Tekankan Kolaborasi, Menlu Retno Bawa Hasil KTT ke-42 ASEAN dalam Pertemuan Indo-Pasifik di Swedia

Pertemuan European Union Indo-Pacific Ministerial Forum merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan di Paris. Dalam kesempatan itu, Indonesia juga diundang untuk menjadi salah satu pembicara.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Mei 2023, 16:00 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam press briefing dari Stockholm, Swedia, Sabtu (13/5/2023). (Tangkapan Layar Youtube Kemlu RI)

Liputan6.com, Stockholm - Usai penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tiba di Stockholm, Swedia pada Sabtu (13/5/2023). Dalam kesempatan itu, Retno mewakili Indonesia yang diundang sebagai salah satu pembicara dalam Pertemuan Indo-Pacific Ministerial Forum yangdiselenggarakan oleh Uni Eropa. 

Pertemuan European Union Indo-Pacific Ministerial Forum merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan di Paris. Dalam kesempatan itu, Indonesia juga diundang untuk menjadi salah satu pembicara.

Dalam kunjungannya ke Swedia tersebut, Retno membawa hasil KTT ke-42 ASEAN dan menyampaikan empat poin penting dalam acara tersebut. 

"Pertama, saya menyampaikan bahwa kolaborasi di Indo-Pasifik merupakan salah satu isu yang dibahas di KTT ke-42 ASEAN," ujar Retno dalam press briefing yang disiarkan Sabtu (13/5). 

"Saya sengaja menekankan kata "kolaborasi" karena inilah yang memang diinginkan dan disampaikan selama KTT ASEAN. ASEAN tidak ingin melihat Indo-Pasifik menjadi teater rivalitas kekuatan besar," tambahnya lagi. 

Maka dari itu, Retno mengajak seluruh negara untuk bekerja sama dalam memastikan kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan yang damai dan sejahtera, termasuk upaya yang harus dilakukan melalui forum ini.

"Jadi forum ini harus membahas upaya kerja sama dan kolaborasi untuk menjadikan kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan yang damai dan sejahtera," ungkapnya lagi.


ASEAN Terbuka untuk Kerja Sama

Mereka terlihat mengenakan tenun dengan warna yang beragam. (Photo by MAST IRHAM / POOL / AFP)

ASEAN, lanjut Retno, juga terbuka untuk melakukan kerja sama dengan semua pihak, namun sambil dengan tetap memegang prinsip atau nilai-nilai tertentu. 

"Pesan kedua yang saya sampaikan adalah bahwa ASEAN terbuka untukbekerja sama dengan semua negara tanpa kecuali atau inklusif," katanya. 

"Namun saya sampaikan ada syaratnya, yaitu bahwa mereka harus memegang teguh dua prinsip: yaitu penghormatan terhadap hukum internasional dan paradigma kolaborasi harus diadopsi oleh semuanya," lanjutnya lagi. 

Dua prinsip tersebut terus dipegang teguh oleh ASEAN selama setengah abad dan yang menurut Retno, cocok untuk diterapkan di Indo-Pasifik.

Selain itu, Retno juga menekankan bahwa engagement dengan Indo-Pasifik harus dilakukan secara inklusif. 

"Pesan ketiga yang saya sampaikan dalam pertemuan di Stockholm adalah penekanan mengenai engagement dengan Indo-Pasifik harus inklusif. Tadi saya sudah sampaikan tapi kemudian saya tegaskan kembali mengenai inclusiveness ini yang berarti terbuka untuk semua negara," tambahnya lagi. 

Retno mengatakan, kawasan Indo-Pasifik terlalu besar untuk hanya dikelola dinikmati oleh segelintir negara. Maka dari itu, pihaknya mengantisipasi agar Indo-Pasifik tidak menjadi proxy kekuatan tertentu.

"Perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik harus dapat dinikmati oleh semua," tegasnya. 


Kerja Sama di Indo-Pasifik Harus Konkret

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam press briefing dari Stockholm, Swedia, Sabtu (13/5/2023). (Tangkapan Layar Youtube Kemlu RI)

Retno juga mengatakan bahwa kerja sama di kawasan Indo-Pasifik harus konkret dan bermanfaat bagi rakyat.

"Kerja sama semacam ini bukan hanya terkait dengan politik dan keamanan atau sekedar bersifat norm-setting. Di sinilah arti penting implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, kerja sama konkret inklusif yang memprioritaskan empat area kerja sama," katanya. 

"Saya juga menekankan bahwa kerja sama jugaharus bersifat forward looking untuk mengatasi berbagai tantangan masa depan," ujarnya menambahkan. 

Menurut Retno, kerja sama yang konkret dan inklusif akan meredakan ketegangan, memperkuat rasa saling percaya, dan menciptakan kesalingtergantungan antara negara di kawasan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya