Liputan6.com, Banjarmasin - Memasuki musim kemarau Tahun 2023, beberapa daerah di Indonesia melakukan kesiapsiagaan untuk pencegahan bencana asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Kalimantan Selatan (Kalsel) masuk sebagai salah satu daerah prioritas dalam penanganan pencegahan Karhutla Nasional.
Menyikapi hal tersebut, seluruh pihak baik dari pemerintahan, lembaga, swasta hingga masyarakat bahu-membahu lakukan persiapan pencegahan bencana musiman khususnya pada musim kemarau itu. Seiring dengan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan jika awal musim kemarau di Kalsel diperkirakan pertengahan Mei hingga awal Agustus.
Demikian pula yang dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Kalsel dengan menggelar diskusi sebagai langkah pentingnya pencegahan Karhutla. Pihaknya juga mengajak Pemprov Kalsel dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak), serta Polda Kalsel dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH).
Baca Juga
Advertisement
"Kesiapan Gapki sendiri sudah menggandeng kelompok tani dan relawan peduli api, hingga Badan Pemadam Kebakaran (BPK) untuk bersama-sama melakukan pencegahan Karhutla," ujar Ketua Gapki Kalsel, Eddy S Binti, Jumat (12/5/2023).
Diskusi yang dikemas sebagai strategi pencegahan dan Pengendalian Karhutla di Kalsel ini diikuti oleh puluhan undangan yang terdiri dari jajaran anggota Gapki di Kalsel yang diselenggarakan di Hotel Harper, Jalan S Parman, Kota Banjarmasin. Sejumlah pemateri dihadirkan dalam diskusi ini untuk arah strategi pencegahan dan pengendalian Karhutla di Kalsel.
Pemateri pertama yakni Kasubbid Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Ariansyah menyampaikan potensi kebencanaan dalam musim kemarau tahun 2023 ini mengarah ke fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal atau yang biasa disebut El Nino.
"Artinya kemarau cukup panjang dan cukup berat, maka potensi-potensi bencana seperti karhutla dan kekeringan juga akan ikut, kami akan konsen kepada dua hal tersebut," kata Ariansyah.
Simak Video Pilihan Ini:
Kesiapsiagaan Karhutla
Salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah melaksanakan Rakor Kesiapsiagaan di tingkat Provinsi dan ditindaklanjuti dengan apel dan simulasi. Disebutkan sebagai upaya nyatanya adalah melakukan kesiapan personel, sarana dan prasarana termasuk persediaan embung-embung untuk pembasahan di lahan gambut.
"Kedepannya kita memohon bantuan kepada BNPB yang bekerjasama dengan Badan Riset dan Informasi terkait teknologi modifikasi cuaca untuk mengisi embung-embung, bendungan dan lainnya, agar cadangan air cukup dan sirkulasi air pada lahan gambut terjaga, bahkan upaya sosialisasi pembukaan lahan tanpa bakar juga sudah dilakukan," lanjutnya.
Ariansyah menegaskan jika pada intinya dalam kesempatan bersama Gapki ini disampaikan kesiapan Pemprov Kalsel dalam penanggulangan Karhutla. Termasuk upaya pencegahan, dan meminta kerjasama dan keterlibatan semua perusahaan yang tergabung dalam Gapki utk ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan.
Sementara tim dari Subdit IV Tipidter Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalsel, Andreas mengatakan, terjadinya Karhutla biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti faktor alam, kelalaian manusia, bahkan kebiasaan dan kesengajaan.
"Inovasi berupa aplikasi juga sudah dibuat oleh Ditreskrimsus Polda Kalsel yakni Bekantan, dari aplikasi tersebut bisa memantau titik api, aplikasi ini terintegrasi dengan Mabes Polri dan instansi terkait," ujarnya.
Berdasarkan data Polda Kalsel, wilayah-wilayah rawan Karhutla terdapat di enam kabupaten, yaitu Banjar, Tanah Laut, Barito Kuala, Kotabaru, Tapin dan Hulu Sungai Selatan, namun tidak menutup kemungkinan juga di kabupaten lain.
"Kerjasama dengan pihak perusahaan juga kita lakukan dengan membuat menara pemantau api di daerah-daerah yang rawan terjadinya Karhutla, membuat kanal agar sirkulasi air bisa merata, semoga semuanya masih terjaga agar pemantauan pencegahan Karhutla bisa terus dilaksanakan," tambahnya.
Selanjutnya Kepala Disbunnak Prov Kalsel, Suparmi hadir memberikan materi melalui virtual sekaligus menyampaikan dukungan kepada Gapki mencegah Karhutla di Kalsel. Selanjutnya untuk program penunjang yakni Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KU INTIP) juga diperkenalkan.
”Sebagai kemitraan lainnya kita mendukung dengan program SISKA KU INTIP, ini telah dijadikan Role Model Nasional oleh Kementan, Implementasinya terus berkembang dan saat ini sdh ada 9 klaster yang sudah difasilitasi dengan pagar elektrik untuk mengatur rotasi grazing adanya sapi,” ujar Suparmi.
Kemudian program ini disebutkan jika dalam kebun sawit dengan keberadaan sapi tidak mengganggu aktivitas yang ada di kebun sawit melainkan terjadi hubungan yang saling menguntungkan.
Korelasi program ini dengan langkah Gapki mencegah Karhutla di Kalsel cukup baik untuk diterapkan. Tentunya kehadiran sapi akan mengkonsumsi rumput-rumput yang ada di kebun sawit sehingga tidak perlu dilakukan pembakaran.
“Kesempatan ini kami sekaligus mensosialisasikan SISKA KU INTIP kepada pelaku usaha perkebunan tidak hanya yang ada di Kalsel tapi juga di wilayah Cabang GAPKI lainnya di Indonesia guna mewujudkan ketahanan pangan dan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan,” tutup Suparmi.
Advertisement