Jangan Panik, Pengusaha Nilai PHK di Industri Mebel Hanya Sementara

Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menilai fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri mebel hanya sementara.

oleh Arief Rahman H diperbarui 09 Mei 2023, 20:05 WIB
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menilai fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri mebel hanya sementara. Mengingat, ada proyeksi pertumbuhan industri mebel yang bakal terjadi tahun ini. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menilai fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri mebel hanya sementara. Mengingat, ada proyeksi pertumbuhan industri mebel yang bakal terjadi tahun ini.

Dedy mengungkapkan ada kemungkinan industri furnitur bakal merangkak naik lagi di tahun ini. Alhasil, perusahaan yang tadinya mengurangi karyawan, akan kembali membuka lowongan.

"PHK itu kan sementara, ya itu (PHK) emang terjadi karena pasarnya lagi menyusut. Tapi nanti tahu tahu hire (dibuka lowongan pekerjaan) lagi. Makanya ini yang terjadi ini fenomena yang terjadi. Tapi nggak banyak kok yang PHK," kata dia saat ditemui di Kementerian Perindustrian, Selasa (9/5/2023).

Senada, Wakil Ketua Umum Asmindo Anne Patricia Sutanto mengungkapkan saat ini kondisi pasar furnitur tengah mengalami kontraksi. Ditambah lagi kondisi ekonomi dari sejumlah negara tujuan ekspor furnitur Indonesia yang tengah melemah.

Anne menyebut, pengurangan karyawan di industri mebel hanya berkisar 10-20 persen. Namun, fenomena ini langsung diantisipasi oleh pemerintah dan asosiasi. Termasuk dalam upaya mengerek kembali tingkat penjualan.

"PHK pasti terjadi itu karena kontraksi, mungkin antara 10 sampai 20 persen. Tapi kan dalam masa PHK ini bukan berarti kami berdiam diri. Dari seluruh kementerian sekarang juga melakukan upaya, seperti kita punya Satgas ekspor dan Asmindo adalah salah satu pendukung," bebernya.

Dia berharap, melalui gelaran pameran furnitur internasional, IFFINA, bisa ikut mengerek pendapatan ke industri sektor furnitur ini. "Sehingga efek sementara dari global kontraksi ini bisa dilalui dengan baik di Indonesia bisa lebih sustainable," pungkasnya.

 


Pameran Furnitur Internasional

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika dalam Launching Nasional IFFINA, di Kementerian Perindustrian, Selasa (9/5/2023).

Diberitakan sebelumnya, Pameran furnitur internasional atau Indonesia Meubel and Design Expo (IFFINA) kembali digelar pada 14-17 September 2023 mendatang. Pameran ini digadang-gadang jadi satu langkah bangkitnya industri furnitur dalam negeri.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menerangkan IFFINA bisa berkontribusi cukup besar ke perekonomian Indonesia. Mengingat lagi pelaku industri mebel dalam negeri banyak berangkat dari UKM atau industri kecil menengah.

"Jadi IFFINA ini penting saya kira untuk perekonomian nasional, selain tadi disampaikan bahwa di industei furnitur itu mayoritas para pelaku UMKM yang menyerap lapangan kerja yang cukup besar, dan kita punya masalah dengan angka pengangguran yang cukup tinggi, jadi ini sangat penting," kata dia dalam Launching Nasional IFFINA 2023, di Kementerian Perindustrian, Selasa (9/5/2023).

 


Potensi

Selain Desain dan Kualitas, Dampak Kesehatan dan Lingkungan Jadi Pertimbangan Pilih Furnitur. foto: istimewa

Senada dengan Teten, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menuturkan IFFINA kali ini merupakan gelaran kembali setelah sempat vakum selama 6 tahun. Dia melihat, ada potensi industri furnitur kembali meningkat tahun ini.

Sebut saja, pada 2022, pasar mebel dunia berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 695 miliar secata global. Kemudian angka ini diprediksi meningkat jadi USD 766 di 2023, tahun ini.

"Jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel Indonesia saat ini baru bisa mencatatkan USD 2,8 miliar tahun 2022 yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke 17 dunia dan ke 4 regional Asia, masih dibawah China, Vietnam, dan Malaysia," ujar dia.

 


Penghasil Devisa

Kementerian Perdagangan melalui Kantor Dagang dan Ekonomi (KDEI) Taipei secara konsisten terus mempromosikan produk kerajinan tangan dan furnitur Indonesia. (Dok. Kemendag)

Dedy menilai, sebenarnya industri furnitur punya banyak manfaat, termasuk sebagai penghasil devisa yang cukup besar ke kas negara.

Senada dengan Teten, dia melihat adanya efek berganda dari industri mebel ini. Mulai dari dampaknya ke industri bahan baku, hingga industri pendukung lainnya.

"Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, maka sudah saatnya bagi kita untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri," bebernya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya