Liputan6.com, Jakarta - Inggris kembali berinvestasi di bidang pendidikan di Indonesia. Menteri Negara Inggris untuk Pembangunan Andrew Mitchell mengumumkan pendanaan baru sebesar £30 juta (Rp 600 miliar) untuk para perempuan dan anak perempuan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, agar mendapat kualitas pendidikan yang lebih baik.
Berdasarkan rilis resmi Kedutaan Besar Inggris, Jumat (12/5/2023), program itu diumumkan pada Education World Forum (EWF) yang diadakan di London pekan ini.
Advertisement
EWF merupakan pertemuan internasional terbesar para menteri pendidikan di dunia. Turut hadir pula Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Makarim.
Program di bidang pendidikan untuk para perempuan dan anak perempuan di Asia Tenggara ini adalah proyek lima tahun yang pertama dari serangkaian program baru ASEAN-Inggris. Program ini dirancang Inggris untuk memenuhi komitmen sebagai mitra dialog ASEAN.
Program ini akan berfokus pada empat bidang utama, yakni:
- Pembelajaran dasar;
- Anak perempuan yang putus sekolah dan anak-anak penyandang disabilitas;
- Kesetaraan gender dalam keterampilan dan pekerjaan digital;
- Memungkinkan segala gender bekerja pada teknologi pendidikan.
Minat baca juga menjadi fokus di program ini, diharapkan 20 juta lebih anak perempuan semakin suka membaca, serta 40 juta anak perempuan bersekolah.
"Negara-negara tidak dapat berkembang jika separuh populasinya tidak dapat mewujudkan potensi penuh mereka. Ini berarti kita harus bekerja dalam kemitraan dengan negara-negara untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi semua dengan fokus pada anak perempuan untuk mengatasi hambatan yang mereka hadapi termasuk kekerasan, kemiskinan, norma gender yang berbahaya, dan perubahan iklim," ujar Menteri Pembangunan Inggris Andrew Mitchell.
Program Akses Digital dan Kerja Sama dengan Indonesia
Inggris juga telah bekerja sama dengan Indonesia untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan melalui pendidikan dan literasi digital.
Program Akses Digital dari Inggris menndorong transformasi digital yang inklusif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan di Indonesia.
Hal itu dilakukan melalui proyek-proyek yang berfokus pada peningkatan konektivitas internet di masyarakat pedesaan, literasi digital bagi yang kurang terlayani, dan peningkatan keterampilan pengusaha perempuan yang terpinggirkan dalam bisnis, keuangan, dan teknologi digital.
Selama dua tahun terakhir, pihak Kedubes Inggris menyebut telah mengeluarkan £1,2 juta untuk mendukung inklusi digital di seluruh Indonesia, dengan sekitar 6.000 perempuan mendapatkan manfaat langsung dari peningkatan konektivitas, keterampilan, konten, dan layanan digital.
Ada juga program MENTARI, perempuan dan anak perempuan dari komunitas terpinggirkan di Sumba, NTT diberikan dukungan dan pendidikan khusus untuk menjadi pemimpin lokal dalam pengelolaan, pengoperasian, dan peluang ekonomi terhadap proyek.
Program unggulan dari Inggris seperti Beasiswa Chevening juga berhasil menemukan banyak wanita-wanita hebat di Indonesia untuk melanjutkan studi di Inggris.
"Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 50% kandidat yang sukses dalam program Chevening di Indonesia didominasi oleh perempuan," ungkap pihak Kedubes Inggris.
Advertisement