Halima Aden Jadi Sampul Majalah Vogue Arabia, Ungkap Alasan Memilih Agama daripada Karier Mode

Vogue Arabia merayakan kembalinya Halima Aden ke sampul majalah mereka setelah kepergiannya dari dunia modeling pada 2020.

oleh Asnida Riani diperbarui 10 Mei 2023, 07:30 WIB
Halima Aden jadi sampul majalah Vogue Arabia edisi Mei 2023. (dok. Instagram @voguearabia fotografer: @skyseeef/https://www.instagram.com/p/CryCjLGNd5N/)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah hiatus selama tiga tahun, model Halima Aden kembali muncul di sampul majalah Vogue Arabia edisi Mei 2023. Publikasi mode itu merayakan kembalinya Halima Aden ke sampul majalah mereka setelah kepergiannya dari dunia modeling pada 2020.

Dengan latar belakang biru Chefchaouen nan memesona, yang disebut "desa ajaib di barat laut dari Maroko," Aden mulai mengukir cerita baru. Melansir situs web majalah mode itu, Selasa, 9 Mei 2023, Aden sendiri tidak asing dengan Vogue Arabia, yang mana ia pertama kali menghiasi sampul majalah tersebut pada 2017.

Kala itu, ia jadi model berhijab pertama yang mejeng di sampul Vogue secara global. Proyek ini disambut pujian di seluruh dunia, dengan wanita berhijab akhirnya merasa terwakili di halaman depan majalah mode ternama.

Namun dalam beberapa tahun, Aden memutuskan berhenti karena keyakinan agamanya. Dalam percakapan ​​dengan pemimpin redaksi majalah itu, Manuel Arnaut, untuk cerita sampul yang menampilkan penampilannya dengan busana Chanel, Schiaparelli, hingga Dior, Aden membahas alasan yang membuatnya memilih agama daripada karier mode.

Ini termasuk kurangnya privasi ruang ganti untuk model, jadwal yang membuatnya naik 45 penerbangan dalam sebulan, dan konflik internal yang menyeluruh. "Menjelang akhir karier saya, dalam pemotretan, jilbab saya jadi lebih berani. Itu sangat eksperimental, dan saya akui saya juga berperan di dalamnya," kata mantan model berusia 25 tahun tersebut.


Comeback Sebelumnya

Model AS-Somalia Halima Aden berpose saat menghadiri Glamor Women Of The Year Awards 2019 di Alice Tully Hall, Lincoln Center di New York City (11/11/2019). Halima Aden tampil mengenakan blus kuning dengan celana panjang krem. (AFP Photo/Angela Weiss)

Lebih lanjut Aden berkata, "Tidak ada yang memaksa saya mengenakan jeans di kepala saya, alih-alih kerudung tradisional, untuk pemotretan yang sepenuhnya dihiasi perhiasan dan sangat seksi, meski sederhana."

Dalam wawancara tersebut, Aden mengungkap penyesalan atas cara menyampaikan pernyataannya. "Pesan saya beresonansi dengan orang-orang karena saya jujur, tapi saya juga masih muda. Jika saya bisa kembali, saya tidak akan mengunggahnya di Instagram. Saya benar-benar tidak akan melakukannya," ia berbagi.

Aden juga bercerita pengalaman jadi seorang pengungsi dan wanita Muslim kontemporer. Juga, berbicara tentang proyek-proyek masa depan, baik dalam dunia mode maupun kemanusiaan.

Pada 2021, Aden sempat comeback dengan harapan menciptakan perubahan daripada mengubah dirinya sendiri, lapor Page Six, 17 Desember 2021. "Saya ingin kembali bekerja dengan merek yang memiliki nilai inti yang sama dengan saya," kata Aden.

"Penting bagi saya bahwa saya kembali dengan cara saya sendiri, dan saya sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal dengan cara saya," ia melanjutkan.


Dukung Komunitas Petani Kelapa

Model Halima Aden berjalan di atas catwalk menggenakan busana rancangan Sherri Hill Show selama New York Fashion Week 2019 di New York City (8/2). Halima merupakan model berhijab keturunan Amerika-Somalia. (AFP Photo/Ben Gabbe)

Kala itu, Aden bekerja sama dengan Vita Coco sebagai juru bicara inisiatif dampak sosial merek tersebut. Proyek Vita Coco mendukung komunitas petani kelapa di Filipina dan Sri Lanka.

Aden juga sempat dinobatkan sebagai duta merek global pertama Modanisa, modest fashion retailer. "Saya jadi sangat sadar dengan siapa saya bermitra dan apa yang menyebabkan saya mendukung (inisiatif mitranya)," terangnya.

Meski tidak semua pengalaman modelingnya positif, Aden menyadari dampak ketenarannya terhadap orang lain yang memiliki keyakinan yang sama dengannya. "Sebagai seorang gadis kecil yang tumbuh dewasa, saya tidak pernah melihat seseorang yang terlihat seperti saya sedang dirayakan di majalah atau di televisi," katanya.

Ia menyambung, "Bahkan, ketika saya melihat representasi perempuan Muslim, itu biasanya di berita yang berkaitan dengan penindasan, bukan (yang menceritakan) pengalaman saya mengenakan hijab." Aden percaya masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam hal keragaman dan inklusi.


Keberagaman Tidak Hanya di Atas Catwalk

Sports Ilustrated biasanya menampilkan model perempuan berbalut bikini nan seksi, tapi Halima Aden terpilih memakai burkini. (dok. Instagram @ yutsai88/https://www.instagram.com/p/Bw2AwRIJcUS/Dinny Mutiah)

Halima Aden percaya bahwa dibutuhkan upaya komunitas untuk mendorong perubahan yang nyata. "Jangan ubah diri sendiri, ubah cara mainnya," katanya.

Aden menjelaskan jangan merasa harus menyesuaikan diri untuk berbaur, namun bangga pada diri sendiri dan dari mana seseorang berasal. "Setiap orang dilahirkan untuk menonjol, dan kita semua harus merangkul perbedaan satu sama lain. Dunia akan menemui Anda di tempat Anda berdiri," katanya.

Sebelumnya di tahun yang sama, Aden sempat mengatakan pada Tommy Hilfiger dalam sebuah wawancara untuk BBC World Service bahwa ia merasa seperti minoritas dalam minoritas. Aden mengungkap bahwa jelang akhir karier sebagai model, ia merasa sangat jauh dari jati dirinya dan telah kehilangan kendali atas identitasnya.

Ia menyebut industri fesyen sangat eksploitatif. Model, sambung dia, adalah pihak yang mudah dieksploitasi, terutama model-model muda. Maka itu, ia terus menyerukan agar lebih banyak keragaman di antara kru rias, penata rambut, dan stylish yang bekerja di lokasi.

Aden berkata, "Ini bukan hanya tentang memiliki catwalk yang beragam. Ini juga tentang orang-orang di belakang layar."

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya