Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), anak usaha Adaro Energy (ADRO) dikabarkan sempat mengalami kesulitan menggalang dana USD 2 miliar dari pinjaman bank untuk proyek smelter aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara). Hal itu menyusul protes yang diajukan oleh kelompok pemerhati lingkungan yang menuding perusahaan dan mitranya, Hyundai Korea Selatan, melakukan greenwashing.
Namun, Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Wito Krisnahadi optimistis dapat menyelesaikan kebutuhan pembiayaan tersebut maksimal pada kuartal II 2023.
Advertisement
"Saat ini kita lagi pembicaraan final dengan beberapa bank. Jadi seharusnya sebelum kuartal II berakhir sudah sign dan selesai," kata Wito dalam konferensi pers RUPST di Hotel St Regis Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Sayangnya, manajemen perseroan belum bisa membeberkan pihak yang akan berpartisipasi dalam pendanaan smelter tersebut.
Melansir laporan Financial Times (FT), bank-bank global yang sebelumnya memberikan pinjaman kepada grup Adaro, termasuk DBS Singapura mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam pembiayaan proyek smelter tersebut. Seseorang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan Standard Chartered Inggris, yang terus bekerja sama dengan Adaro, juga tidak berpartisipasi.
“Adaro membahas pembiayaan dengan kami, tetapi kami telah berjanji untuk berhenti mendanai bisnis yang terkait dengan batu bara. [Proyek ini] termasuk dalam kategori itu,” kata seorang eksekutif di salah satu bank global yang tidak ingin disebutkan namanya. DBS dan bank lain telah berjanji untuk menghentikan pendanaan induk Adaro Energy sebagai bagian dari komitmen perubahan iklim.
Di sisi lain, Adaro juga telah mendekati bank-bank Eropa BNP Paribas, ING dan Commerzbank untuk pinjaman, menurut dua orang yang mengetahui situasi tersebut. Namun semua bank menolak berkomentar.
Absen Tebar Dividen
Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2022 pada Rabu, 10 Mei 2023. Pada rapat tersebut, pemegang saham menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2022 untuk cadangan, dan tidak ada yang dialokasikan untuk dividen.
"Pada agenda kedua, para pemegang saham menyetujui penetapan penggunaan laba bersih perusahaan untuk tahun buku 2022 sebesar USD 336 juta, untuk digunakan sebagai dana cadangan wajib sejumlah USD 3,36 juta demi memenuhi ketentuan pasal 70 Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Sisanya sejumlah USD 332 juta akan dialokasikan sebagai laba ditahan," mengutip hasil RUPS Adaro Minerals Indonesia, Rabu (10/5/2023).
Pasar yang solid dan kondisi harga yang positif pada tahun 2022 memungkinkan perusahaan untuk mempercepat investasi pada bisnis mineral dan pengolahan mineral untuk menangkap peluang ekonomi hijau dan mendukung inisiatif pemerintah untuk mengembangkan industri hilir dan pengolahan untuk mineral di Indonesia.
"Laba 2022 kita alokasikan prioritas untuk pengembangan perusahaan dan kebutuhan dana untuk belanja modal. Juga mempertimbangkan struktur kas. Dengan mempertimbangkan faktor tersebut kita menganggap untuk laba tahun lalu kita tahan," kata Direktur Adaro Minerals Heri Gunawan dalam konferensi pers RUPST di Hotel St Regis Jakarta.
Selain penggunaan laba bersih 2022, para pemegang saham menerima dan menyetujui realisasi penggunaan dana perolehan dari penawaran perdana (IPO) Adaro Minerals Indonesia.
Sesuai prospektus, perolehan dari IPO ADMR, setelah dikurangi biaya IPO, digunakan untuk membayar sebagian pinjaman antar perusahaan kepada PT Adaro Energy Indonesia Tbk, dan untuk belanja modal perusahaan anak ADMR.
Per 31 Desember 2022, ADMR telah menggunakan Rp296 miliar untuk membayar sebagian pinjaman kepada PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Sisa saldo sebesar sekitar Rp 343 miliar ditempatkan di rekening giro dan deposito di bank pihak ketiga dengan suku bunga 0,05 persen sampai 2,75 persen untuk rekening giro dan 4 persen untuk deposito.
Advertisement
Adaro Minerals Indonesia Gandeng Hyundai Motor untuk Jamin Pasokan Aluminium
Sebelumnya, Hyundai Motor Company dan PT Adaro Minerals Indonesia, Tbk (ADMR) menandatangani Nota Kesepahaman untuk menjamin pasokan aluminium yang stabil di tengah peningkatan permintaan terhadap aluminium untuk manufaktur otomotif.
Kerja sama ini juga dilakukan untuk membentuk suatu sistem yang komprehensif dan koperatif untuk produksi dan pasokan aluminium oleh AMI melalui perusahaan anaknya PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), yang akan saling menguntungkan bagi kedua pihak.
Acara penandatanganan Nota Kesepahaman ini dilakukan di sela-sela pertemuan B20 di Bali Nusa Dua Convention Center, Indonesia, oleh Jaehoon Chang, Presiden dan CEO Hyundai Motor Company dan Garibaldi Thohir, Presiden Komisaris PT Adaro Minerals Indonesia Tbk.
B20 merupakan engagement group resmi G20 yang mewakili komunitas bisnis global dengan mandat untuk menyampaikan rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan terhadap prioritas yang telah ditentukan masing-masing presidensi demi memicu pertumbuhan dan pengembangan ekonomi.
Pertemuan B20 tahun ini mengusung tema ‘Advancing Innovative, Inclusive and Collaborative Growth’ (‘Mendorong Pertumbuhan yang Inovatif, Inklusif dan Kolaboratif’) yang mendukung tema G20 ‘Recover Together, Recover Stronger’ (‘Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat’).
Kolaborasi antara Hyundai Motor Company dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk menandai komitmen perusahaan untuk mempercepat transisi menuju energi berkelanjutan, terutama netralisasi karbon.
Aluminium di Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam dan energi dipandang akan berdaya saing di masa depan.
Aluminium hijau Indonesia digolongkan sebagai aluminium berkarbon rendah yang diproduksi menggunakan PLTA, yang merupakan sumber listrik ramah lingkungan, serta diharapkan akan menjadi pasokan aluminium yang memenuhi kebijakan netralisasi karbon HMC di tengah peningkatan permintaan aluminium di antara para produsen otomotif global.
Perkuat Hubungan Kerja Sama
Selain itu, suplai dan permintaan telah menjadi tidak stabil karena variabel-variabel situasional tak terduga yang telah mendorong peningkatan harga energi untuk produksi aluminium.
Presiden dan CEO Hyundai Motor Company Jaehoon menuturkan, Hyundai Motor Company telah mulai mengoperasikan pabriknya di Indonesia serta aktif bekerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang.
"Di mana perusahaan dapat bersinergi dalam industri otomotif ke depannya, misalnya dengan berinvestasi di perusahaan patungan yang memproduksi sel baterai,” ujar Jaehoon Chang dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (13/11/2022).
"Kerja sama smelter aluminium ini juga diharapkan akan memperkuat hubungan kerja sama antara Hyundai Motor Company dan Indonesia dengan sinergi yang lebih kuat.” Ia menambahkan.
Poin-poin kerja sama dalam Nota Kesepahaman ini meliputi produksi dan pasokan aluminium yang diproduksi KAI dan HMC berhak untuk membeli aluminium yang diproduksi KAI pada tahap awal, dan kemudian negosiasi pertama mengenai pembelian aluminium rendah karbon yang diproduksi KAI pada masa mendatang (volume offtake yang belum ditentukan pada kisaran sekitar 50 ribu TPA sampai 100 ribu TPA).
Advertisement
Produksi Aluminium
Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat menuturkan, kerja sama ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap proses hilirisasi mineral Indonesia di kawasan industri hijau terbesar dunia yang berlokasi di Kalimantan Utara.
“Dengan dukungan seluruh pemangku kepentingan dan Hyundai Motor Company yang memiliki rekam jejak, pengalaman, dan teknologi mutakhir untuk kendaraan listrik, kami berharap untuk mencapai tanggal operasi komersial (COD) pada kuartal pertama 2025 dan memproduksi aluminium sebanyak 500.000 TPA pada tahap awal,” ujar dia.
PT Kalimantan Aluminum Industry (KAI) merupakan perusahaan terbatas yang secara mayoritas dimiliki oleh PT Adaro Indo Aluminum (AIA), dan PT Adaro Indo aluminum (AIA) juga merupakan perusahaan terbatas yang secara mayoritas dimiliki oleh PT Adaro Minerals Indonesia, Tbk. (AMI).
Berdasarkan kerja sama dalam produksi mobil, sel baterai dan aluminium di Indonesia, Hyundai Motor Company akan terus mencari bidang-bidang kerja sama untuk mencapai kepemimpinan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia ke depan.