Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki ambisi untuk bisa jadi pusat industri kendaraan listrik dunia. Namun, ambisi tersebut ternyata akan melibatkan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, Indonesia bakal mengajak negara-negara ASEAN lain untuk jadi pemain penting di kancah industri tersebut.
Advertisement
"Kalau ditanya, ya siapa yang enggak mau menjadi epicentrum of the EV industry in the global. Pasti mau lah. Siapa yang enggak mau," kata Djatmiko seusai Prepatory Senior Economic Officials' Meeting (Prep-SEOM) for the 22nd AECC Meeting di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, disitat dari Bisnis Liputan6.com, ditulis Senin (8/5/2023).
"Tapi kan enggak cuman Indonesia doang. Kita pengen lah, pasti. Tapi juga kita tahu, semuanya (negara ASEAN) punya peluang untuk bisa berkontribusi," dia menambahkan.
Pria yang juga menjabat sebagai Chair Prep-SEOM tersebut menyebut, Indonesia yang memegang Keketuaan ASEAN 2023 ingin berbagi kemakmuran dengan negara anggota lain. Sebagai contoh, dalam pertemuan yang dipimpinnya turut dibahas soal ASEAN project based initiative.
"Jadi, persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masing-masing negara, baik secara individu ataupun ASEAN sebagai kerja sama kawasan, itu menurut hemat Pemerintah Indonesia itu tidak menutup peluang bisa kita lakukan secara bersama-sama dengan negara ASEAN," ungkapnya.
Hitung-hitungan Kendaraan Listrik Lebih Murah Dibanding Konvensional
Penjualan kendaraan listrik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tidak hanya di Indonesia, pasar mobil listrik, hybrid, PHEV ataupun motor listrik juga terus tumbuh signifikan di seluruh dunia.
Ada beberapa alasan kendaraan listrik terus laris manis, yang pertama didorong oleh kepedulian masyarakat akan isu lingkungan. Kedua mengenai berbagai kecanggihan atau kemajuan teknologi yang ditawarkan oleh mobil listrik.
Menurut survei terbaru University of Chicago dan The Associated Press, sebanyak 41 persen orang Amerika berencana membeli kendaraan listrik untuk jadi mobil mereka berikutnya.
Namun sayangnya, masyarakat tidak semudah itu untuk membeli kendaraan listrik seperti mobil listrik atau motor listrik. Kemajuan teknologi yang ditawarkan oleh mobil listrik ternyata menbuat harga tidak bisa dijangkau oleh kebanyakan orang.
Banyak konsumen memandang biaya yang tinggi sebagai penghalang bahkan 60 persen menyebutnya sebagai alasan utama untuk tidak membeli kendaraan listrik.
Seperti dikutip CNBC, Senin (24/4/2023), sebagain besar mobil listrik yang baru-baru ini hadir di pasaran menawarkan model mewah yang harga jual rata-ratanya lebih dari USD 61.000 atau kurang lebih Rp 912 juta dengan estimasi kurs 14.960 per dolar AS.
Dengan harga tersebut maka lebih mahal kurang lebih USD 12.000 atau Rp 179 juta dibanding harga rata-rata mobil di AS.Hal tersebut diungkap oleh Consumer Reports.
Meski begitu, kendaraan listrik dapat menjadi solusi finansial yang lebih baik bagi pembeli dalam jangka panjang dibandingkan dengan mobil yang menggunakan BBM atau bensin. Hal ini setelah memperhitungkan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan bahan bakar, yaitu bensin atau listrik.
Advertisement