Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Energy Investment Tbk (IATA) berencana menambah modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Dalam private placement, perseroan sebanyak-banyaknya sejumlah 2,52 miliar lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Dalam pelaksanaan PMTHMETD yang dilakukan dalam rangka selain perbaikan posisi keuangan dan selain dalam rangka Program Kepemilikan Saham, MNC Energy Investments mengikuti ketentuan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang¬undangan di bidang pasar modal, khususnya POJK Nomor 14 Tahun 2019.
Advertisement
Dengan adanya sejumlah saham baru yang diterbitkan pada aksi ini, pemegang saham perseroan akan mengalami penurunan (dilusi) kepemilikan saham secara proporsional sesuai dengan jumlah saham baru yang diterbitkan yaitu sebanyak-banyaknya 9,09 persen setelah PMTHMETD.
"Manajemen perseroan menyimpulkan bahwa PMTHMETD yang diungkap dalam Keterbukaan Informasi ini akan memberikan manfaat berupa cadangan peningkatan modal kerja perseroan," ujar manajemen PT MNC Energy Investment Tbk dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (11/5/2023).
Sehubungan dengan rencana pelaksanaan PMTHMETD ini, perseroan belum memiliki keterangan mengenai calon pemodal yang akan melaksanakan PMTHMETD. Seluruh saham baru perseroan akan ditawarkan kepada semua pemegang saham dan masyarakat. PMTHMETD akan dilaksanakan dalam jangka waktu dua tahun terhitung sejak 16 Juni 2023.
Di mana perseroan menyelenggarakan RUPSLB yang menyetujui PMTHMETD tersebut yaitu sampai dengan 16 Juni 2025.
"Dana yang diperoleh dari PMTHMETD, setelah dikurangi dengan biaya¬biaya terkait PMTHMETD, akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan keuangan perseroan, termasuk namun tidak terbatas pada cadangan peningkatan modal kerja perseroan," kata manajemen.
Meski begitu, penggunaan dana dapat berubah dan disesuaikan dengan kebutuhan dana Perseroan pada saat pelaksanaan PMTHMETD, dengan cara Direksi akan mengusulkan kepada Dewan Komisaris, untuk mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris. Lebih lanjut, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 16 Juni 2023.
BHIT Genggam 44,09 Persen Saham IATA, Bidik Kontribusi Pendapatan Rp 4,2 Triliun pada 2023
Sebelumnya, PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi memiliki 11.127.666.666 lembar saham PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) atau setara 44,09 persen. Hal ini berkaitan dengan berakhirnya periode Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD atau rights issue) IATA pada Jumat, 18 November 2022.
Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk melunasi surat sanggup IATA yang diterbitkan kepada BHIT, dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan induk dari delapan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang sebelumnya dimiliki perseroan.
Setelah rights issue, kinerja IATA akan dikonsolidasikan ke dalam perseroan, sekaligus mengukuhkan pilar bisnis keempat dari MNC Group yang meliputi media & entertainment, jasa keuangan, entertainment hospitality, dan energi.
"Ke depannya, MNC Group meyakini kontribusi IATA yang akan menjadi salah satu pendorong pendapatan, EBITDA, dan laba bersih perseroan," ungkap Head of Investor Relations PT MNC Asia Holding Tbk, Natassha Yunita dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (18/11/2022).
Advertisement
Fokus Investasi di Sektor Energi
Wajah baru IATA yang berhasil menajamkan fokus investasi di sektor energi, telah mengantongi cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT. Adapun kegiatan pengeboran yang dilakukan IATA belum mencapai 20 persen dari 72.478 Ha keseluruhan area penambangan yang dimiliki. Di mana seluas 59.035 Ha di antaranya masih dalam proses eksplorasi.
"Dengan demikian, IATA yakin cadangan terbukti akan terus meningkat, setidaknya mencapai 600 juta MT untuk semua IUP," imbuh Natassha.
Menyongsong 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan untuk menembus 10 juta MT dan akan terus meningkat seiring bertambahnya proven reserves hasil eksplorasi serta bertambahnya kontrak pembelian dengan para trader batu bara di masa depan. Hal tersebut tentunya akan membawa angin segar bagi performa bisnis perseroan.
"Tahun depan, IATA diperkirakan dapat memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 4,2 triliun atau mewakili 16,50 persen dari total pendapatan BHIT, menduduki posisi kedua setelah kontribusi bisnis Media & Entertainment MNC Group,” ujar Natassha.