HEADLINE: Golkar Digoda ke Koalisi Gerindra-PKB atau NasDem, Peluangnya?

Partai Golkar terus digoyang dari kiri dan kanan, meski KIB belum resmi bubar. Di tengah nasib KIB yang 'hidup segan mati tak mau' ini, Golkar dan PKB juga tengah meramu pembentukan koalisi besar. Tak hanya itu, Ketum Golkar Airlangga Hartarto juga gencar melakukan safari politik ke sejumlah elite parpol. Lantas, kemana Golkar akan berlabuh?

oleh Ady AnugrahadiLizsa Egeham diperbarui 13 Mei 2023, 00:00 WIB
Lima ketum parpol koalisi pemerintah menggelar pertemuan bersama Presiden Jokowi di Kantor DPP PAN, Jaksel, Minggu (2/4/2023). Mereka adalah Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Plt Ketum PPP Muhamad Mardiono, dan Ketum PAN Zulkifli Hasan. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Golongan Karya (Golkar) mulai digoda sejumlah partai politik (parpol) di luar Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Meski koalisi yang dibangun bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum resmi bubar, namun Golkar terus digoyang dari kiri dan kanan.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang beberapa kali menjalin komunikasi politik dengan Golkar berharap, partai pimpinan Airlangga Hartarto itu bersedia bergabung bersama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang telah dibangun bersama Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengklaim, sebentar lagi Golkar akan bergabung bersama KKIR untuk memenangkan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dia pun berharap Ketum Golkar Airlangga Hartarto bisa menjadi bagian dari Tim Pemenangan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden (Capres) 2024.

"Iya tentu kita ingin tiga kekuatan ini menyatu, Gerindra, PKB, Golkar. Nah ini akan terus pada akhirnya kita buka," tutur Cak Imin saat ditemui di kediaman Wakil Presiden (Wapres) ke-9 RI Hamzah Haz, Jakarta Timur, Kamis (11/5/2023).

Cak Imin mengerti bahwa Partai Golkar masih mengincar kursi Capres atau calon wakil presiden (Cawapres). Namun hal tersebut belum sepenuhnya menjadi pembicaraan secara internal KKIR.

"Saya belum memasukkan pertimbangan itu," ucap dia.

Yang pasti, kata Cak Imin, dirinya sangat senang apabila Airlangga Hartarto memutuskan untuk mendukung Prabowo Subianto dan menjadi ketua tim pemenangan. "Iya pasti (senang)," katanya menandaskan.

Tak hanya PKB dan Gerindra yang ingin Golkar bergabung. Ketum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh juga ingin Golkar bekerja sama dengannya dalam menyongsong Pilpres 2024 mendatang.

Apalagi Surya Paloh yang juga lahir dari 'rahim' Golkar ini sudah menganggap Airlangga seperti adik sendiri. "Kemungkinan apakah akan ada kerja sama dengan Golkar? Kepada siapapun kemungkinan itu tetap terbuka," ujar Surya di NasDem Tower, Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Meski begitu, dia menyerahkan sepenuhnya kepada Airlangga untuk mengarahkan arah politik Partai Golkar. "Pak Airlangga itu adik saya, dia Ketum Golkar. Golkar pasti memiliki strategi tersendiri apa yang terbaik untuk Golkar," ujarnya.

Bagi NasDem, yang terpenting dalam menghadapi Pemilu 2024 adalah membangun nuansa politik yang bersahabat. Sementara, dia tidak ingin ikut campur strategi politik partai lain.

"Kembali lagi, NasDem menginginkan semuanya yang relatif dalam suasana yang bersahabat. Itu lebih penting bagi saya. Strategi silakan dijalankan," ujar Surya Paloh.

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai, munculnya godaan terhadap Golkar ini tak lepas dari kondisi KIB yang telah layu sebelum berkembang. Bahkan menurut dia, KIB sejatinya telah bubar, meski narasi itu ditolak Golkar, PPP, dan PAN.

"Saya kira sejak ada wacana tentang koalisi besar ataupun ketika (PPP dan PAN) mendukung Ganjar Pranowo, itu adalah menjadi penanda end of KIB. Jadi KIB sudah bubar jalan, sudah tidak ada lagi yang bisa diselamatkan. KIB tinggal nama," ujar Adi saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (12/5/2023).

Maka tak mengherankan jika Golkar sangat agresif menjalin komunikasi politik dengan sejumlah parpol di luar KIB, mulai dari PKB, Gerindra, hingga Partai Demokrat. Ikhtiar ini dilakukan Airlangga untuk merawat mimpi dan amanat forum tertinggi Golkar yang mengamanahkan dirinya sebagai capres 2024.

"Karena hasil Munas Golkar adalah capres, maka Airlangga Hartanto wajib mencari tiket pencapresan hingga 2024," ujar Adi.

Infografis Golkar Digoda ke Koalisi Gerindra-PKB atau NasDem (Liputan6.com/Triyasni)

Kondisi KIB yang 'hidup segan mati tak mau' ini membuat Golkar seringkali digoda dua poros yakni PKB-Gerindra dan NasDem bersama Koalisi Perubahan. Namun Adi melihat ada kecenderungan Golkar merapat ke poros Kebangkitan Indonesia Raya.

Apalagi belakangan Golkar juga menawarkan proposal Cawapres untuk Airlangga Hartarto mendampingi Prabowo Subianto di 2024.  

"Di antara kecenderungan itu, saya melihat Golkar lebih tertarik menjadi bagian koalisinya PKB dan Gerindra ketimbang menjadi bagian dari poros politik perubahan dengan NasDem karena kolam politik dan kolam iman Gerindra berbeda dengan NasDem yang jelas-jelas memang dianggap berseberangan dengan pemerintah," tuturnya.

Namun begitu, peluang Golkar merapat ke poros Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capresnya juga sama besar. Menurut Adi, Golkar saat ini sedang mencari poros mana yang bisa menjamin Airlangga Hartarto maju di Pilpres 2024, minimal sebagai Cawapres.

"Kalau itu yang terjadi, maka di situ lah pelabuhan politik Golkar akan dilabuhkan. Tapi tidak sembarangan poros politik, terutama yang seiman dan searah yaitu parpol pendukung Jokowi. Misalnya Ganjar kasih kode, PDIP kasih kode tertarik ke Airlangga, saya kira di situlah Airlangga akan berlabuh," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini.

Pun demikian dengan Prabowo jika lebih tertarik berpasangan dengan Airlangga ketimbang Cak Imin, maka Golkar pasti akan merapat ke KKIR. 

"Tapi catatannya adalah bahwa Airlangga kelihatan tidak tertarik untuk menjadi bagian dari poros perubahan (NasDem cs), karena dianggap sebagai lawan tanding, kelompok oposisi yang dipersepsikan berhadap-hadapan dengan pemerintah," ucap Adi.

Lebih lanjut, dia menilai bahwa, Golkar kehilangan momentum pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini karena tidak memiliki figur capres yang mentereng seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, maupun Anies Baswedan. Sekalipun Golkar merupakan partai besar dan juga runner up kursi terbanyak di parlemen.

KIB yang menjadi koalisi politik pertama dideklarasikan untuk 2024 oleh Golkar, PAN, dan PPP belakangan goyang karena tidak memiliki figur yang kuat untuk diusung menjadi capres. Alih-alih mengusung kader dari internal KIB, PPP dan PAN justru mendukung capres dari partai lain.

"Ini yang sebenarnya Golkar rada rumit, satu sisi sebagai parpol besar nomor dua tapi figur capres tidak terlampau kuat kalah saing dengan yang lainnya. Ini yang kemudian bisa menjelaskan kenapa Golkar relatif agak kesulitan membentuk poros politik sendiri karena belum ada keseriusan parpol bergabung dengan Golkar mengusung Airlangga Hartato sebagai kandidat Capres," kata Adi Prayitno menandaskan.


Golkar Konsisten Siapkan Airlangga Jadi Capres atau Cawapres

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyapa kader dan simpatisan saat Kampanye Akbar Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (9/4). Acara diisi dengan penyampaian pidato politik oleh Airlangga Hartarto. (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Ketua DPP Partai Golkar Dave Laksono angkat bicara terkait isu partainya digoda sejumlah parpol di luar KIB, mulai dari PKB, Gerindra, hingga NasDem. Dia menyatakan, konsolidasi yang dibangun Golkar dan sejumlah parpol saat ini adalah untuk melahirkan koalisi besar dalam menghadapi pesta demokrasi 2024.

"Narasi yang kalian buat itu tidak sesuai dengan konsep yang dibangun oleh Golkar. Kami sedang membuat koalisi besar yang menggabungkan semua partai-partai parlemen dan non-parlemen," ujar Dave saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (12/5/2023).

Namun dia tidak mau menjelaskan skenario kedua yang akan dilakukan Golkar seandainya upaya pembentukan koalisi besar gagal. "Nanti tanya lagi," katanya singkat.

Sementara terkait pernyataan Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang berharap Airlangga bisa menjadi ketua tim pemenangan Prabowo Subianto, Dave menegaskan bahwa Ketum Golkar tersebut hanya diproyeksikan sebagai capres atau cawapres di 2024, bukan ketua tim sukses.

"Posisi Golkar hanya mencalonkan Pak AH (Airlangga Hartarto) sebagai Capres atau Cawapres di 2024," ujarnya menegaskan.

Lebih lanjut, putra mantan Ketum Golkar Agung Laksono ini mengungkapkan, partainya kini tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah parpol untuk bekerja sama menyongsong Pilpres 2024, tak terkecuali dengan PDIP.

Dia tak menutup kemungkinan, Golkar akan mengikuti langkah anggota KIB lainnya yakni PPP dan PAN yang lebih dulu mendukung Ganjar sebagai capres. "Masih berjalan komunikasi mengenai hal ini, jadi harap bersabar ya," kata Dave.

Namun bila akhirnya Golkar tak lagi satu visi dengan PPP dan PAN, anggota Komisi I DPR ini enggan berspekulasi lebih jauh soal nasib KIB ke depan. "Kita belum melihat akan mengarah ke sana (KIB bubar)," ucap Dave Laksono menandaskan.

Infografis Utak-Atik Duet Prabowo, Airlangga, Muhaimin, Anies (Liputan6.com/Triyasni)

KIB Harus Bubar Baik-Baik

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP terancam bubar akibat perbedaan dukungan Capres 2024. PPP sendiri telah mendeklarasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai Capres.

Begitu juga PAN yang arahnya juga terlihat akan mengikuti jejak PPP. Sedangkan Golkar masih belum menentukan sikap dan berpegang kepada keputusan Munas Partai mendukung ketumnya Airlangga Hartarto sebagai Capres 2024.

Terkait hal ini, Ketua DPP PPP Achmad Baidowi alias Awiek mengatakan, konsekuensi perbedaan sikap soal capres akan membuat kerja sama politik KIB harus berakhir.

"Soal kemudian pilihan capres berbeda, konsekuensinya KIB ya harus berakhir dengan baik-baik," ujarnya saat ditemui di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jakarta, Jumat (12/5/2023).

Namun, Awiek memastikan komunikasi antarkolega partai di KIB saat ini masih baik-baik saja. Tidak menutup kemungkinan juga KIB akan terus berlanjut jika ada kesamaan soal pencapresan.

"Kalau ternyata capresnya sama, ya KIB berlanjut," ujarnya.

Sementara itu, PPP sudah mendapatkan kabar bahwa PAN akan segera mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Sekjen PPP Arwani Thomafi membenarkan kabar tersebut.

"InsyaAllah jika semua berjalan lancar, apa yang diprediksi, apa yang disebut-sebut itu InsyaAllah benar. Ya semoga," ujarnya singkat.


Peluang Duet Prabowo-Airlangga

Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Kantor Menteri Pertahanan, Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (11/4/2023). Keduanya bertemu jelang waktu berbuka puasa tiba. (Foto: Istimewa).

Direktur Eksekutif Institute for Policy Studies Muhammad Tri Andika meyakini, Partai Golkar tidak hanya mau sekedar ikut mendukung capres dan cawapres di Pemilu 2024. Terlebih, jumlah suara yang tinggi dan mesin partai yang kuat.

Menurutnya, Partai Golkar tak ingin hanya menjadi sekadar pemanis saja di Pemilu 2024. Sebab, Golkar sedang mencari koalisi yang lebih nyaman.

“Di sisi lain, Golkar beda dengan partai lain. Pemegang saham politik di Golkar banyak, sehingga Airlangga harus mendengar dan mengakomodir dan tidak bisa memutuskan sendiri,” ujar Andika, Kamis (4/5/2023).

Hal ini sebagaimana menanggapi safari politik yang dilakukan Airlangga Hartarto ke sejumlah elite parpol dalam beberapa waktu terakhir. Misalnya dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Menurut Andika, peluang Golkar untuk bergabung dengan poros manapun dalam koalisi masih sangat terbuka lebar. Termasuk pada akhirnya bakal bergabung dengan poros PDIP.

“Tapi yang paling nyaman bagi Golkar saat ini adalah dengan koalisi Gerindra-PKB,” ujar dia.

Andika menilai, poros Gerindra-PKB membuat posisi tawar Golkar menjadi lebih besar, sehingga peluangnya untuk mendapatkan tiket cawapres juga kuat.

“Di sana, peluang Airlangga jadi Cawapres atau mendapat kursi kabinet lebih banyak, peluangnya lebih besar,” katanya.

Dia meyakini, Golkar pada akhirnya akan bersikap realistis, tidak akan ngotot harus mendapatkan kursi capres ataupun cawapres. “Power sharing tidak harus kursi cawapres. Bisa juga dalam bentuk jatah kursi kabinet yang lebih banyak,” ujarnya.

Infografis Meracik Proposal & Formulasi Duet Prabowo-Airlangga (Liputan6.com/Triyasni)

Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar, Nusron Wahid menyatakan partainya dan PKB tengah menggodok pembentukan koalisi besar. Pada proposal pembentukan koalisi besar ini, Nusron menyebut, Golkar akan mendukung Prabowo Subianto sebagai capres di 2024 dan Airlangga Hartarto sebagai cawapresnya. 

“Salah satu proposal adalah Prabowo presiden, dan wakil presidennya dari KIB yaitu Airlangga Hartarto,” ujar Nusron di Kawasan Senayan, Rabu (10/5/2023).

Terkait cawapres Prabowo, Nusron mengklaim pihaknya tidak berebut posisi cawapres dengan PKB. Menurutnya, keputusan calon RI 2 ini ada di tangan Prabowo.

“Gerindra posisinya sudah settle dengan Prabowo. (Golkar dan PKB) tidak memperebutkan, kami membicarakan dan saling menawarkan dan user-nya adalah Pak Prabowo siapa yang mau menerima siapa,” katanya.

Meski demikian, saat ini pihaknya masih fokus pada pembentukan koalisi besar daripada penentuan paslon.

“Semangat kerjanya adalah niat untuk menang dan cara kerja untuk menang, dan kalau sudah ketemu semangat kerjanya, dan figur itu nomor sekian. Presentase sudah 70 persen,” kata Nusron. 

Menurut Nusron, meski belum ada deklarasi resmi koalisi besar, namun ia menyebit sinyal dukungan ke Prabowo capres sudah kuat.

“Belum (deklarasi) ini sinyal lah. Sinyal yang kuatlah menuju sana. Ya nanti pasti ada (deklarasi) kalau sudah resmi,” pungkas dia. 

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menegaskan hanya ada nama Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai bakal Capres atau Cawapres dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Sehingga nama Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto tak menjadi pertimbangan untuk diusung di Pilpres 2024. "Kami kan jelas formulasinya. Presiden Wapres di tangan Prabowo dan Gus Muhaimin," ujar Jazilul kepada wartawan dikutip Selasa (9/5/2023).

Menurut Jazilul, munculnya nama Airlangga hanya dinamika politik saja. Apalagi Golkar masih mencari formulasi baru karena di KIB tidak jelas.

"Nah itu dinamika. Yang kayak-kayak gitu kita sebut sebagai dinamika. Karena Golkar atau Pak Airlangga sendiri kan juga masih mencari bentuk. Karena KIB kan tidak jelas formulasinya, gitu," ujar Wakil Ketua MPR RI ini.

Sementara, Koalisi Gerindra-PKB masih terbuka bagi partai lain yang ingin bergabung, tak terkecuali Golkar. "Koalisi ini terbuka untuk bergabungnya Partai-partai yang lain, kan jelas. Jadi kita hanya menjalankan formulasi saja," ucap Jazilul memungkasi. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya