Jokowi dan Vietnam Bidik Perdagangan USD 15 Miliar di KTT ASEAN Labuan Bajo

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri (PM) Vietnam Pham Minh Chinh menggelar pertemuan bilateral di sela-sela KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Mei 2023, 20:15 WIB
Presiden Jokowi dalam konferensi pers dimulai di Hotel Meruorah, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur jelang KTT ke-42 ASEAN 2023, Senin (8/5/2023). (Foto: Kemlu RI)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri (PM) Vietnam Pham Minh Chinh menggelar pertemuan bilateral di sela-sela KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa, (9/5/2023).

Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin antara lain membahas upaya peningkatan kerja sama perdagangan kedua negara. Dengan sasaran bisa tembus USD 15 miliar pada 5 tahun mendatang.

"Kedua pemimpin membahas mengenai upaya untuk memenuhi target perdagangan sebesar USD 15 billion untuk 2028," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam keterangannya selepas mendampingi Presiden dalam pertemuan bilateral tersebut.

"Beliau berdua optimistis bahwa target tersebut akan dapat terpenuhi dengan syarat bahwa semua restriksi perdagangan atau hambatan perdagangan dapat dikurangi kalau tidak bisa dihilangkan sepenuhnya," imbuhnya.

Lebih lanjut, Menlu Retno menjelaskan bahwa kedua pemimpin juga sepakat untuk segera bernegosiasi mengenai perjanjian investasi bilateral atau bilateral investment treaty antara kedua negara, seiring dengan meningkatnya investasi dari kedua belah pihak.

"Selain itu, kedua pemimpin juga sepakat untuk meningkatkan kerjasama di bidang energi baru terbarukan," lanjutnya.

 


ZEE

Pernyataan pers Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait pertemuan bilateral yang dilakukan Presiden Jokowi dengan empat negara di sela-sela kegiatan KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo, NTT. (Liputan6/Benedikta Miranti)

Pada isu lainnya, Presiden Jokowi dan PM Vietnam juga sepakat untuk segera menyelesaikan pengaturan pelaksanaan dan proses ratifikasi terkait selesainya perundingan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara kedua negara.

"Mengenai penandatanganan atau selesainya perundingan EEZ antara Indonesia dan Vietnam yang sudah ditandatangani, kedua pemimpin sepakat agar implementing arrangement dan proses ratifikasi dapat segera diselesaikan," ungkapnya.

"Selain itu, Bapak Presiden juga menyampaikan agar MoU mengenai kelautan dan perikanan dapat diselesaikan segera," tandas Retno.


KTT ASEAN Labuan Bajo Jadi Momentum Promosi Potensi Bahari NTT

Hotel Meruorah Komodo sebagai venue utama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Labuan Bajo pada Selasa (9/5) hingga Kamis (11/5) (dok: ASDP)

Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhanas Strategic Center (IKAL SC) Marcellus Hakeng Jayawibawa menilai, gelaran Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo jadi momentum bagi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk ajang promosi wisata bahari. Selaras dengan program pemerintah yang hendak menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Terlebih, ia mengulang pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang beberapa waktu lalu, yang menilai KTT ASEAN jadi momentum untuk memasarkan Labuan Bajo. Baik sebagai The Next Bali maupun potensi sumber daya perikanannya.

"Artinya, Presiden sangat konsen dengan Labuan Bajo yang merupakan daerah wisata lautnya. Ini juga menunjukkan Presiden Jokowi berkomitmen dengan pencanangan program Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia," kata Hakeng dalam pesan tertulisnya, Selasa (9/5/2023).

Lebih lanjut, ia mengapresiasi pemerintah yang akan menyuguhkan aneka hidangan laut bagi para delegasi KTT ASEAN Ke-42. Pasalnya, luas wilayah maritim Indonesia tersebut memiliki banyak potensi sumber kekayaan alam seperti potensi protein ikan.

 


Selanjutnya

Kementerian PUPR telah memoles kawasan dermaga Waterfront Marina Labuan Bajo jadi tempat bersandar Kapal Phinisi Ayana yang akan mendukung KTT ASEAN 2023. (Dok Kementerian PUPR)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah memasukkan wilayah perikanan NTT masuk dalam Zona 3, yakni WPPNRI 715 dan 718 yang terdiri Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur yang merupakan wilayah laut NTT.

"Kuota penangkapan di zona tersebut hampir 3 juta ton dengan nilai ekonominya sekitar Rp 85 triliun. Jadi momen KTT ASEAN ini bisa pula dipakai sebagai ajang untuk menggaet investor di sektor perikanan," jelas Hakeng.

Ditambahkannya, potensi sumber daya perikanan tangkap di NTT berdasarkan data dari KKP terbilang besar. Namun yang dikelola masih rendah, baru sekitar 40 persen dari potensi lestari yaitu sebesar 388,7 ton per tahun dengan tangkapan utama berupa ikan pelagis, yakni ikan Tuna, Cakalang, Tenggiri, Selar, Kembung, dan ikan demersal yaitu berupa ikan Kerapu, Kakap, Lobster, Cumi, Kerang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya