pada proyek bottom ore recovery. Adapun, volume produksi nikel perseroan menjadi 16.769 ton nikel dalam matte pada kuartal I 2023 atau meningkat 4 persen dari kuartal IV 2022 sebesar 16.183 ton.
Sementara itu, secara tahunan volume produksi nikel pada kuartal I 2023 tercatat mengalami peningkatan 21 persen dari 13.827 ton pada kuartal I 2022.
"Produksi pada kuartal I 2023 masing-masing sekitar 4 persen dan 21 persen lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada kuartal IV 2023 dan kuartal I 2022," kata dia.
Dengan demikian, Vale Indonesia membidik produksi sekitar 70.000 ton pada 2023. "Target kami adalah untuk menghasilkan produksi secara aman dan berkelanjutan pada kisaran 70.000 ton pada 2023," pungkasnya.