Liputan6.com, Ambon - Pulau Buru, Maluku, memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah satunya pohon kayu putih. Pulau yang sering dijuluki 'bupolo' ini membawa nama Maluku menjadi daerah penghasil minyak kayu putih di beberapa daerah di Indonesia, seperti Bali, Makassar, Surabaya, dan Jakarta.
Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, pohon minyak kayu putih memiliki tinggi sekitar 1-3 meter. Pohon ini memiliki daun rimbun yang nantinya diolah menjadi minyak kayu putih.
Setelah dimasak dan disuling, daun tersebut menghasilkan air yang mengeluarkan aroma khas. Minyak kayu putih sangat berfungsi sebagai obat sehari-hari dalam kebutuhan rumah tangga.
Baca Juga
Advertisement
Bagi masyarakat Pulau Buru, minyak kayu putih juga memiliki manfaat lain, yakni sebagai sumber ekonomi rumah tangga. Setiap kelompok perajin juga mengusahakan izin perdagangannya, tak hanya izin penjualan di Indonesia tetapi juga di luar negeri.
Berbicara tentang sejarah minyak kayu putih, konon berkaitan dengan cara hidup manusia zaman lampau. Dahulu, manusia yang hidup di lingkungan sederhana biasanya memanfaatkan alam dan lingkungan untuk kehidupan sehari-hari.
Ada yang memanfaatkan alam dan lingkungan untuk mengolahnya menjadi makanan dan ada juga yang mengolahnya menjadi obat-obatan. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat Pulau Buru yang memanfaatkan pohon kayu putih yang ada di lingkungan sekitar sebagai obat.
Adapun kemampuan menyuling mereka dapatkan secara turun-temurun. Penyulingan dilakukan dengan menggunakan peralatan masak yang disebut ketel.
Ketel atau 'cattle' adalah cerek yang bentuknya sama seperti jenis-jenis ketel yang dibuat pada abad 16-17. Kemungkinan besar proses penyulingan dimulai sejak adanya kontak-kontak kebudayaan yang dibawa para pedagang dari Pulau Sumatra dan Jawa bersamaan dengan masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Maluku.
Minyak kayu putih memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Sebagai obat tradisional, minyak kayu putih berfungsi untuk mengobati gatal-gatal, menghilangkan rasa kembung pada perut, mengatasi masuk angin, dan sering digunakan sebagai obat antiseptik.
Penulis: Resla Aknaita Chak