Waspada, Jam Tidur Tidak Teratur Tingkatkan Risiko Hipertensi

Sebuah studi menunjukkan bahwa perubahan jam dan durasi tidur seseorang dapat meningkatkan risiko hipertensi.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mei 2023, 19:00 WIB
Disarankan tidur dengan durasi 7 sampai 9 jam per hari. (pexels.com/@miriam-alonso)

Liputan6.com, Jakarta - Menurut sebuah penelitian, jam tidur yang berubah-ubah—bahkan hanya 30 menit—dapat meningkatkan risiko seseorang menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Studi yang diterbitkan pada Maret di jurnal Hypertension menunjukkan bahwa seseorang dengan pola tidur yang tidak teratur, misalnya tidur awal di hari kerja dan begadang saat akhir pekan, lebih mungkin mengalami hipertensi jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki jam tidur konsisten.

Bahkan jika orang tersebut cukup tidur, peningkatan risiko tekanan darah tinggi tetap ada jika jam tidur tidak teratur.

"Ini menunjukkan bahwa seseorang mungkin perlu mempertimbangkan tidak hanya berapa lama mereka tidur, tetapi juga mengakui betapa pentingnya menjaga jam tidur yang teratur demi kesehatan jantung yang optimal," ucap penulis studi, Danny Eckert, PhD, direktur Adelaide Institute for Sleep Health dan seorang profesor di College of Medicine dan Public Health di Flinders University Australia melalui sebuah siaran pers diktip dari situs Health.

Penelitian ini diikuti oleh 12.287 orang dewasa dari 20 negara yang berbeda—beberapa menderita hipertensi sementara yang lain tidak. Para peserta dengan mayoritas pria, paruh baya, dan kelebihan berat badan tersebut kemudian diminta melacak durasi dan waktu tidur mereka melalui perangkat yang diletakkan di bawah kasur.

Para peneliti kemudian mengambil data dari total 181 malam serta 29 catatan tekanan darah untuk setiap orangnya.


Hasil Penelitian

Ilustrasi Gangguan Tidur Credit: pexels.com/Ivan

Dengan mendefinisikan tekanan darah tinggi sebagai 140/90 mmHg atau lebih, para peneliti menemukan bahwa jam tidur yang tidak teratur dapat dianggap sebagai penanda risiko kesehatan jantung yang buruk.

Ketika variasi waktu tidur meningkat, begitu pula risiko hipertensi seseorang. Sedikit perubahan waktu tidur—sekitar 30 menit—meningkatkan risiko sekitar sepertiga. Sementara variasi yang lebih besar, misalnya 90 menit menunjukkan peningkatan risiko hipertensi 92 persen.

Secara lebih spesifik, para peneliti menemukan bahwa tidur 34 menit lebih lambat dibanding biasanya dikaitkan dengan peningkatan hipertensi sebesar 32 persen. Sementara itu, bangun lebih lambat 43 menit dikaitkan dengan peningkatan hipertensi sebanyak 8,9 persen.

Lebih lanjut, durasi tidur seseorang juga berpengaruh. Seseorang yang tidur terlalu lama atau singkat (kurang dari tujuh jam atau lebih dari sembilan jam) 30 persen lebih mungkin mengalami hipertensi.

Seseorang yang memvariasikan durasi tidurnya dua jam atau lebih memiliki kemungkinan 85 persen lebih tinggi mengalami tekanan darah tinggi.


Apa Hubungan Kurang Tidur dan Kesehatan Jantung?

Ilustrasi tidur, mengalami mimpi. (Foto oleh Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-close-up-wanita-berjubah-sutra-putih-tidur-di-ranjang-3765109/)

Para peneliti masih belum sepenuhnya memahami apa hubungan kurang tidur dengan masalah kardiovaskular, Al-Kindi menjelaskan.

"Gangguan tidur sangat berkaitan dengan kondisi kesehatan yang buruk," sebut Al-Kindi. "Bagaimana ketidakteraturan tidur menyebabkan masalah jantung atau tekanan darah tinggi dalam kasus ini tidak sepenuhnya dipahami."

Selama tidur, tekanan darah seseorang biasanya menurun, yang menjelaskan alasan tidak cukup tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan hipertensi.

Kendati demikian, masih belum jelas mengapa mengubah waktu tidur atau durasi tidur dapat menghasilkan efek yang sama.

Tidur yang tidak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian, ujar Clete Kushida, MD, PhD, kepala dan direktur medis di Stanford Division of Sleep Medicine. Gangguan ritme sirkadian itu dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah.

Akan tetapi, mungkin saja hipertensi adalah penyebab sebenarnya yang mengakibatkan tidur tidak teratur, Al-Kindi menambahkan.

Hubungan antara tidur dan penyakit kardiovaskular juga bisa disebabkan oleh penyakit lain, katanya.

"Mungkin ada faktor risiko umum," sebutnya. "Misalnya, polusi udara atau polusi cahaya serta hal-hal lain dikaitkan dengan penyakit jantung dan gangguan tidur."


Tidur Teratur adalah Kuncinya

Ilustrasi pria tidur, bermimpi. (Photo by Shane on Unsplash)

Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan hubungan antara tidur tidak teratur dan hipertensi, temuan penelitian ini menunjukkan pentingnya memperhatikan jadwal tidur yang lebih konsisten.

"Tidur pada waktu yang sama dan jangka waktu yang sama," tegas Al-Kindi. "Tidur teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, serta meningkatkan efisiensi tidur dan hal lainya."

Seseorang harus berusaha menetapkan jam untuk tidur dan bangun setiap hari, kata Kushida. Bagi orang-orang yang memiliki gangguan ritme sirkadian atau jam tidur-bangun yang tidak teratur, terapi cahaya dapat dijadikan solusi.

"Terapi cahaya melibatkan paparan cahaya terang 5 menit setelah bangun selama 30 menit, dan menghindari cahaya terang beberapa jam sebelum tidur," jelasnya.

Orang dewasa harus tidur setidaknya tujuh jam setiap malam. Namun, selain menjaga waktu dan durasi tidur yang konsisten, penting juga untuk mendapatkan kualitas tidur yang cukup guna mencegah berbagai masalah kesehatan, mulai dari risiko stroke hingga masalah kesehatan mental.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya