Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 10 Mei 2023: Langit Paginya Cerah Berawan

Pagi hari ini, Rabu (10/5/2023) langit pagi Indonesia hampir keseluruhannya diprediksi berawan dan cerah berawan, kecuali Denpasar serta Samarinda hujan ringan. Itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Rabu (10/5/2023).

oleh Devira Prastiwi diperbarui 10 Mei 2023, 16:42 WIB
Pagi hari ini, Rabu (10/5/2023) langit pagi Indonesia hampir keseluruhannya diprediksi berawan dan cerah berawan, kecuali Denpasar serta Samarinda hujan ringan. Itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Rabu (10/5/2023). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari ini, Rabu (10/5/2023) langit pagi Indonesia hampir keseluruhannya diprediksi berawan dan cerah berawan, kecuali Denpasar serta Samarinda hujan ringan. Itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Rabu (10/5/2023).

Tak jauh berbeda pada siang hari nanti, sebagian besar wilayah Indonesia cerah, berawan, dan cerah berawan, hanya beberapa hujan dengan intensitas ringan, seperti laporan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Hujan berintensitas ringan di Indonesia hanya diprediksi guyur Serang, Bandung, Bandar Lampung, Ambon, Mataram, Makassar, Palembang, dan Medan siang nanti.

Malam hari nanti, sebagian cuaca Indonesia bakal cerah, berawan, cerah berawan, dan hujan ringan. Wilayah yang diprakirakan turun hujan dengan intensitas ringan malam nanti yaitu Serang, Semarang, Palangkaraya, Tarakan, Bandar Lampung, Ambon, Manokwari, dan Pekanbaru.

Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Banda Aceh  Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Denpasar  Hujan Ringan  Cerah  Cerah Berawan
 Serang  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Bengkulu  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Yogyakarta   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Gorontalo   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Jambi   Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Bandung   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Semarang   Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Surabaya   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Pontianak   Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Banjarmasin   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Palangkaraya  Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Samarinda  Hujan Ringan  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Tarakan   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Pangkal Pinang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tanjung Pinang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bandar Lampung  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Ambon   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Ternate   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Mataram   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Kupang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Kota Jayapura  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Manokwari   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Pekanbaru   Kabut  Cerah  Cerah Berawan
 Mamuju   Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Makassar   Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Kendari   Berawan  Berawan  Berawan
 Manado    Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Padang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Palembang  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Medan   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan

PBB Ingatkan untuk Waspada El Nino: Bakal Kembali dengan Rekor Cuaca Panas

Ilustrasi Liputan Khusus El Nino. (Ist)

Sebelumnya, dunia harus bersiap menghadapi suhu global yang tinggi dan kemungkinan tingkat panas baru yang memecahkan rekor karena fenomena cuaca El Nino tampaknya semakin mungkin berkembang dalam beberapa bulan mendatang.

Demikian klaim Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations (UN) pada hari Rabu lalu 3 Mei 2023.

World Meteorological Organization (WMO) atau yang biasa dikenal sebagai Organisasi Meteorologi Dunia PBB, memperkirakan ada kemungkinan 60 persen bahwa El Nino akan berkembang pada akhir Juli dan kemungkinan 80 persen akan terjadi pada akhir September 2023.

El Nino, pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan cuaca panas di seluruh dunia, kekeringan di beberapa bagian dunia, dan hujan lebat di tempat lain, terakhir terjadi pada 2018-2019.

Namun sejak tahun 2020 lalu, dunia telah dilanda La Nina yang sangat panjang – ini merupakan kebalikan dari El Nino yang ditandai dengan suhu yang mendingin – yang berakhir awal tahun ini kemudian beralih ke kondisi netral saat ini.


Belum Ada Indikasi Kekuatan El Nino

Sejumlah anak berlari di daratan bekas Danau Atescatempa yang telah mengering, Guatemala, Jumat (5/5). Dari bulan Juli, El Nino, sistem cuaca tidak teratur yang menaikkan suhu Samudera Pasifik dan menyebabkan kekeringan. (AFP PHOTO / Marvin RECINOS)

Meski demikian, PBB mengatakan delapan tahun terakhir adalah yang suhu terhangat yang pernah tercatat, meskipun efek pendinginan La Nina berlangsung hampir setengah dari periode itu. Tanpa fenomena cuaca itu, situasi pemanasan di Bumi bisa menjadi lebih buruk.

"La Nina bertindak sebagai rem sementara pada peningkatan suhu global," kata kepala WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan oleh Dailysabah.

"Perkembangan El Nino kemungkinan besar akan menyebabkan lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," dia memperingatkan.

Pada tahap ini, belum ada indikasi kekuatan atau durasi El Nino yang membayangi. Yang terakhir dianggap lemah, tapi yang sebelumnya dianggap vital antara 2014 dan 2016, dengan konsekuensi yang mengerikan.

WMO menunjukkan bahwa 2016 adalah "tahun terhangat dalam catatan karena 'pukulan ganda' dari peristiwa El Ninodan pemanasan yang disebabkan oleh manusia dari gas rumah kaca."

Karena efek El Nino pada suhu global biasanya muncul setahun setelah muncul, dampaknya kemungkinan besar akan terlihat pada tahun 2024, katanya.

"Dunia harus bersiap menghadapi perkembangan El Nino," kata Taalas.

"Mungkin membawa kelonggaran dari kekeringan di Tanduk Afrika dan dampak terkait La Nina lainnya, tetapi juga dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim yang lebih ekstrem," sambung dia. 


Perlunya Sistem Peringatan Dini yang Efektif

Ilustrasi Liputan Khusus El Nino

Ia juga menekankan perlunya sistem peringatan dini yang efektif untuk menjaga keamanan masyarakat.

Tidak ada dua peristiwa El Nino yang sama, dan pengaruhnya sebagian bergantung pada waktu dalam setahun, kata WMO, seraya menambahkan bahwa pihaknya dan layanan meteorologi nasional akan memantau perkembangannya dengan cermat.

Pola iklim terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan. Hal ini biasanya terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di lautan Pasifik tengah dan timur tropis.

Curah hujan yang meningkat biasanya terlihat di Amerika Selatan bagian selatan, AS bagian selatan, Tanduk Afrika, dan Asia Tengah. Namun, kekeringan parah dapat terjadi di Australia, Indonesia, dan sebagian Asia Selatan.

"Selama musim panas di Belahan Bumi Utara, air hangat El Nino juga dapat memicu badai di tengah dan timur Samudra Pasifik sekaligus menghambat pembentukan badai di Cekungan Atlantik," tutup WMO.

Infografis Tips Hadapi Cuaca Ekstrem agar Tetap Selamat. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya