Liputan6.com, Jakarta - CEO Twitter, Elon Musk, mengungkapkan keprihatinannya atas dampak buruk dari media sosial TikTok pada kelompok usia tertentu.
Dalam sebuah cuitan yang diunggah melalui akun Twitter-nya @elonmusk, Minggu (14/5/2023), ia membagikan foto artikel dari Wall Street Journal tentang penemuan terkait efek buruk platform TikTok terhadap anak-anak.
Advertisement
Foto itu menunjukkan sinopsis penelitian yang menyatakan para peneliti telah membuat akun pengguna fiktif berusia 13 tahun. Lalu, laman akun mereka dipenuhi video konten tentang gangguan makan, citra tubuh, tindakan melukai diri sendiri, dan kecenderungan bunuh diri yang tidak sesuai dengan usia pengguna.
Bersamaan dengan foto penelitian tersebut, miliarder sekaligus CEO Tesla ini menambahkan caption yang menyebut TikTok “Extremely destructive if accurate” alias “Sangat merusak jika (penelitian) akurat.”
Kolom komentar cuitan tersebut pun dibanjiri berbagai balasan oleh pengguna Twitter. Tidak sedikit yang menyetujui pendapat Elon Musk. Namun, beberapa pengguna lainnya turut mempertanyakan apakah aplikasi miliknya lebih baik.
“Teknologi apa pun dapat berguna dan juga merusak,” tulis akun @tomjack****** menanggapi.
“Tepatnya mengapa anak saya yang berusia 14 tahun tidak diizinkan memiliki media sosial apa pun,” timpal akun @CoClari****.
Sebelumnya, TikTok juga menghadapi penolakan dari pemerintah Amerika Serikat. CEO TikTok Shou Zi Chew pun harus bersaksi di sidang kongres atas kekhawatiran terkait keamanan data pengguna pada Kamis (23/3/2023) waktu Amerika Serikat.
Chew bersaksi bahwa TikTok memprioritaskan keselamatan pengguna muda. Ia berupaya meyakinkan anggota parlemen untuk tidak memblokir aplikasi ini atau tidak memaksa ByteDance menyerahkan saham kepemilikannya.
Beberapa Akun Pertanyakan Keamanan Twitter
Di samping itu, cuitan Elon Musk tersebut juga menimbulkan respons dari beberapa pengguna yang meragukan keamanan Twitter. Seperti diketahui, kepemimpinan Elon Musk telah ditandai dengan berbagai perubahan dan pembaruan di platformnya yang kontroversial bagi sebagian pengguna.
Beberapa pembaruan meliputi perubahan algoritme yang lebih banyak menampilkan akun centang biru di tab timeline pengguna, hingga sistem berlangganan Twitter Blue untuk mendapatkan verifikasi akun.
“Apakah Twitter jauh lebih baik di sini? Saya terus-menerus menemukan postingan penawaran produk atau layanan (leading post) di tab for you saya dari algoritme ini,” tulis akun @cashpo****.
Sementara itu, pengguna lain melaporkan penemuan konten bermuatan penyimpangan seksual di media sosial ini yang meresahkan.
“Ada orang yang mengirim spam necrophilia dan bestialitas di aplikasi Anda. Anda mungkin ingin memeriksanya,” ungkap akun @hiddenrep******.
Advertisement
Elon Musk Juga Sebut WhatsApp Tidak Dapat Dipercaya
Beberapa waktu lalu, Elon Musk juga sempat menyebut WhatsApp tidak dapat dipercaya. Hal ini diungkapkan melalui akun Twitternya untuk menanggapi sebuah utas dari akun @foaddabiri.
Utas tersebut berisi informasi mengenai aktivitas WhatsApp yang secara diam-diam mengakses mikrofon perangkat Foad Dabiri ketika ia tertidur. Ia pun menyertakan tangkapan layar yang menunjukkan riwayat akses mikrofon tersebut.
Beberapa lama kemudian, WhatsApp menjelaskan bahwa masalah tersebut berasal dari sebuah bug di Android yang mengatribusikan informasi di Dashboard Privasi.
“Kami telah meminta Google untuk menginvestigasi masalah ini dan memperbaikinya,” tulis WhatsApp dalam keterangannya.
Kepemimpinan Elon Musk sebagai CEO Twitter akan Digantikan Linda Yaccarino
Sebelumnya, miliarder ini mengumumkan Linda Yaccarino akan menggantikannya sebagai CEO Twitter yang baru. Keputusan ini diambil setelah ia berpikir untuk mengundurkan diri dalam enam minggu mendatang.
"Saya dengan sangat bersemangat, menyambut Linda Yaccarino sebagai CEO baru Twitter," kicau Elon Musk, dikutip dari akun Twitternya, Minggu (13/5/2023).
Dilansir The Statesman, Senin (15/5/2023), Elon Musk lebih berfokus pada desain produk dan teknologi baru. Sementara itu, Linda akan lebih mengembangkan operasi bisnis.
Selama kepemimpinannya, Elon Musk juga telah memberhentikan lebih dari 7.500 karyawannya dan mengubah fitur serta strategi layanan platformnya. Ia juga telah menjadikan Twitter bersifat pribadi sehingga tidak harus mengungkapkan informasi perusahaan kepada publik.
Baru-baru ini, Twitter juga menambahkan fitur pesan terenkripsi yang dapat diakses lebih awal oleh pengguna terverifikasi.
Advertisement