Jam Tangan Mewah Milik Kaisar Terakhir China Diprediksi Terjual Rp44 M, Ada Tulisan Angka dalam Bahasa Arab

Jam tangan yang pernah dimiliki oleh kaisar terakhir China, Aisin-Gioro Puyi, diperkirakan akan terjual lebih dari $3 juta (Rp44 miliar).

oleh Linda Sapira diperbarui 21 Mei 2023, 08:00 WIB
Jam milik kaisar Tiongkok akan terjual seharga Rp44 miliar, (Tangkapan layar dari website cnn.com)

Liputan6.com, Hongkong - Jam tangan yang pernah dimiliki oleh kaisar terakhir China, Aisin-Gioro Puyi, diperkirakan akan terjual lebih dari $3 juta (Rp44 miliar) saat mulai dijual di Hong Kong, pada Mei 2023. 

Mengutip dari cnn.com, Sabtu (20/5/2023), penilaian yang menggiurkan ini sebagian karena kelangkaan Patek Philippe Reference 96 Quantieme Lune, satu dari delapan barang yang pernah ada dan diketahui hingga saat ini. 

Tetapi menurut balai lelang Phillips, yang menangani penjualan ini, diperkiraan tujuh benda lainnya juga mengarah ke jam tangan berusia 86 tahun dengan sejarah luar biasa itu - yang dibawa ke Siberia selama lima tahun penjara mantan penguasa di Uni Soviet.

Arloji platinum berdiameter 1,2 inci menampilkan angka dalam tulisan Arab, jarum jam emas warna pink gold, dan fungsi "fase bulan" yang menunjukkan seberapa terlihat bulan dari Bumi pada waktu tertentu.

Selain itu ada beberapa mekanisme internalnya yang berasal dari tahun 1929, meskipun model tersebut tidak dijual oleh Patek Philippe — pembuat jam tangan Swiss yang dikenal memasang mesin jam rumit ke dalam casing rampingnya — hingga tahun 1937.

Tidak diketahui bagaimana Puyi memperoleh arloji tersebut, meskipun catatan menunjukkan bahwa jam tersebut awalnya dijual melalui toko mewah di Paris.

Phillips menambahkan sebenarnya dokumen sejarah membuktikan bahwa mantan kaisar itu membawanya ke kamp penjara Soviet di Khabarovsk. Dia kemudian menghadiahkannya kepada Georgy Permyakov, seorang penutur bahasa Mandarin fasih yang menjadi tutor dan penerjemah bahasa Rusia selama dia ditahan.


Puyi Naik Takhta Pada Tahun 1908

Puyi berfoto di kota Changchun pada 22 Maret, 1932, setelah pelantikannya sebagai kepala eksekutif negara bagian Manchukuo yang baru dibentuk dan dikuasai Jepang. (Source: AP)

Puyi, yang hidupnya membentuk dasar dari film pemenang Oscar tahun 1987 "The Last Emperor," naik takhta pada tahun 1908. Kemudian dia dipaksa turun takhta kurang dari empat tahun kemudian ketika pemberontakan republik menggulingkan Dinasti Qing.

Ia diizinkan untuk terus tinggal di istana kekaisaran di Beijing (dan diangkat kembali sebentar sebagai kaisar pada 1917). Tahun 1924, ia melarikan diri dari Beijing dan membentuk aliansi dengan Jepang, yang kemudian mengangkatnya sebagai kaisar negara bonekanya, Manchukuo, di wilayah Manchuria, Tiongkok timur laut.

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Puyi ditangkap oleh pasukan Soviet dan ditahan sebagai tawanan perang. Menurut Phillips, dia memberikan arloji itu kepada Georgy Permyakov, seorang penutur bahasa Mandarin fasih yang menjadi tutor dan penerjemah bahasa Rusia selama dia ditahan, pada tahun 1950, tepat sebelum mantan kaisar itu kembali ke China untuk diadili atas kejahatan perang.

Menurut siaran pers, Phillips menghabiskan tiga tahun untuk meneliti sejarah objek dan mengonfirmasi asalnya - sebuah proses yang dijelaskan oleh Thomas Perazzi kepala bagian jam tangan di Phillips auction house untuk Asia, dalam sebuah pernyataan sebagai proyek penelitian yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan tim jam tangan di seluruh dunia. Mulai dari spesialis, sejarawan, jurnalis, dan ilmuwan.


Kaisar Menghadiahkan Jamnya Kepada Keponakannya, Tetapi Diminta Kembali

Ilustrasi majalah, katalog. (Gambar oleh Karolina Grabowska dari Pixabay)

Dalam daftar katalognya, Phillips mengutip keponakan Puyi, Yuyan (yang dipenjara bersamanya) mengingat dalam memoarnya bahwa pamannya memakai arloji itu sehari-hari, saat berada di Manchukuo.

Katalog itu juga mengatakan bahwa Puyi sebelumnya telah menghadiahkan arloji itu kepada keponakannya, tetapi kemudian memintanya kembali untuk diberikan kepada Permyakov.

Hampir satu dekade setelah kembali ke China, Puyi diampuni dan hidup sebagai warga sipil di Beijing sampai kematiannya pada tahun 1967. Sementara itu, Permyakov menjaga arloji itu sampai dia meninggal pada tahun 2005, setelah itu diserahkan kepada ahli warisnya sebelum diserahkan ke Phillips, oleh pemiliknya saat ini pada tahun 2019.

Arloji bersejarah itu kemudian ditampilkan di New York, Singapura, London dan Taipei, dan akan melakukan perjalanan ke Jenewa sebelum kembali ke Hong Kong, di mana jam tersebut akan dijual di kantor pusat baru Phillips di Asia pada 23 Mei.


Bukan Hanya Arloji, ada Juga Barang Lainnya Milik Puyi

Ilustrasi lelang lukisan (Mika Baumeister/Unsplash)

Arloji itu ditawarkan bersama beberapa barang bekas Puyi lainnya. Di antaranya adalah 15 cat air, yang dikaitkan dengan saudara ipar Puyi, Gobulo Runqi, dan kipas kertas merah yang juga diberikan kepada Permyakov, yang menampilkan puisi tulisan sang mantan kaisar.

Salah satu buku catatan manuskrip Puyi, yang menurut Phillips "memberikan pandangan sekilas ke dalam pikirannya," juga dijual bersama salinan "The Analects" karya Konfusius, dengan kedua item tersebut diperkirakan akan terjual lebih dari $25.000 setara dengan Rp368 juta.

Penjualan itu akan diikuti oleh lelang jam tangan selama dua hari di rumah lelang Phillips yang menampilkan sekitar 240 jam tangan. Di antara barang-barang penting yang ditampilkan secara historis adalah Omega Speedmaster Apollo XI 1969 edisi terbatas yang pernah dipersembahkan kepada astronot NASA Charles "Pete" Conrad Jr., orang ketiga yang pernah berjalan di Bulan.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya