Liputan6.com, Jakarta Kurs USD ke Rupiah terpantau masih berada di kisaran yang sama sejak minggu lalu. Berdasarkan informasi di laman resmi Bank Indonesia, pada Senin (15/5/2023) kurs jual dolar AS berada di Rp 14.825,76 juga kurs belinya sebesar Rp 14.678,24.
Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.561,85 dan kurs beli Rp 18.375,69. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.174,90 dengan kurs beli Rp 16.008,09.
Advertisement
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 9.915,47 dan kurs beli Rp 9.813,87.
Beralih ke negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.997,52 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.887,29 per 100 Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.133,94 diikuti kurs beli Rp 2.112,52.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,11 dengan kurs beli Rp 10,99 per Won yang mengalami penurunan pada keduanya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.890,56 serta kurs beli sebesar Rp 1.871,68.
Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.121,27 dan kurs beli Rp 11.006,48 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.314,50 dan kurs beli Rp 3.277,86.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 266,03 dan kurs beli Rp 263,19 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 436,82 dan kurs belinya Rp 432,22 per Baht.
Rupiah Dipaksa Melemah di Awal Pekan, Kemungkinan Bisa Tertekan hingga 14.800 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini tertekan oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Pada Senin (15/5/2023), Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank menurun 0,28 persen ke posisi 14.792 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.750 per dolar AS.
"Hal ini disebabkan setelah data sentimen konsumen AS menunjukkan kenaikan pada ekspektasi inflasi jangka panjang," kata Analisis DCFX Lukman Leong dikutip dari Antara.
Selain itu, kata dia, pernyataan hawkish dari Anggota Dewan Gubernur Fed Michelle Bowman yang merasa kenaikan suku bunga diperlukan lebih lanjut oleh The Fed menjadi faktor lain dari kelemahan rupiah.
Menurut Lukman, rupiah berpotensi membatasi pelemahan apabila data neraca perdagangan yang akan dirilis siang ini lebih baik dari perkiraan, atau minimal sesuai dengan ekspektasi untuk melanjutkan rekor surplus berkelanjutan.
"Perkiraan (pergerakan) rupiah di kisaran 14.700 per dolar AS hingga 14.800 per dolar AS," ujarnya.
Senada, Analis ICDX Revandra Aritama menyampaikan bahwa sentimen yang menjadi pendorong untuk penguatan dolar AS adalah potensi The Fed untuk menahan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama.
"Sentimen ini disebut timbul pasca laporan Consumer Price Index (CPI) beberapa waktu, yang walaupun berada di level yang di bawah perkiraan, namun masih cukup jauh dari target. Selain itu statement, dari Jerome Powell (Ketua The Fed) yang menyebutkan bahwa ekonomi AS membutuhkan waktu untuk lanjut mendinginkan inflasi, yang diterjemahkan pasar sebagai potensi untuk menahan tingkat suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama," ujar Revandra.
Advertisement