Film Jiwa Jagad Jawi Sabet Gold Award di International Tourism Film Festival Africa 2023

Film Indonesia kembali menunjukkan ketangguhannya di kancah dunia. Kali ini, film bertajuk "Jiwa Jagad Jawi" sukses menyabet Gold Award di International Tourism Film Festival Africa 2023 atau ITFFA 2023.

oleh Putu Elmira diperbarui 15 Mei 2023, 17:00 WIB
Film Jiwa Jagad Jawi Sabet Gold Award di International Tourism Film Festival Africa 2023. (dok. Biro Komunikasi Kemenparekraf)

Liputan6.com, Jakarta - Film Indonesia kembali menunjukkan ketangguhannya di kancah dunia. Kali ini, film bertajuk "Jiwa Jagad Jawi" sukses menyabet Gold Award di International Tourism Film Festival Africa 2023 atau ITFFA 2023.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin (15/5/2023), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf mengapresiasi pencapaian film Jiwa Jagad Jawi di ITFFA 2023. ITFFA adalah salah satu ajang perfilman ternama yang mengedepankan pentingnya promosi pariwisata, baik di Afrika juga di seluruh dunia.

Para profesional internasional dari bidang pariwisata, pemasaran, dan Industri film sebagai juri menilai karya berdasarkan beberapa kriteria, antara lain dampak, kreativitas, suara, gaya, subjek, penceritaan, dan efektivitas sasaran. Ada 378 film dari 59 negara yang berkompetisi untuk membawa pulang Gold Award.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut film ini mengisahkan mengenai tahapan kehidupan yang tergambar pada relief Candi Borobudur sebagai kitab universal kehidupan manusia. Relief ini menggambarkan pedoman hidup manusia, yang tidak terikat pada satu agama dan kepercayaan, dalam perjalanan mencari kedamaian agung dalam historikal budaya tanah Jawa.

Sandi, begitu ia akrab disapa, menyebut penghargaan yang diraih di ITFFA 2023 tersebut menjadi penanda promosi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia dapat kian mendunia dan teramplifikasi. Capaian yang membanggakan ini sekaligus juga diharapkan menjadi pemacu peningkatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tanah air.


Optimisme Buka Lapangan Pekerjaan

Jiwa Jagad Jawi berhasil raih empat penghargaan prestisius.

"Dengan Gold Award terbaru dari International Tourism Film Festival Africa 2023, industri pariwisata Indonesia harus lebih optimistis ke depan menjadikan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai salah satu penyumbang devisa penting dan penciptaan lapangan kerja dengan target 4,4 juta lapangan kerja baru di 2024," ungkap Sandi.

Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini mengungkapkan film "Jiwa Jagad Jawi" berhasil meraih Gold Award dalam ITFFA 2023 pada kategori Tujuan Wisata - Regional, Internasional. Film ini merupakan produksi Wonderful Indonesia yang disutradarai oleh Ivan Handoyo.

"Saya dan seluruh tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sangat bangga atas pengakuan International Tourism Film Festival Africa 2023. Semoga penghargaan ini dapat mendorong peningkatan citra Indonesia di kancah global dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara untuk mencapai target 8,5 juta kunjungan tahun ini," kata Made.

Dikutip dari Fimela.com, sebelumnya, Jiwa Jagad Jawi menjadi mahakarya yang berhasil mendobrak dunia perfilman bertema pariwisata dalam Japan World Tourism Film Festival (JWTFF) 2023. Film ini berhasil menyabet empat penghargaan prestisius, yaitu Gold award kategori Asian Competition, Gold Award kategori Country Destination, Art & Craft Winner dan penghargaan tertinggi sebagai Grand Prix Winner 2023. 


Tahapan Kehidupan

Jiwa Jagad Jawi berhasil raih empat penghargaan prestisius.

Nilai Spiritual Borobudur merupakan pedoman hidup manusia yang tidak terikat pada satu agama dan kepercayaan, yang menceritakan perjalanan kosmis manusia dalam tahapan kesadaran menuju perjalanan mencari kedamaian agung dalam sejarah budaya Nusantara di tanah Jawa dan Borobudur. Dalam video tersebut seorang peziarah muda diperankan oleh Putu Bulan, yang ingin berwisata ke Jawa, dia melakukan perjalanan budaya dan spiritual di Jawa. Di sini dia menemukan kesadaran luhur di tanah Jawa.

Bagi Ivan Handoyo yang juga penulis naskah film Jiwa Jagad Jawi ini mengaku sangat hati-hati dalam mengisahkan tentang keluhuran Tanah Jawa. Karenanya, ia meriset mendalam dan memahami budaya dan sejarah yang tepat secara faktual.

Ivan menambahkan, proses napak tilas dan riset ia lakukan bersama Viki Sianipar dan Julius Bramanto, sebagai projek inisiator dan producer, dengan bimbingan penasihat budaya Jawa, Bagyo Indrijanto dan Dian Kusumaningtyas. "Penulisan dalam film ini saya dapatkan melalui proses empiris yang menarik, disamping kita melakukan riset dengan data kita melakukan prosesi napak tilas dan aktualisasi diri, melakukan meditasi, dengan memanjatkan syukur dan memohon karunia di beberapa situs terpenting di Jawa," ungkapnya.


Proses Pembuatan

Jiwa Jagad Jawi berhasil raih empat penghargaan prestisius.

"Proses ini merupakan bagian dari keniscayaan, di mana tema yang kita angkat adalah epicentrum tradisi tanah Jawa dan Nusantara di masa itu, yakni kemegahan Borobudur dan Keluhuran Jawa, kita melakukan dengan penuh seksama," ujar Ivan.

Bagi Ivan, keberadaan kita saat ini secara ilmiah terhubung dengan masa lalu, rekaman memori sejarah itu terekam dalam perjalanan DNA kita sebagai manusia. "Perjalanan budaya ini memberikan kita sebuah pemahaman diri, terlepas dari agama dan kepercayaan kita sekarang," ungkapnya.

Ivan menambahkan, "Rekaman-rekaman kesadaran itu tersimpan dalam diri kita dan terhubung di tempat-tempat bersejarah, film ini memberikan ruang untuk membuka relasi luhur itu, keluhuran yang tersimpan di tanah jawa dan di dalam diri kita sebagai keutuhan manusia modern."

Dalam penggarapan film ini, Ivan melibatkan para maestro dalam bidangnya untuk berkolaborasi, yakni ada musisi besar Viki Sianipar sebagai Direktur Musik, yang telah memberikan keindahan dalam tiap scene-nya, dengan komposisi musik yang menakjubkan. Ong Hariwahyu sosok yang tidak asing lagi di dunia perfilman nasional, sebagai perancang artistik, memberikan sentuhan-sentuhan keindahan visual dalam tatanan artistik set film.

Anter Asmorotedjo sebagai pengarah seni tari, yang memahami esensi gerak dalam tari Jawa tradisional dan kontemporer. Retno Damayanti sebagai desainer kostum memberikan balutan tradisi kuno Jawa yang apik dan Arvid Nicolas sebagai Sinematografer memiliki pengalaman kuat dalam pengambilan gambar di lokasi-lokasi yang ekstrem dan penuh tantangan

Di balik layar film ini, dalam penokohan dan seni peran bertengger namanama pesohor, seperti Butet Kertaradjsa sebagai pengisi suara Hyang Semar. Ia memerankan Hyang Semar dengan mengucapkan bahasa Jawa kuno, yang berhasil menghidupkan nilai luhur sisi mitologi Jawa.

Pelukis besar Indonesia ikut terlibat, Sang Maestro Nasirun berperan sebagai sosok dirinya sendiri. Lalu supermodel dan aktris Dominique Diyose, istri dari Ivan Handoyo ini, sebagai narator utama, menuntun penonton sepanjang perjalanan film dengan suara hatinya. Tokoh utama diperankan oleh artis dan model dari Bali, Putu Bulan.

Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya