Mengenal Penyakit Sifilis, Gejala dan Penyebabnya

Kasus HIV dan Sifilis yang meningkat pada beberapa kurun waktu terakhir sebagian besar penderitanya didominasi ibu rumah tangga.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 11 Mei 2023, 14:18 WIB
Ilustrasi sifilis (iStock)

Liputan6.com, Bandung - Penyakit sifilis atau raja singa dilaporkan meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022). Dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus, dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril membeberkan presentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah.

Pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40% pasien. Sisanya, sekitar 60% tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan. 

“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25% ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata Syahril dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, Kamis (11/5/2023).

 


Apa itu Penyakit Sifilis?

Melansir dri yankes.kemkes.go.id diketahui sifilis atau dikenal juga sebagai raja singa merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersebut bernama Treponema Pallidum adapun penyakit ini berawal sebagai luka yang tidak nyeri.

Luka tersebut biasanya muncul pada alat kelamin, rektum, ataupun mulut penderitanya dan kondisi tersebut bisa menular dari orang ke orang melalui kontak kulit ataupun selaput lendir dari luka tersebut.

Infeksi awalnya sendiri bakteri sifilis dapat tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum ia menjadi aktif kembali. Penyakit ini bisa disembuhkan dengan pemberian antibiotik bilamana didiagnosis dengan cepat.

Penyakit sifilis yang tanpa pengobatan ini dapat merusak jantung, otak, hingga organ-organ lainnya. Sehingga bisa mengancam jiwa dan dapat ditularkan dari ibu ke calon anak yang belum lahir.

Syahril mengimbau pasangan yang sudah menikah agar setia dengan pasangannya untuk menghindari seks yang beresiko. Bagi yang belum menikah agar menggunakan pengaman untuk menghindari hal-hal yang dapat beresiko untuk kesehatan dan pertumbuhan mental.

Untuk diketahui, penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum. Bakteri ini mempunyai bentuk spiral.

Orang yang terkena penyakit sifilis bisa jadi disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum yang masuk ke tubuh melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, ataupun selaput lendir yaitu jaringan dalam mulut ataupun kelamin.

Penyebaran yang paling umum terjadi adalah adanya kontak luka dengan orang yang terinfeksi selama aktivitas seksual. Sehingga bakteri yang ada pada luka kecil, lecet pada kulit, atau selaput lendir tersebut masuk ke tubuh.

Adapun kasus penyebaran yang jarang terjadi ketika adanya kontak langsung dengan lesi aktif seperti saat berciuman. Ada juga ditularkan dari ibu kepada bayinya selama kehamilan ataupun persalinan.


Gejala Sifilis

Berikut ini adalah gejala-gejala yang terjadi kepada orang yang terkena sifilis jika dilihat dari perkembangan penyakitnya:

1. Sifilis Primer

Sifilis primer merupakan gejala yang muncul di antara 10 hingga 90 hari setelah penderitanya terpapar bakteri penyebab sifilis. Gejala yang muncul bisa berupa luka kecil di kulit (chancre) yang tak terasa sakit.

Lukanya tersebut muncul di lokasi masuknya bakteri ke tubuh, biasanya muncul di sekitar kelamin. Luka ini juga bisa muncul di area mulut, dubur, ataupun bagian dalam vagina, dubur, hingga mulut sehingga tidak terlihat.

Selain itu, luka ini juga terkadang tidak menimbulkan rasa sakit kepada penderitanya sehingga sebagian penderita banyak yang tidak sadar terkena sifilis. Lukanya juga dapat menghilang 3 hingga 6 minggu namun bukan berarti penderitanya pulih.

Jika penderita sifilis tidak diobati, kondisi infeksi berkembang dari primer menjadi sekunder. Pada tahapan tersebut contohnya di area selangkangan dapat muncul benjolan yang menandakan pembengkakan kelenjar getah bening karena reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab sifilis.

2. Sifilis Sekunder

Gejala kedua adalah sifilis sekunder yang berbentuk ruam dan bisa muncul dibagian tubuh manapun. Biasanya pada area telapak tangan dan juga kaki, ruam ini disertai kutil pada area kelamin ataupun mulut namun tidak menunjukkan rasa gatal.

Ruam-ruam yang dialami biasanya terlihat berwarna merah atau merah kecoklatan dan mempunyai tekstur terasa kasar. Namun ruam ini juga sering terlihat samar sehingga penderitanya terkadang tidak menyadarinya.

Gejala tahap sekunder juga disertai dengan gejala lain diantaranya demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, pusing, pembengkakan kelenjar getah bening, rambut rontok, hingga penurunan berat badan.

Ruamnya pun dapat menghilang meski tidak diobati namun gejala bisa muncul kembali secara berulang kali. Jika tidak diobati dengan benar, infeksi juga dapat berlanjut ke tahapan laten atau tahapan tersier.


Selanjutnya

3. Sifilis Laten

Sifilis laten merupakan tahapan bakterinya tetap ada meskipun tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun. Biasanya selama 12 bulan pertama, tahap sifilis laten infeksi ini masih ada dalam tubuh namun masih bisa menular.

Adapun setelah dua tahun, infeksinya masih ada dalam tubuh tetapi tidak bisa menular kepada orang lain lagi. Namun jika tidak segera diobati infeksi bisa berkembang menjadi tahap tersier yang paling berbahaya.

4. Sifilis Tersier

Seperti disebutkan sebelumnya, gejala sifilis di tahapa tersier ini infeksinya dapat muncul antara 10 hingga 30 tahun setelah terjadinya infeksi pertama. Pada tahapan ini ditunjukan adanya kerusakan organ permanen sehingga berakibat fatal untuk penderitanya.

Adapun dampaknya bisa terjadi pada organ penderitanya di antaranya mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, hingga sendi-sendi. Karena hal tersebut, penderita bisa mengalami kebutaan, penyakit jantung, hingga stroke.

5. Sifilis Kongenital

Sifilis kongenital atau sifilis bawaan adalah gejala sifilis yang terjadi karena ibu hamil yang terkena sifilis, sehingga menyebabkan penyakit tersebut kepada anaknya. Penyebarannya bisa karena saat di dalam kandungan ataupun saat persalinan.

Kondisi ini bisa menimbulkan beberapa komplikasi serius ketika kehamilan seperti keguguran, kematian janin, ataupun kematian bayi ketika beberapa saat setelah lahir. Jika bayi berhasil hidup, bayi tersebut tidak menunjukan adanya gejala tertentu pada awal kelahiran.

Namun pada beberapa bayi yang terkena sifilis kongenital ada juga yang memunculkan gejala ruam di bagian telapak tangan atau kakinya. Serta gejala pembengkakan kelenjar getah bening serta organ limpa.


Kondisi yang Berisiko Tertular

Beberapa kondisi yang bisa membuat seseorang beresiko tertular penyakit sifilis tersebut di antaranya:

1. Bergonta-ganti pasangan seksual, contohnya karena hubungan poliamori.

2. Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.

3. Mempunyai pasangan seksual yang menderita penyakit sifilis.

4. Mempunyai orientasi seksual lelaki seks lelaki.

5. Positif terinfeksi penyakit HIV.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya