5 Kunci Ketenangan dan Kelapangan Hati Secara Islami

Cara meraih ketenangan dan kelapangan hati secara Islami

oleh Putry Damayanty diperbarui 12 Mei 2023, 20:30 WIB
Ilustrasi Berdoa Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Kebahagiaan merupakan dambaan setiap insan. Salah satu cara meraihnya ialah dengan menciptakan keadaan hati yang tenang dan lapang. Allah SWT berfirman dalam (QS. Asy-Syu’ara: 87-89). 

وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ ، يَوْمَ لا يَنْفَعُ مالٌ وَلا بَنُونَ ، إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ   

Artinya: “Janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.

Melalui ayat di atas dijelaskan bahwa orang yang selamat di akhirat adalah orang yang membawa hati yang bersih. Bersih dari kesyirikan kepada Allah, bersih dari sifat-sifat tercela, serta bersih dari berbagai penyakit hati

Selain itu, hati yang bersih juga merupakan sarana untuk meraih ketenangan dan kelapangan hati. Maka kunci-kunci meraih ketenangan hati inilah perlu diraih. Mengutip dari laman NU Online, berikut ada lima kunci meraih ketenangan dan kelapangan hati

 

Saksikan Video Pilihan ini:


1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Sebagaimana kita ketahui, taat kepada Allah merupakan salah satu sifat orang yang beriman dan bertakwa. Sementara orang yang beriman dan bertakwa sangat dicintai oleh Allah. 

Apa pun hajat dan keinginannya akan dipenuhi. Apapun masalah yang dihadapinya akan diberikan jalan keluar. Bahkan ia akan dilimpahi rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. Termasuk hatinya akan selalu dilapangkan di setiap keadaan. Sebagaimana firman Allah mengenai jaminan-Nya bagi orang-orang yang bertakwa.  

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ 

Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).        

Itulah janji Allah bagi siapa pun hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya.  


2. Berdzikir dan Selalu Mengingat Allah SWT

Lebih luas lagi, selain dzikir dengan asma dan sifat-sifat-Nya, kategori dzikir di sini mencakup dzikir mengingat kekuasaan, ciptaan, dan aturan-aturan-Nya, ancaman-ancaman-Nya, serta tanda-tanda kebesaran-Nya.   

Selain menjadi sebab turunnya ketenangan hati, dzikir mengingat Allah juga menjadi sebab selamatnya diri dari melanggar larangan-larangan-Nya. 

Bayangkan saat kita berkeinginan untuk melakukan maksiat kepada Allah, kemudian segera mengingat Allah, niscaya kita akan mengurungkan keinginan itu. Pasalnya kita merasa takut terhadap siksa dan ancaman-Nya.    

Artinya, alangkah baiknya dan memang semestinya hati kita selalu mengingat Allah. Kapan pun dan di mana pun. Baik dzikir dengan lisan, dengan hati, maupun dengan keduanya. Baik secara jahar atau suara keras maupun secara sirr atau suara pelan.    

Adapun jaminan Allah bagi orang yang selalu berdzikir kepada Allah sudah dijelaskan dalam Al-Quran:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ 

Artinya: “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tentram,” (QS. Ar-Ra'd: 28). 


3. Bertaubat dan Berserah Diri kepada Allah

Setiap manusia pasti berbuat dosa dan kesalahan. Obatnya adalah bertaubat kepada Allah. Orang yang berdosa kemudian bertaubat ibarat orang yang kotor kemudian mandi. Hal itu harus segera dilakukan, jangan menunggu dosa itu berkarat dan berakibat mengeraskan hati.    

Selain bertaubat, jika kita ingin tenang dan lapang hati harus berserah diri kepada Allah. Apa pun yang datang dari-Nya, kita terima dengan keikhlasan. Berprasangka baiklah kepada Allah. Sebab, di balik sesuatu yang kurang kita senangi, ada rahasia besar dan kebaikan yang hendak Allah berikan. 

Ingatlah apa pun yang diberikan Allah kepada hamba-Nya pasti baik. Sebab, kurang baik itu hanya menurut pandangan mata kita.    

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ   

Artinya, “Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3). 


4. Memperdalam Ilmu Allah

Tak bisa disangkal, sempitnya hati kita akibat kurangnya ilmu Allah dalam hati kita. Maka salah satu kunci penting meraih ketenangan hati adalah mendalami ilmu-ilmu-Nya. 

Mengapa demikian? Sebab, dengannya hati kita akan tenang dan terang dari gelapnya kebodohan. Karena itu, selagi ada waktu, tuntutlah ilmu Allah. Perdalamlah ilmu Allah, niscaya hati kita akan lapang dan terang. Ingatlah ilmu itu cahaya yang selalu menerangi pemiliknya sekaligus menuntunnya ke jalan keselamatan. 


5. Selalu Menolong Sesama

Orang yang selalu menolong kesulitan orang lain, maka akan ditolong oleh Allah. Siapa saja yang membukakan kesulitan sesama muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. 

Tidak dipungkiri etika mendapat pertolongan orang lain, hati kita menjadi senang. Maka itu pula yang dialami orang lain saat ditolong oleh kita. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ، كَانَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ 

Artinya: “Siapa saja yang menolong kebutuhan saudaranya, maka Allah akan menolong kebutuhannya. Siapa saja yang membukakan kesulitan sesama muslim, maka Allah akan membukakan satu kesulitannya pada hari kiamat” (HR. Ahmad).     

Oleh sebab itulah kebaikan yang ditebar akan kembali kepada diri, dengan membuka jalan untuk kesulitan orang lain, niscaya kesulitan kita pada hari kiamat akan dibukakan oleh Allah SWT.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya