Liputan6.com, Jakarta Pengamat Politik Pangi Chaniago meyakini, jika calon presiden (capres) salah menggandeng calon wakil presiden (cawapres) maka berpotensi menggerus elektabilitasnya sendiri. Artinya, jika capres memilih cawapres yang tidak tepat di Pemilu 2024, perolehan suaranya tidak akan mengalami peningkatan signifikan.
"Jadi ada dua model yakni cawapres yang berhasil mentracing capres sehingga mendapatkan tambahan yang kontributif, genjot elektabilitas capresnya atau justru dukungan modal elektoral yang sudah ada pada capres malah kian tergerus," kata dia dalam keterangannya, yang dikutip Jumat (12/5/2023).
Advertisement
Dia merinci, terdapat tiga kriteria penting dalam penentuan cawapres, yaitu pertama; modal elektabilitas (racikan elektoral). Kedua; dukungan partai politik. Ketiga; ketersedian isi tas (modal logistik kampanye).
Menurut Pangi, poin ketiga menjadi penting, sebab biaya Pilpres 2024 yang tinggi atau high cost.
"Cawapres mendapat dukungan partai politik memiliki peran penting dalam memperoleh suara dan mendapatkan dukungan dari anggota partai. Oleh karena itu, memilih cawapres yang berasal dari partai politik yang memiliki basis dukungan kuat dapat membantu," kata dia.
Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consulting ini mewanti, penentuan posisi cawapres ideal tidak bisa reaksioner, egois.
Bila ingin mengambil ketum partai menjadi cawapres, harus berhati-hati betul sebab perlu kalkulasi dan hitung-hitungan secara matang.
"Dengan ukuran matematika politik yang terukur, jangan sampai salah menghitung. Tingkat akseptabilitas cawapres penting, baik penerimaan parpol koalisi, king maker, maupun penerimaan basis grasroot itu sendiri," kata Pangi.
Melihat Kontribusi Cawapres
Pangi melihat, saat ini parpol koalisi tidak akan mau terburu mengumumkan sosok cawapres.
Sebab mereka ingin melihat kontribusi cawapres terhadap capresnya.
"Hal tersebut adalag bagian dari desain adu strategi politik. Pening parpol koalisi meracik cawapres ideal potensial pendamping capres, sebab kalau salah maka bisa bunuh diri politik," dia menandasi.
Advertisement