Wall Street Bervariasi, Indeks Dow Jones Anjlok Terseret Saham Disney dan PacWest

Wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 11 Mei 2023 seirinng saham Disney yang tertekan dan kekhawatiran seputar bank regional kembali muncul.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Mei 2023, 06:20 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Kamis, 11 Mei 2023. Indeks Dow Jones dan S&P 500 merosot seiring saham Disney berada di bawah tekanan (AP Photo/Seth Wenig, file)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Kamis, 11 Mei 2023. Indeks Dow Jones dan S&P 500 merosot seiring saham Disney berada di bawah tekanan dan kekhawatiran seputar bank regional tetap ada.

Dikutip dari CNBC, Jumat (12/5/2023), pada penutuoan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,17 persen ke posisi 4.130,62. Indeks Dow Jones tergelincir 221,82 poin atau 0,66 persen ke posisi 33.309,51. Indeks Nasdaq bertambah 0,18 persen ke posisi 12.328,51.

Saham Disney melemah lebih dari 8 persen setelah raksasa media itu merilis hasil fiskal kuartal II. Sementara itu, harga yang lebih tinggi membantu divisi streaming Disney mempersempit kerugiannya.

Namun, hal itu memberikan pukulan telak bagi pertumbuhan pelanggan. Disney juga mengumumkan akan mengambil biaya penurunan nilai sebesar USD 1,5 miliar-USD 1,8 miliar karena hapus lebih banyak konten dari platform streamingnya.

Selain itu, kekhawatiran investor terhadap bank daerah kembali berkobar. PacWest Bancorp kembali menjadi fokus. Pada Kamis, 11 Mei 2023 dalam pengajuan peraturan, perseroan mengatakan simpanan turun 9,5 persen hingga 5 Mei 2023. Saham PacWest susut 22 persen, dan bank mengatakan memiliki akses USD 15 miliar dalam likuiditas jika diperlukan.

“Fokus investor sekarang pada latar belakang ekonomi dan likuiditas dan apa yang terjadi versus suku bunga dan inflasi,” ujar Co-Chief Investment Officer Certuity, Dylan Kremer dikutip dari CNBC.

Ia menuturkan, saham PacWest merosot di tengah sentimen baik dari krisis perbankan regional, pagu utang yang menggunung. “Ini adalah kombinasi dari keduanya,” tutur dia.


Rilis Data Ekonomi AS

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks harga produsen, ukuran harga grosir naik hanya 0,2 persen setiap bulan pada April. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi PPI naik 0,3 persen bulan lalu. Data PPI mengikuti laporan indeks harga konsumen pada Rabu, 10 Mei 2023 yang menunjukkan inflasi naik 4,9 persen dari tahun lalu. Realisasi ini di bawah harapan.

Sementara itu, klaim pengganguran awal tumbuh 22.000 untuk pekan yang terakhir 6 Mei menjadi 264.000, demikian rilis Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat. Data pengangguran terbaru adalah pembacaan tertinggi sejak 30 Oktober 2021.

“Wall street tidak mendapat kejutan dari PPI dan klaim pengangguran. Harga produsen akan terus menurun karena rantai pasokan menjadi normal, sementara klaim pengangguran yang meningkat memberikan bukti lebih lanjut pasar tenaga kerja berkurang,” tutur Analis Senior Oanda Ed Moya.

Kinerja Saham

Sementara itu, saham induk usaha Google yakni Alphabet mendekati level tertinggi pada Agustu 2023. Saham Alphabet melonjak hampir 5 persen pada perdagangan Kamis, 11 Mei 2023 untuk diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak Agustus.

Kenaikan saham terjadi setelah raksasa pencarian tersebut mengumumkan fitur kecerdasan buatan pada konfrensi, Rabu 10 Mei 2023. Banyak pihak di wall street memuji alat baru ini sebagai tanda meyakinkan dominasi kecerdasan buatan perusahaan.

Sepanjang 2023, saham Alphabet naik lebih dari 32 persen karena investor bertaruh pada kecerdasan buatan dan sektor teknologi.

Di sisi lain, saham Disney anjlok sekitar 9 persen pada perdagangan Kamis, 11 Mei 2023, dan menempatkan pada jalur koreksi terbesar dalam satu hari sejak 9 November. Saat itu, saham raksasa media Google anjlok 13 persen.


Green Capex

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Goldman Sachs prediksi belanja modal hijau mencapai USD 6 triliun ke depan. Goldman Sachs mengatakan, green capital expenditure (capex) akan menjadi pendorong dominan infrastruktur global selama dekade berikutnya.

Pada catatan Selasa, 9 Mei 2023, Goldman mengatakan pihaknya percaya diperlukan pendekatan menyeluruh lintas sektor, memberikan peluang di seluruh rantai pasokan green capex untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan ini.

“Untuk meransang investasi tambahan, kami percaya tiga C akan diperlukan, kolaborasi, fokus menyeluruh dan pengembalian perusahaan,”

Perusahaan tersebut memperkirakan USD 6 triliun belanja modal hijau tahunan selama dekade ini, dengan rata-rata tambahan sebesar USD 2,8 triliun per tahun untuk mendukung target nol bersih, infrastruktur dan air bersih.


Penutupan Wall Street pada 11 Mei 2023

Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 10 Mei 2023. Indeks Nasdaq menguat signifikan seiring investor beralih ke saham teknologi setelah laporan inflasi yang lebih jinak dari prediksi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (11/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq bertambah 1,04 persen ke posisi 12.306,44. Indeks S&P 500 melonjak 0,45 persen ke posisi 4.137,64. Indeks Dow Jones melemah 0,09 persen ke posisi 33.531,33.

Harga konsumen atau inflasi naik 4,9 persen dari tahun lalu. Realisasi inflasi ini lebih rendah dari prediksi ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 5 persen. Inflasi bulan ke bulan sesuai harapan dengan kenaikan 0,4 persen pada April 2023.

Sementara itu, imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) melemah setelah laporan tersebut. Hal ini mendukung pasar saham yang khawatir tentang suku bunga lebih tinggi akan hambat pertumbuhan ekonomi.

Imbal hasil obligasi tenor dua tahun melemah 11 basis poin menjadi 3,91 persen, sedangkan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun susut 8 basis poin menjadi 3,44 persen.

“Optimisme untuk proses disinflasi tetap tinggi karena laporan ini menunjukkan harga tempat tinggal tetap tinggi yang berarti kelambatan yang kita lihat dengan harga sewa harus mulai terlihat secara berarti selama beberapa bulan,” ujar Analis Oanda, Ed Moya, dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, inflasi akan terus menurun selama beberapa bulan ke depan. Namun, menurut Ed, inflasi turun kembali ke dua persen akan jauh lebih sulit mengingat kekuatan di pasar tenaga kerja.

Keuntungan pasar secara keseluruhan tertahan karena saham siklikal yang erat kaitannya dengan ekonomi diperdagangkan lesu.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya