Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan perjalanan ke Niigata, Jepang, dalam agenda menghadiri pertemuan G7 Dialogue Partners.
Selama perjalanannya ke Niigata, Menkeu kembali bertemu dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Dalam unggahan foto yang dibagikan di akun Instagram pribadinya @smindrawati, tampak Sri Mulyani menjabat tangan Janet Yellen dan berbagi cendera mata.
Advertisement
"Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam menaiki shinkansen dari Tokyo Central Station akhirnya saya tiba di Niigata. Disinilah saya akan menghadiri rangkaian agenda @g7 Dialogue Partners keesokan harinya," tulis Sri Mulyani di akun Instagram @smindrawati, dikutip Jumat (12/5/2023)
"Namun sebelum itu, sore ini saya berjumpa dengan salah seorang kolega saya, United States Secretary of Treasury Janet Yellen. Terakhir kami berjumpa pada rangkaian agenda @the_imf - @worldbank Spring Meeting di Washington D.C pada April lalu," cerita Menkeu.
Pada pertemuan kali ini, Sri Mulyani mengungkapkan, dia membicarakan beberapa topik yang penting dan relevan dengan keadaan perekonomian global saat ini. Mulai dari isu seputar mineral, Financial Action Task Force (FATF), hingga Pandemic Fund serta G20 Joint Finance and Health Task Force (JFHTF).
"Selain itu, kami juga membahas kemungkinan kerja sama antara lembaga donor yang masing-masing negara miliki --Indonesia Aid dan @usaid. Melalui kolaborasi ini, baik Indonesia maupun Amerika serikat dapat memiliki kemampuan lebih dalam membantu negara-negara lain yang membutuhkan..!," ungkapnya.
"Sebuah percakapan yang sangat konstruktif dan kolaboratif. Kami sepakat, untuk menghadapi beragam tantangan masa depan, kerja sama menjadi sebuah keharusan..!," tambah Menkeu.
Momen Sri Mulyani Tiba di Tokyo Jepang
Dalam unggahan terpisah, Sri Mulyani juga membagikan potret dirinya saat tiba di Jepang, saat menuju Grand Central Station Marunouchi untuk naik kereta cepat menuju Kota Niigata.
"Saya akan menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral G7 yaitu perkumpulan 7 negara maju (Barat) yang terdiri dari: Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris, Kanada, Italia , Jepang plus Eropa Union," tulis Sri Mulyani.
"Saya sebagai Menkeu Indonesia diundang untuk memberikan pandangan sebagai negara emerging mengenai situasi makro ekonomi paska Pandemi dalam menghadapi tantangan situasi dunia, kerjasama global/multilateral dan krisis negara-negara berkembang," bebernya.
"Udara di Tokyo pagi ini sungguh cerah- matahari terang dan angin musim semi sungguh sejuk. Sangat refreshing merasakan matahari pagi - menghapus penat setelah 7 jam di pesawat Jakarta-Tokyo," ungkap Menkeu.
Advertisement
Sri Mulyani Bocorkan Tantangan Dihadapi Ekonomi Indonesia, Ada Soal Politik
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan saat ini dinamika perekonomian global semakin kompleks. Ke depan, akan semakin banyak tantangan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia.
Dilansir dari instagram @smindrawati, Kamis (11/5/2023), berbagai tantangannya yaitu persaingan geopolitik yang meruncing, perubahan iklim, teknologi digital dan artificial intelligence, serta pandemi.
"Tantangan baru harus dijawab dengan cara yang baru. Tidak bisa hanya kerja rutin. Kita harus mampu berubah dan berinovasi," kata Sri Mulyani.
Hal itu disampaikan Menkeu ketika menyapa para pegawai Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu pada Kamis (10/5).
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga memberikan pesan kepada para pegawai, bahwa menjadi pegawai di Kemenkeu harus siap dalam menghadapi tantangan ke depan.
"Menjadi pegawai di Kementerian Keuangan menuntut kita untuk terus belajar. Hampir setiap hari keuangan negara menghadapi tantangan yang berbeda. Kita dipaksa untuk mampu merespons dan beradaptasi secara cepat, seperti saat krisis pandemi kemarin," ujarnya.
Kendati dihadapkan pada sejumlah tantangan, sebelumnya Menteri Keuangan, mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2023 tumbuh positif di kisaran 5,03 persen, angka tersebut sedikit meningkat dibanding pertumbuhan sebelumnya yang hanya 5,01 persen yoy.
Menkeu pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya tetap kuat. Pertumbuhan ini didukung oleh membaiknya mobilitas masyarakat, keyakinan konsumen dan membaiknya daya beli.
Bahkan, bendahara negara ini juga optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai angka 4,5 - 5,3 persen pada tahun 2023.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sulit Naik dari Kisaran 5 Persen, Ini Faktornya
Ekonom senior sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko membeberkan pandangannya tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum bisa melebihi kisaran 5 persen.
"Salah satunya adalah karena memang kita tumbuh dari sektor sektor yang tidak menyerap banyak tenaga kerja. Kita tumbuh dari efek kenaikan harga komoditas yang mendongkrak ekspor, yang masih terasa di kuartal I namun berkurang di kuartal II," kata Agustinus, dalam acara diskusi Forum Diskusi Denpasar 12 yang digelar secara daring pada Rabu (10/5/2023).
"Karena basis ekspor kita masih komoditas, dan harga komoditas tinggi, maka penghasilan kita dari ekspor itu relatif baik," bebernya.
Agustinus menyebut, ekonomi Indonesia secara fundamental lebih banyak ditopang oleh sektor jasa, dibanding sektor manufaktur, pertanian, kehutanan, dan perikanan yang seharusnya bisa menjadi sektor tumpuan untuk masyarakat.
Dia memaparkan data yang menunjukkan pada kuartal pertama 2023, transportasi dan pergudangan merupakan salah satu sektor yang tumbuh paling tinggi di Indonesia, sebesar 15,93 persen, diikuti oleh informasi dan komunikasi sebesar 7,19 persen.
Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan hanya tumbuh 0,34 di kuartal I 2023, menurun drastis dari kenaikan 4,51 persen di kuartal sebelumnya.
"Hanya segelintir orang saja yang menikmati hasil dari sektor jasa ini dibandingkan manufaktur dan pertaninan," ujarnya.
"Kalau ekonomi Indonesia mau tumbuh lebih dari 5 persen, maka memang harus secara serius membuka peluang strategi kebijakan unuk mendorong industri manufaktur tumbuh lebih tinggi lagi," pungkas Agustinus.
Agustinus menambahkan, untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi, maka diperlukan adanya re-industrialisasi di masa depan.
Advertisement