Menkeu AS Janet Yellen Ajak Ketemu CEO JPMorgan hingga Citigroup, Bahas Utang AS

Kabar mengenai pertemuan Yellen dengan Bank Policy Institute datang dari seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 12 Mei 2023, 14:45 WIB
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dikabarkan akan membahas kebuntuan atas kenaikan plafon utang negaranya dengan anggota dewan dari kelompok Bank Policy Institute pekan depan.(AP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dikabarkan akan membahas kebuntuan atas kenaikan plafon utang negaranya dengan anggota dewan dari kelompok Bank Policy Institute pekan depan.

Kabar mengenai pertemuan Yellen dengan Bank Policy Institute datang dari seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS.

Mengutip US News, Jumat (12/5/2023) pertemuan Yellen dengan kelompok bank tersebut akan melibatkan CEO JP Morgan, Jamie Dimon, dan CEO Citigroup, Jane Fraser.

Sementara itu, rencana pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan anggota DPR terkait plafon utang Jumat telah ditunda, dan para pemimpin setuju untuk bertemu awal pekan depan, menurut keterangan juru bicara Gedung Putih.

Seperti diketahui, Janet Yellen sebelumnya telah mengingatkan bahwa AS dapat mengalami gagal bayar utang atau default pada 1 Juni mendatang jika plafon utang tidak dinaikkan.

Utang AS telah mencapai ambang batasnya sebesar USD 31,4 triliun atau setara Rp. 474,7 kuadriliun (asumsi kurs Rp. 15.700 per dolar AS) pada 19 Januari 2023.

Dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G7 di Niigata, Jepang, Yellen kembali menyuarakan desakannya pada Kongres untuk menaikkan plafon utang, memperingatkan bahwa gagal bayar berisiko menimbulkan malapetaka pada ekonomi AS dan global.

"Kegagalan akan mengancam keuntungan yang telah kami kerjakan dengan sangat keras selama beberapa tahun terakhir dalam pemulihan pandemi kami. Dan itu akan memicu penurunan global yang akan membuat kita mundur lebih jauh," kata Yellen, dikutip dari CNN Business.

"(Default) juga akan berisiko merusak kepemimpinan AS pada ekonomi global dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan kami untuk mempertahankan kepentingan keamanan nasional," ujarnya.


IMF: AS Default Bisa Timbulkan Dampak Serius pada Ekonomi Global

Ilustrasi Utang atau Pinjaman. Foto: Freepik

Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan default utang Amerika Serikat yang dipicu oleh kegagalan untuk menaikkan plafon utang, dapat menimbulkan dampak yang sangat serius bagi ekonomi AS serta global.

IMF juga menyoroti kemungkinan biaya pinjaman yang lebih tinggi jika AS gagal menaikkan plafon utangnya.

Melansir US News, Jumat (12/5/2023) juru bicara IMF Julie Kozack juga mengatakan bahwa otoritas AS perlu tetap waspada terhadap kerentanan baru di sektor perbankan, termasuk di bank regional, yang dapat muncul dalam penyesuaian suku bunga yang jauh lebih tinggi.

Dia menambahkan IMF belum bisa mengukur dampak default AS terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Pada April 2023, IMF memperkirakan pertumbuhan PDB global 2023 hanya akan menembus 2,8 persen, juga mencatat bahwa gejolak pasar keuangan yang lebih dalam, ditandai dengan penurunan harga aset dan pemotongan tajam dalam pinjaman bank, dapat membanting pertumbuhan output kembali ke 1,0 persen.


IMF : Suku Bunga Tinggi Bisa Picu Default AS

Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Ozack melanjutkan, suku bunga yang tinggi bisa menjadi salah satu akibat dari default AS dan beberapa ketidakstabilan yang lebih luas dalam ekonomi global.

"Kami ingin menghindari dampak yang parah itu," kata Kozack.

"Dan untuk alasan itu, kami sekali lagi menyerukan kepada semua pihak untuk bersatu, mencapai konsensus dan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," ujarnya.

Terkait krisis di sektor perbankan AS, Kozack mengatakan IMF menyambut baik tindakan tegas oleh regulator dan pembuat kebijakan untuk mengatasi kegagalan tiga pemberi pinjaman regional utama dalam beberapa pekan terakhir.

Ditambahkannya, IMF akan segera melakukan tinjauan tahunan "Pasal IV" terhadap kebijakan ekonomi AS, dan penilaian itu, yang akan dikeluarkan menjelang akhir bulan Mei, akan menganalisis dampak tekanan pada bank regional, termasuk pengetatan persyaratan kredit.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya