Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina mengantongi laba bersih USD 3,8 miliar atau Rp 56,6 triliun pada 2022, melonjak 86 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK menyampaikan raihan Pertamina ini memberikan dapat yang besar pula untuk negara dan masyarakat karena adanya dividen sebesar Rp 13,51 triliun yang disetorkan kepada negara.
Advertisement
“Ketika meraih laba, terdapat bagian laba yang harus disetorkan kepada negara dalam bentuk dividen yang merupakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Maka semakin besar laba, semakin besar pula kontribusi yang diberikan kepada penerimaan negara. Jadi, bukan hanya Pertamina yang dapat untung, tapi negara dan masyarakat juga mendapat manfaat,” kata Amin melansir Antara di Jakarta, Senin (8/5/2023).
Dividen dari perusahaan pelat merah itu dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan nasional dan program kerakyatan, seperti bantuan sosial.
Amin mengajak semua pihak untuk mengapresiasi manfaat nyata dari Pertamina yang masih sedikit diketahui masyarakat itu. “Kita semua harus akui prestasi tersebut. Capaian tersebut pantas diberi apresiasi,” kata Amin.
Meskipun begitu, ia menilai keberhasilan tidak lepas dari peran serta masyarakat, sebab dengan membeli BBM produk Pertamina, masyarakat sebagai konsumen ikut berkontribusi dalam capaian laba BUMN tersebut.
“Itu di satu sisi dan di sisi berbeda, masyarakat pun akan menerima manfaat dari laba tersebut. Jadi, memang saling mendukung dan berdampak positif pada semua,” kata dia.
Sejalan dengan hal tersebut, Amin berharap ke depan masyarakat bisa terus memberikan dukungan kepada Pertamina melalui konsumsi BBM produk BUMN, sehingga keuntungan Pertamina semakin meningkat.
“Kalau semakin untung, tentu kontribusi yang diberikan untuk negara dan juga manfaat bagi masyarakat akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, kan? Dan Komisi VI DPR akan terus melakukan pengawasan terhadap Pertamina,” jelas dia.
Pengamat Ungkap Faktor Penyebab Pertamina Bisa Raih Laba Rp 56,6 Triliun
PT Pertamina (Persero) menunjukkan kinerja positif yang ditandai dengan raihan laba bersih USD 3,8 miliar atau Rp56,6 triliun atau meningkat 86 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Raihan positif bisa diraih perusahaan di tengah ketidakpastian global.
Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Bandung Acuviarta Kartabi memaparkan sejumlah faktor penyebab kinerja Pertamina yang positif ini.
"Di tengah berbagai ketidakpastian, BUMN energi tersebut meraih laba bersih USD 3,8 miliar yang merupakan terbesar sepanjang sejarah," kata dia melansir Antara di Jakarta, Kamis (20/4/2023).
Menurut dia, laba bersih terbesar sepanjang sejarah itu, antara lain karena strategi efisiensi yang dilakukan Pertamina. Selain itu, korporasi juga menerapkan strategi nilai lindung (hedging) di tengah nilai tukar yang dinamis.
Selain perolehan laba bersih yang tinggi, katanya pula, Pertamina Group juga berkontribusi terhadap penerimaan negara sebesar Rp307,2 triliun, yang terdiri atas pajak, dividen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), minyak mentah dan/atau kondensat bagian negara, dan signature bonus.
Jumlah setoran ke negara tersebut meningkat 83 persen dibandingkan 2021. Khusus setoran pajak, pada 2022 Pertamina juga membayarkan pajak Rp 219,06 triliun atau meningkat 88 persen dibandingkan 2021.
Dia menyatakan pula, kinerja positif tersebut diraih di tengah berbagai ketidakpastian, di antaranya kondisi geopolitik akibat invasi Rusia ke Ukraina, volatilitas harga minyak, dan dinamisnya nilai tukar rupiah.
Oleh karena itu dukungan pemerintah juga tak bisa dikesampingkan. Melalui Kementerian Keuangan, pemerintah melakukan perubahan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 159/2022, sehingga dana kompensasi bisa cair lebih cepat. Kondisi tersebut, katanya lagi, sangat membantu kapital Pertamina pada setiap lini bisnisnya.
“Makanya, kita apresiasi. Ini kinerja Pertamina yang bagus. Dari pertumbuhan laba, kemudian kinerja masing-masing lini bisnis menunjukkan tren positif di tengah beragam ketidakpastian pada 2022,” kata dia.
Advertisement
Mampu Mempertahankan
Untuk itu, Acuviarta optimistis, pada 2023 Pertamina mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja, dengan catatan, menjadikan keberhasilan saat ini sebagai momentum untuk melakukan transformasi secara konsisten, terutama penguatan di berbagai lini bisnis.
Apalagi, ujarnya, bahwa pada 2023 nilai tukar rupiah relatif stabil. Bahkan dalam dua minggu terakhir, juga terjadi penguatan nilai tukar.
“Terlebih, juga diharapkan ada kestabilan harga minyak dunia. Dibarengi dengan strategi efisiensi Pertamina, antara lain dalam memperkuat lini distribusi migas dan juga pengelolaan geothermal, diharapkan kinerja positif Pertamina terus meningkat pada 2023," ujarnya lagi.