Heboh Flu Babi Afrika di Batam, Berbeda dengan Flu Babi yang Serang Manusia

Terdapat perbedaan antara Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) dengan Flu Babi yang menyerang manusia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Mei 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi perbedaan antara Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) dengan Flu Babi yang menyerang manusia. (Matthieu Petiard/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Temuan kasus Flu Babi Afrika di Batam membuat sebagian kalangan bertanya-tanya, apakah sama dengan virus Flu Babi yang menyerang manusia? Seperti diketahui, Flu Babi Afrika atau istilahnya African Swine Fever (ASF) menyerang babi di peternakan Pulau Bulan, Batam belum lama ini.

Penyebutan African Swine Fever (ASF) sendiri selain Flu Babi Afrika, ada yang menerjemahkannya sebagai Demam Babi Afrika. Penyakit ini sangat menular dan mematikan yang menyerang babi di semua kelompok umur.

Berdasarkan informasi dari laman World Organisation for Animal Health (WOAH), ASF bukanlah ancaman bagi kesehatan manusia dan tidak dapat ditularkan dari babi ke manusia. ASF menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi.

Itu bisa disebarkan oleh kutu yang memberi makanpada hewan yang terinfeksi. Manusia juga merupakan sumber penyebaran karena mereka dapat memindahkan virus pada kendaraan atau pakaian.

Virus ASF Menular Cepat ke Sesama Babi

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menegaskan, virus Flu Babi Afrika tidak menular ke manusia.

"Sampai saat ini, ASF tidak membahayakan manusia karena tidak menular ke manusia. Tetapi tentu kita tetap waspada bila menangani ternak yang misalnya sakit," tegasnya, Minggu (14/5/2023), dikutip dari Antara.

Adapun tanda-tanda ASF antara lain, demam tinggi, nafsu makan menurun, kelemahan, kulit atau kulit merah, berjerawat luka, diare, muntah, batuk dan kesulitan bernapas.

Produsen atau dokter hewan harus segera laporkan babi dengan tanda-tanda ini ke pejabat kesehatan hewan negara bagian atau federal pengujian dan investigasi yang sesuai. Ketepatan waktu sangat penting untuk mencegah penyebaran ASF.


Flu Babi H1N1 dan Demam Babi Afrika

Pada tahun 2020, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memberikan penjelasan tentang temuan virus baru Flu Babi (Swine Flu) G4 EA H1N1 yang dipublikasi oleh ilmuwan Tiongkok.

Temuan ini, menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan pada waktu itu, I Ketut Diarmita sempat membuat masyarakat bingung. Ini karena menganggap Flu Babi sama dengan Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

"Flu Babi H1N1 dan Demam Babi Afrika adalah dua penyakit yang berbeda," katanya dalam keterangan pada 1 Juli 2020.

Virus Infulenza H1N1 Menular ke Manusia

Menurut Ketut, penyakit Flu Babi yang dilaporkan oleh ilmuwan Tiongkok adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infulenza H1N1 galur baru dan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis).

Sedangkan, kasus penyakit pada babi ASF disebabkan oleh virus ASF yang tidak dapat menular ke manusia.

“Sejak akhir tahun 2019, kasus ASF dilaporkan di Indonesia tepatnya di Sumatera Utara. Kementan terus memantau perkembangan kasusnya, dan berdasarkan data yang ada, tidak pernah ada laporan kejadian ASF pada manusia di seluruh negara tertular,” jelas Ketut.


Perkuat Kapasitas Deteksi Laboratorium

Ilustrasi Kementan akan terus perkuat kapasitas deteksi laboratorium kesehatan hewan di Indonesia. (Sumber foto: Pexels.com).

I Ketut Diarmita memastikan bahwa sejak virus African Swine Fever (ASF) mulai dilaporkan di China pada tahun 2018, Kementan RI secara konsisten terus melakukan pengendalian dan mensosialisasikan tentang ASF ke Provinsi/Kabupaten/Kota melalui edaran dan juga sosialisasi secara langsung, pelatihan, dan simulasi.

Ketut menegaskan bahwa Kementan akan terus perkuat kapasitas deteksi laboratorium kesehatan hewan di Indonesia, serta meminta jejaring laboratorium tersebut untuk melakukan surveilans untuk deteksi dini juga pada penyakit Flu Babi virus influenza G4 EA H1N1.

Awasi Hewan dan Produk yang Punya Risiko Membawa Penyakit

Ia menyebutkan juga para petugas karantina selalu waspada di pintu-pintu pemasukan untuk mengawasi pemasukan hewan dan produk yang mempunyai potensi risiko membawa penyakit.

Sebelumnya, diberitakan bahwa ada temuan galur baru virus influenza H1N1 pada babi di Tiongkok yang dianggap para ahli mempunyai potensi menulari manusia dan menimbulkan pandemi di masa yang akan datang.

“Pengawasan sistematis terhadap virus influenza pada babi adalah kunci sebagai peringatan kemungkinan munculnya pandemi influenza berikutnya. Kita akan siapkan rencana kontingensinya juga,” pungkas Ketut.


Alasan Dinamakan Virus Flu Babi H1N1

Perjalanan virus influenza H1N1 atau Flu Babi bermula pada April 2009. Para peneliti menemukan strain baru H1N1. Mereka pertama kali mendeteksinya di Amerika Serikat. Virus menyebar dengan cepat ke seluruh AS dan di seluruh dunia. Menyebar dengan cepat karena merupakan virus flu jenis baru.

Flu Babi (H1N1) adalah infeksi yang disebabkan oleh sejenis virus flu (influenza). Dinamakan flu babi karena mirip dengan virus flu yang menyerang babi (swine).

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, setidaknya 150.000 orang di seluruh dunia meninggal. Delapan puluh persen dari mereka yang meninggal berusia di bawah 65 tahun. Hal ini pun menjadikan Flu Babi sebagai pandemi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi Flu Babi H1N1 telah berakhir pada Agustus 2010. Namun, orang masih bisa tertular dan menyebarkan H1N1. H1N1 adalah salah satu virus flu musiman. Ini dapat menyebabkan penyakit, rawat inap dan kematian.

Penyebaran Virus Flu Babi

Virus penyebab Flu Babi (H1N1) menyebar dari orang ke orang. Ketika seseorang batuk atau bersin, tetesan masuk ke udara. Seseorang bisa mendapatkan infeksi saat menghirup (menghirup) virus dan terinfeksi saat menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata.

Flu Babi (H1N1) menular. Itu bisa menyebar dari orang ke orang. Gejala Flu Babi (H1N1) mirip dengan gejala flu biasa.

Gejalanya mungkin mulai tiga hingga lima hari setelah terpapar virus. Gejalanya, antara lain:

  • Demam
  • Panas dingin
  • Batuk
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri tubuh atau otot
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
Infografis Bisakah Vaksin Covid-19 Diberikan Bersamaan dengan Vaksin Lain? (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya