Nilai Tukar Lira Anjlok Parah Sambut Pemilu Turki, Bisa Parah Bila Pemimpin Ini Menang

Lira masih menghadapi kondisi yang paling tidak stabil di seluruh pasar mata uang global, menjelang pemilihan presiden penting.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Mei 2023, 18:00 WIB
Wanita berjalan di atas Jembatan Galata dengan Masjid Suleymaniye di latar belakang, di Istanbul, Selasa (27/7/2021). Turki telah mencatat lebih dari 15.000 kasus virus corona baru, karena jumlah infeksi yang terus meningkat. (AP Photo/Mucahid Yapici)

Liputan6.com, Jakarta Pemilu Turki berlangsung pada Minggu, 14 Mei 2023. Di tengah pemilu, negara itu masih dilanda situasi ekonomi yang penuh tantangan salah satunya pada mata uang lira.

Lira sudah menghadapi beberapa kondisi yang paling tidak stabil di seluruh pasar mata uang global, menjelang pemilihan presiden atau pemilu Turki 2023.

Melansir CNBC International, Senin (15/5/2023) Lira saat ini diperdagangkan pada rekor terendah yaitu 19,56 terhadap dolar AS dan pengamat pasar memperkirakan bahwa mata uang Turki tersebut masih akan mengalami penurunan.

Jika (petahana) Recep Tayyip Erdogan menang, "kemungkinan besar lira Turki akan runtuh dalam beberapa bulan," kata pendiri firma penasehat Cribstone Strategic Macro, Mike Harris.

“Pada akhirnya kurangnya kepercayaan dalam investasi akan berarti bahwa Lira Turki mungkin akan menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di dunia untuk beberapa waktu," sebut Harris.

Ekonom melihat hal ini sebagian besar dikarenakan kebijakan ekonomi Pesiden Erdogan yang tidak ortodoks.

Profesor ekonomi terapan di Johns Hopkins University, Steve H. Hanke mengatakan bahwa "Selama beberapa tahun di bawah bimbingan ide-ide moneter Erdogan, lira Turki sangat fluktuatif dan dalam keadaan krisis.

Sebagai informasi, kebijakan moneter Turki memprioritaskan pengejaran pertumbuhan dan persaingan ekspor daripada meredakan inflasi.

Erdogan mendukung pandangan tidak konvensional bahwa menaikkan suku bunga meningkatkan inflasi, bukan menjinakkannya.

Dorongan Erdogan untuk tidak menaikkan suku bunga memainkan peran penting dalam penurunan bersejarah lira, yang membuatnya berubah dari kurang dari 4 menjadi 18 terhadap dolar pada tahun 2021.

 


Prediksi pada Lira jika Erdogan Menang Pemilu Turki 2023

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Source: AP Photo/Burhan Ozbilici)

“Kekhawatiran tentang ketidakpastian pemilu yang sebenarnya, dan kemudian ketidakpastian atas potensi perubahan dalam pemerintahan dan bagaimana mereka mengelola FX adalah penyebab kenaikan tajam volatilitas FX ke level 42,7% ini,” kata

Paresh Upadhyaya, direktur pendapatan tetap dan strategi mata uang di Amundi US, memaparkan bahwwa "kkhawatiran tentang ketidakpastian pemilu yang sebenarnya, dan kemudian ketidakpastian atas potensi perubahan dalam pemerintahan dan bagaimana mereka mengelola FX adalah penyebab kenaikan tajam volatilitas FX ke level 42,7 persen".

Dia menambahkan, tingkat volatilitas lira berkisar sekitar 10-12 persen pada bulan Desember.

"Jika Erdogan menang, yang merupakan asumsi kasus dasar kami, USD/TRY dapat bergerak ke 23,00," tulis Ekonom Pasar Berkembang Wells Fargo dan Ahli Strategi FX Brendan McKenna dalam email.

"Lira dinilai terlalu tinggi sebagai hasil dari upaya intervensi, dan tergantung ke arah mana pemilihan berakhir, mata uang dapat bergerak tajam ke arah mana pun," bebernya.


Inflasi Turki

Warga yang mengenakan masker berjalan di Istanbul, Turki, Rabu (12/1/2022). Meskipun COVID-19 melonjak, negara itu sejauh ini tidak mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan baru tetapi mendesak orang tetap menggunakan masker dan melakukan social distancing. (AP Photo/Francisco Seco)

Adapun Senior Emerging Markets Economist di Commerzbank, Tatha Ghose yang menyoroti lonjakan inflasi di Turki yang sudah mendekati 50 persen, setelah menembus level tertinggi dalam 24 tahun sebesar 85,51 persen bulan Oktober lalu.

Apakah lira terjun bebas atau mendapatkan kembali kekuatannya, dampaknya kemungkinan besar masih akan tertahan di dalam negeri, kata Ghose.

"Turki sekarang menjadi pasar yang sebagian besar tidak terhubung dengan aliran yang jauh lebih kecil dan tidak ada partisipasi internasional yang nyata,” kata Ghose kepada CNBC melalui sebuah pesan email.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya